twitter


Ini adalah tentang Aiko Konoe. Nama Aiko bukan berarti ia adalah orang Jepang. Aiko asli suku jawa blasteran sunda. Nama ai diambil dari kanji jepang “ai” yang artinya cinta dan konoe yang dipasangkan begitu saja oleh kedua orang tuanya dengan namanya karena cocok dengan kata aiko. Jadi kira-kira kalau diartikan Aiko Konoe adalah anak perempuan yang penuh cinta ^_^

Hari ini Aiko diwisuda dari SMA. Dia dinobatkan sebagai lulusan berprestasi di tahunnya. Hatinya begitu senang. Namun terasa masih ada yang mengganjal di hati. Perasaannya yang tak rela melepaskan euforia masa-masa SMA. Begitu juga, tidak rela melepas perasaannya pada seseorang di tengah kerumunan di sana yang sedang ia pandangi,  Mencoba untuk membiarkan perasaan itu pergi atau paling tidak melihatnya untuk yang terakhir kalinya, janji Aiko pada dirinya sendiri. Karena setelah lulus seseorang itu mungkin akan pergi jauh. Ia terpilih mendapatkan beasiswa impiannya untuk mengasah bakatnya di bidang seni.
Aiko terkenal sebagai pengurus ROHIS aktif di SMA-nya. Lewat mentoring, dia menemukan banyak hal yang membentuk dirinya seperti sekarang. Mentoring pula yang menjadi jembatan baginya untuk mengenal islam lebih jauh. Prinsip hidupnya yang tidak meyakini kata “pacaran” membuatnya bangga sekaligus sedih. Bangga karena Aiko ingin mendapat seseorang yang berjalan bersamanya nanti adalah seorang yang tulus. Sedih karena artinya ia harus membiarkan perasaan sukanya pada seseorang itu disimpan rapat-rapat dalam kotak di hatinya. Kekhawatiran akan seseorang yang mendampinginya kelak kadang datang menganggu. Tapi tidak apa semua itu adalah pilihannya. Sekarang adalah waktunya untuk memantaskan diri bagi takdir hidup yang menunggunya di masa depan.
Tahun berlalu, Aiko mengejar satu per satu mimpi-mimpi yang ia tuliskan di buku hariannya,  hasil motivasi yang didapatkannya di SMA dari seorang motivator luarbiasa. Kini, ia ada di London, Inggris. Tempat dimana keluarga monarki masih berkuasa dengan bersahaja. Negeri para raja dan ratu macam kisah di dongeng yang sering dibacanya dulu saat kanak-kanak. Mimpi ke 50-nya sudah terwujud. Aiko melanjutkan S2 di sana, menimba ilmu sambil memenuhi mimpinya ke 51 yaitu menguasai English british. Ia tak pernah menyangka, satu per satu mimpinya menjadi kenyataan. Walau pendidikan di sana sangat berat dan sangat berbeda dengan lingkungan belajar di tanah airnya, Aiko yakin ia pasti bisa berprestasi. Man jadda wa jada ^_^. Waktu luang diisi Aiko dengan browsing materi kuliah di internet dan menjalin silaturahim dengan teman-temannya via chatting. Dari sinilah sebuah kisah bermula…
Di suatu pagi yang aneh, sebuah nickname tiba-tiba muncul menyapanya. Saat itu pukul 03.00 pagi. Aiko belum tidur karena menyelesaikan tugas kuliahnya. Aiko balas menyapa dengan bahasa inggris. Tapi kemudian, ia merasakan hal yang membuatnya nyaman setelah ber-chatting ria beberapa kalimat dengan si empunya nickname “The Name”. Seperti seorang sahabat lama. Mereka pun menjalin persahabatan lewat dunia maya tanpa memedulikan atau saling bertanya “siapa dia”.
Pernah The Name menanyakan Aiko kenapa nickname-nya adalah “True Loner”. Aiko sendiri bingung menjawabnya. Di sekelilingnya selalu ada teman dan keluarga, tapi saat sendirian, ia sangat menikmati, merasa bebas bagaikan burung yang terbang tinggi dengan sayap. Di tengah jawabannya, tiba-tiba Aiko jadi teringat dengan kenangan masa SMA. Buku kenangan itu dibuka-bukanya. Ia tersenyum sendiri melihat dirinya dan teman-temannya di masa itu.
Aiko senang sekali menceritakan kisah hidupnya pada The Name. Tentang mimpi-mimpinya, cinta monyet masa SMA. Bahkan saat itu seorang True Loner tidak lagi merasa Loner/sendirian. Ia bercerita pernah menjadi guru dadakan setiap pelajaran matematika, dan waktu ada yang tetap tidak bisa, Aiko ikut-ikutan putus asa. Atau ketika ia ikut ujian drama bahasa Indonesia dan didandani dengan begitu menornya ^_^. Apalagi aktingnya yang kadang tidak mau diingatnya, benar-benar memalukan, tulisnya.
Ternyata The Name pernah ikut klub drama dari cerita yang ditulisnya kepada True Loner. Ia juga bercerita, dulu juga ada seorang murid yang selalu bersikap seperti seorang guru di kelasnya. Lucu sekali, setiap ada soal yang sulit, anak itu selalu dikorbankan untuk maju ke depan dan menjawab pertanyaan guru. Tapi, katanya, ia selalu gugup kalau disuruh berbicara di depan. Bicaranya berputar-putar seperti komidi putar.
‘Mirip denganku’ balas True Loner di bawah pohon sakura yang sedang bersemi indah. Ujung jilbab warna peach-nya berderai lembut ditiup angin musim semi. Tahun itu ia mendapat kesempatan tugas dinas luar negeri ke Jepang dari kantornya. Sudah dua tahun ,sejak lulus cum laude dari S2-nya, Aiko bekerja di salah satu KAP Big Four di ibukota. Aiko senang bukan main. Sekarang ia ada di Jepang! Melihat sakura berjatuhan di atasnya diterbangkan angin musim semi. Mimpi ke 90-nya terwujud.
Pada The Name, True Loner bercerita ia sedang ada di Jepang. Tapi dua hari lagi ia harus pulang ke negaranya, dengan emoticon wajah yang sedih. The Name menghiburnya dan bertanya ‘saat ini kau ada di Jepang bagian mana?’. Selama enam bulan Aiko menetap di Tokyo untuk pekerjaan sambil mengasah bahasa jepangnya. Saat musim dingin kemarin ia bercerita pergi ke Hokkaido bermain ski. Tapi sebelum pulang ia ingin pergi ke tempat dimana bisa melihat matahari terbenam musim semi di balik Gunung Fujiyama. Namun ia belum menemukan tempat itu.
The Name menulis,  ‘pergilah ke gedung paling tinggi di Tokyo’. Pasti Tokyo Tower, ingat Aiko saat membereskan kopernya. Malam ini ia akan pulang dengan pesawat penerbangan terakhir. Secepat langkah ia pergi ke Tokyo Tower dengan laptop di tangannya.
Sesampainya di sana, True Loner menyapa The Name di dunia maya. ‘Sekarang aku sedang berada di puncak tertinggi Tokyo menunggu matahari terbenam’ tulisnya. Saat itu masih sore. Senja akan datang beberapa menit lagi. Dihitung-hitung sudah hampir empat tahun The Name hadir menemaninya, pikir Aiko sambil menunggu balasan darinya. Dan tidak sekalipun di antara mereka yang saling bertanya nama sebenarnya atau sekedar menanyakan asal negara. Kursor komputer di layar mengedip,
The Name membalas ‘Aku juga sedang menunggu matahari terbenam ^_^’.
‘Pasti menyenangkan jika bisa bersama-sama melihatnya…’ ketik Aiko.
‘Memang seperti itu’ balas The Name kemudian.
Aiko mendadak terdiam.. tak mengerti.., ‘Maksudnya?? ^^; ’ Tanya True Loner.
‘Di musim dingin, True Loner bercerita pergi main ski di Hokkaido, saat itu aku juga sedang menyentuh salju Hokkaido yang dingin dengan kedua tanganku. Sangat menyenangkan ^_^
Saat True Loner bercerita ia sedang melihat hujan sakura, aku juga melihatnya. Sangat indah.. Karena itu aku sangat senang ketika True Loner bilang akan pergi ke Jepang. Akhirnya The Name menemukan True Loner, dan True Loner tidak perlu berharap lagi The Name bisa melihat matahari terbenam bersamanya, karena aku sudah bersamamu’
Aiko terkejut bukan main saat membaca chat The name. Ia segera mencari ke segala arah dan menemukan seseorang berdiri tepat beberapa meter di depannya, sambil memegang laptop di tangannya. Hatinya berdegup kencang. Bagaimana mungkin dia ada di sini? Pasti suatu kebetulan, pikir Aiko saat melihat orang di depannya adalah orang yang dulu disukainya saat SMA. Orang itu mengetikkan sesuatu di laptopnya. ‘True Loner, berbaliklah. Matahari akan terbenam’ baca Aiko di laptop miliknya. Subhanallah, bisiknya. Bagi Aiko matahari terbenam hari itu adalah paling luarbiasa yang pernah dilihatnya. Airmata membasahi pipinya.
*Setahun kemudian, The Name meminta True Loner menemaninya untuk mengarungi perahu kehidupan bersamanya. Rencana Allah itu akan selalu indah.
‘Akhirnya mimpi ke 100-ku menjadi kenyataan ^_^’ ..  Aku Aiko.

0 komentar:

Posting Komentar