#Musim panas
2007 (Jun,
Jul, Agt)
“Ohayou minna san!!” teriak Aiko sambil
menarik gordyn di beranda.
Cahaya matahari yang sudah tinggi menerobos masuk lewat jendela, menyilaukan pandang. Hari ini musim panas telah tiba. Bagi sebagian siswa, musim panas adalah musimnya bersantai dan liburan. Tapi bagi sebagian yang lain, musim panas adalah musim menyelesaikan tugas-tugas dan mengejar nilai.
“Oh, tidak! Hari ini sudah masuk musim panas, ya?” ucap Kuniko malas dari balik selimutnya.
“Kuniko,
ayo bersemangat!”teriak Aiko sambil membuka gordyn
di antara dua tempat tidur bertingkat. Kali ini tidak ada kompromi lagi
untuk bermalas-malasan di balik selimut.
“Selamat
pagi!”ucap Hana yang langsung menuruni tangga dan pergi ke kamar mandi.
“Rajin
sekali dia,” batin Kuniko.
Sementara itu Nishi membereskan tempat tidurnya, “Hei, aku punya ide,” lalu ia menuju dapur. Di sana sudah ada Sakurako, “Bagaimana kalau hari pertama musim panas ini kita merenovasi ulang interior kamar ini?” usul Nishi.
“Ide
bagus!” jawab Aiko yang sedang berada di mezzanine.
Nishi
mendongakkan kepalanya dan terlihat Aiko sedang membersihkan debu di jari-jari
pagarnya.
“Hei
Aiko, kau ini sebenarnya bangun jam berapa?” Tanya Nishi terheran-heran.
“Jam
5 pagi, kenapa? Eh, tapi sesekali kalian harus mencobanya. Bangun pagi sungguh
menyenangkan!” teriak Aiko. Dan untuk kesekian kalinya dia berteriak, huh.. aku
bersyukur tidak memiliki telinga di kamarku.
“Nishi, tolong matikan kompornya kalau airnya sudah mendidih. Aku mau ambil roti dan susu di bawah,” pinta Sakurako, “mm.. ada yang bisa membantu?”
“Aku
saja!” jawab Yumiko dari tempat tidurnya. Ia langsung bergegas ke wastafel
untuk mencuci muka dan memakai cardigan yang dikenakannya kemarin malam, “ayo!”
Pintukupun
ditutup.
“Eh,
apa benar anak itu bukan tinggal di kamar ini?”Tanya Kuniko. Ia keluar dari
selimutnya dan membereskannya.
“Siapa?”
Tanya Hana yang sudah terlihat lebih segar dari kamar mandi,”kamar mandinya
agak kotor dan berdebu,” sambungnya lagi.
“Maksudmu
Yumiko?” jawab Nishi.
Kuniko
mengangguk,”sejujurnya aku berharap dia di sini saja.”
“Iya
lagipula setelah kupikir kamar 803 itu bukannya tidak ada ya? Bangunan ini kan
hanya terdiri dari 3 lantai utama” ucap Hana.
Nishi menoleh. Matanya terlihat lucu,”kamar 803? kurasa anak itu mengigau.”
“Oh,
jadi yang dicari Yumiko itu kamar 803,” ucap Kuniko.
“Semalam
waktu aku mau pergi tidur, aku sempat melihat sesuatu di tangannya. Ternyata
sebuah kunci. Dan kunci itu bertuliskan 308,” kata Aiko yang sekarang duduk I
atas jari-jari pagar.
“Benar
kan kataku. Ini lantai paling atas dan loteng pula,” Hana menjentikkan jarinya.
“Jadi
benar?” ucap Kuniko. Tersungging senyuman di wajahnya.
“Wah,
selamat ya Kuniko. Harapanmu terkabul,” canda Nishi. Disusul suara tawa
lainnya, bunyi melengking teko air yang mendidih pun mengagetkan semua orang.
-HT-
Sesampainya
Sakurako dan Yumiko, Hana menceritakan semuanya pada mereka. Dan di akhir
cerita Yumiko terlihat sangat senang. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Dan dia
menyesali dirinya yang belum sempat mengganti kacamata yang sudah bertambah
silindernya, hehe…
Setelah pagi yang menghebohkan itu, mereka menyantap roti dan susu yang dibawa Sakurako. Kecuali Aiko yang lebih senang menyeruput teh hijau dibanding susu.
“Kamu
tidak suka susu?” Tanya Kuniko.
“Tidak,
aku punya kenangan yang buruk dengan susu. Satu-satunya susu yang aku minum
adalah susu coklat,” jelas Aiko sambil kembali menyeruput teh hijaunya.
“Bagaimana
soal renovasi?” Tanya Nishi.
“Sekarang
juga boleh,” ucap Yumiko bersemangat.
“Eh,
tunggu-tunggu,” sela Aiko,”dengan ini telah diputuskan bahwa penghuni kamar ini
adalah Sakura-chan, Nishi-chan, Hana-chan, Yu-chan, Kuni-chan, dan Ai!” ucap
Aiko.
“Interupsi!”
sergah Kuniko secepat mungkin,” aku tidak setuju dipanggil Kuni-chan, jelek
sekali. Panggil kuniko saja,”
“Tapi
lucu juga, Kuni-chan, hehe..” canda Sakurako.
Aiko
melihat Kuniko sebentar dan “ baiklah, Ku-chan saja!” ucapnya sambil berlalu
meletakkan cangkir tehnya di dapur dan mengikat tali di kepalanya.
“Hrrghhh..
awas kau ya!” Kuniko bermaksud mengejar Aiko yang disambut dengan uluran sapu
dari Aiko, hihi..
Kamarku
yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dibersihkan memang sangat kotor. Debu
menumpuk di mana-mana. Beruntung sekali semalam mereka masih bisa tidur nyenyak
di sini walaupun berdebu.
Kamar ini memang bukan seperti kamar pada umumnya. Seperti sudah kubilang sebelumnya kamar ini adalah gudang penyimpanan barang-barang tak terpakai. Lalu aku juga pernah merasakan menjadi perpustakaan asrama yang sekalipun disebut sebagai perpustakaan namun sedikit sekali yang datang mengunjungiku bahkan hampir terlupakan. Sepi sekali rasanya. Tapi sejak aku punya teman, mereka, aku tidak pernah kesepian lagi.
Aiko membereskan mezzanine. Sejak awal dia memang sangat menyukai tempat itu. Dan telah menjadi tempat favoritnya. Nishi, Yumiko, dan Hana bahu membahu memindahkan perabotan. Dua tempat tidur tingkat dibiarkan ditempatnya. Habis tidak ada yang kuat memindahkannya.
Di kiri dan kanan jendela di antara dua tempat
tidur tingkat, diletakkan lemari milik Nishi dan Sakurako. Sedangkan milik Hana
diletakkan di samping meja belajarnya dekat beranda kamar. Yang paling aneh
punya Yumiko. Lemarinya ada di samping meja belajar Aiko. Punya Aiko sendiri
ada di dekat tempat tidurnya.
Hana yang penyuka bunga, menanami pagar beranda kamar dengan aneka jenis bunga. Tapi bunga yang paling disukainya adalah bunga mawar. Wah, tidak sabar rasanya menunggu bunga-bunga itu bermekaran.
Seluruh gordyn yang menghiasi kamarku diganti oleh Nishi dengan gordyn buatannya. Yumiko juga ikut membuatnya! Dinding kamarku yang berwarna coklat mahogani tetap dipertahankan.
Dengan sapunya, Kuniko membersihkan seluruh
sudut. Saat dapur akan dibersihkannya, Sakurako menolak. Hehe.. Tidak bisa
diganggu gugat bahwa sejak pertama kali bertemu, dapur adalah wilayah kekuasaan
Sakurako ^_^. Lantas, Kuniko menaiki tangga mezzanine.
"Hai!" Sapanya singkat pada Aiko yang sedang mendorong rak buku dengan kepayahan, "Sini, kubantu!" Ucap Kuniko.
"Wah, terima kasih Ku-Chan.. oh ya, bisa
tolong angkat kursi itu ke sana?" pinta Aiko.
"Ehm.. Kuniko!, Baik kubantu," jawab
Kuniko agak jengkel tapi sepertinya dia menyerah karena yang lain juga ikut
memanggilnya Ku-Chan, hehe..
Lantai kamarku penuh dengan tinta, benang, dan jarum. Nishi dan Yumiko terlihat bersemangat sekali membuat gordyn.
"Ai, di atas sana butuh hiasan bunga
tidak?" tanya Hana sambil membawa pot bunga mawar yang indah.
"Bagus juga diletakkan di jendela ini. Ke
atas saja, Hana-Chan!" Jawab Aiko.
Sementara yang lain sibuk dengan pekerjaannya, Sakurako memasak sesuatu yang baunya harum sekali. Dapat kupastikan dapur ini sudah bersih sempurna, hehe..
Selesai membereskan mezzanine, Aiko
bertanya pada yang lainnya, "ada yang mau ikut aku ke atas?"
tawarnya.
"Ke atas mana?" tanya Hana.
Aiko menunjuk atap kaca di sudut ruangan. pantas
saja kamar ini cukup terang di siang hari, batin Kuniko yang mengikuti arah yang
ditunjuk oleh Aiko.
"Memang ada ruangan di atas?" tanya
Hana lagi.
"Bukan ruangan sih.. hanya teras kecil. Kita
bisa melihat seluruh kota dari atas sana!"Jelas Aiko bersemangat.
Lama baru aku tahu, Aiko sangat senang memandangi langit dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam menikmatinya. Kebiasaan ini awalnya memusingkan semua orang karena Aiko sering menghilang tiba-tiba dan muncul tiba-tiba entah darimana dan membuat yang lain kewalahan mencarinya. Tapi lama-lama semua jadi terbiasa. Dasar anak aneh!
Hana dan Kuniko mengikuti Aiko menaiki tangga yang mirip dengan tangga rak perpusatakaan kalau kau ingin mengambil buku di bagian yang paling tinggi. Jadi kau harus sedikit berhati-hati saat berusaha mendakinya. Ketika atap kaca itu dibuka, pemandangan menakjubkan menyapa mereka.
Di atas sini udara bertiup semilir walau matahari
sangat menyengat. Aku sedikit bangga kamarku terletak di lantai 4. Udara yang
bersih, pemandangan indah, dan semilir angin walau musim panas yang panas
sekalipun.
-HT-
Setelah seharian penuh kerja rodi, hehe.. enam
teman baruku ini bersantai di tengah-tengah ruangan. 6 gelas penuh es jeruk dan
semangka merah yang segar tersaji di tengah meja.
Sekarang, kamar ini benar-benar bersih. Aku
bahkan bisa melihat atapku yang indah tanpa dihalangi oleh jaring laba-laba.
Kuniko dan Aiko benar-benar bekerja keras. Meskipun mereka sempat bertengkar
beberapa kali karena Aiko agak takut dengan jaring laba-laba.
Nishi dan Yumiko juga berjuang. Tangan mereka dipenuhi oleh cat yang sulit hilang dan wajah mereka sedikit coreng moreng di sana-sini.
Sekarang mereka semua sudah tertidur lelap karena
kelelahan. Tak dipedulikan lagi cat dan rambut yang berantakan. Bahkan Hana
yang perfeksionis tertidur di atas meja walau di tangannya masih tergenggam
gunting taman dan bajunya yang kotor oleh tanah.
Dan di teras atas, kulihat Aiko sedang duduk santai meminum es jeruk dan memakan beberapa potong semangka di bawah sebuah payung besar, memandangi petang yang mulai menjelang.
-HT-
Hari-hari musim panas berlalu dengan berbagai
kegiatan bagi siswa baru seperti mereka. Dan berarti mengerjakan setumpuk tugas
bagi siswa yang telah datang di semester lebih awal seperti Sakurako dan
Yumiko.
Mereka berenam adalah siswa pindahan dari cabang sekolah tersebut yang ada di daerah. Setelah lulus dari grade 1, mereka akan dikirim ke sekolah pusat untuk mengikuti grade 2 yang diwajibkan tinggal di asrama khusus. Grade 2 yang artinya adalah grade penjurusan. Siswa yang memilih datang di semester lebih awal adalah siswa yang harus mengikuti serangkaian ujian persiapan karena mereka masuk ke sekolah tersebut dengan jalur beasiswa. Tes beasiswa tersebut dilakukan pada akhir musim panas. Sementara yang datang setelahnya hanya harus mengikuti ujian saringan untuk masuk ke jurusan yang diminati.
Sakurako memilih kelas memasak sebagai jurusannya. Aku yakin ia akan bisa lulus dari sana dengan baik. Lalu Yumiko memilih kelas desain animasi bersama-sama Nishi. Bedanya Nishi memilih dua jurusan sekaligus yaitu kelas science dan kelas desain. Untuk itu sepertinya Nishi harus berjuang keras, tapi kalau kulihat dia terlihat santai saja ^_^.
Sedang Aiko juga memilih dua jurusan, ekonomi dan kelas sastra. Kuniko di desain grafis dan Hana menentukan langkahnya di kelas ilmu statistik. Ilmu statistik adalah kelas yang paling berat dan paling dihindari oleh para siswa. Hanya sedikit saja orang yang dapat lulus tes saringan awalnya.
Siang yang panas. Sekarang kamar ini lebih baik
dari sebelumnya. Seluruh penghuni kamar sibuk dengan urusannya masing-masing.
Hana menekuri diri di meja belajarnya. Kalau melihat tumpukan buku tebal di
hadapannya, tidak heran dia memakai kacamata tebal. Kuniko dan Nishi dengan
komputernya seperti adu mengetik siapa yang lebih cepat. Bau harum masakan yang
tercium.. Ini pasti dari Sakurako. Penguji memberinya tugas musim panas membuat
10 resep baru yang unik untuk diikutsertakan dalam kompetisi sebagai bagian
dari ujiannya, di mana resep sang pemenang akan dipilih menjadi salah satu menu
masakan di restoran terkenal di Jepang.
Di bagian atas tempat tidur tingkat, Yumiko asyik menggoreskan tintanya membuat pola-pola desain animasi. Kusarankan untuk tidak melihat betapa berantakkannya tempat tidur itu sekarang. Tangan kirinya memegang komik, tangan lainnya dengan cekatan membuat gambar. Orang ini memang Naruto holic sejati. Lihat saja dindingnya, penuh dengan poster dan gambar Naruto. Belum meja belajarnya yang penuh dengan action figure, kaset video dan banyak komik Naruto. Sampai-sampai tidak ada tempat untuk meletakkan buku dan belajar di sana.
Aiko juga sama. Meski belum mendapatkan tugas sebagai bahan ujian, tapi ada beberapa persiapan materi yang harus selesai sebelum musim panas berakhir untuk kelas broadcasting-nya. Oia, aku lupa bilang padamu, Aiko juga mengambil kelas pilihan Broadcasting sebagai kegiatan ekstrakurikulernya.
Aiko lebih memilih beranda kamar untuk mengerjakan materinya. Di sana udaranya memang lebih sejuk. Sambil memakan es krim di tangannya, Aiko takjim memandangi lembaran-lembaran kertas di depannya. Hanya terdengar suara jangkrik di kejauhan dan alunan samar-samar dari MP3 player milik Aiko yang disetel volume 3. Cukup membuat seluruh ruangan mendengar lagu itu di tengah-tengah suasana yang sunyi begini.
"Hei Ai, lagunya bagus.. apa judulnya?" tanya Kuniko. Ia menghampiri Aiko di beranda sambil membawa laptopnya.
"Oh itu, OST full house, i think.
Drama korea terkenal," jawab Aiko bersemangat. Nishi ikut menyusul Aiko.
Nishi memakai headset di kepalanya, terlihat keren, "Eh, mau coba
dengar yang ini?" tawarnya sambil menyerahkan headset yang
dikenakannya kepada Aiko.
"Boleh, lagu apa?"
"Anime, kalau kamu suka," jawab Nishi.
"Tentu aku suka! Tahu tidak, sebenarnya aku
juga ingin mengambil kelas desain animasi, tapi karena aku sadar dengan
kemampuanku.. ya, aku memilih menikmati karyanya saja, hehe," kenang Aiko.
"Aiko, kalau mau, aku bisa meminjamkan
komik-komikku," tawar Yumiko dari dalam ruangan kamar.
"Iya baik! Yu-Chan sedang mengerjakan
apa?" tanya Ai. Yang ditanya menunjuk kertas-kertas penuh gambar dari atas
tempat tidurnya.
"Dia sedang membuat pola desain untuk
membuat film animasi pendek," jelas Nishi.
"Wow hebat!" kagum Aiko. Aiko melirik
jendela dan terlihat Hana yang sedang diam termenung melihat langit di luar,
"Hana!" panggil Aiko,"Keluarlah! Di sini udaranya sejuk!"
Hana terkejut bukan main sampai-sampai wajahnya pucat dan pensil yang sedang dipegangnya terjatuh.
"Eh, maaf.. Aku melamun ya? fiuh.. soal-soal
ini cukup sulit,"
"Mungkin kami bisa membantu?" kata Aiko
sambil melirik Nishi dan Kuniko.
Hana terlihat membereskan bukunya, Dari balik
pintu beranda ia muncul dan membawa sebuah buku dan pensil,"kalian tahu
jawaban soal ini?" tanya Hana.
Jelas saja ketiganya menggeleng serempak, hehe.. "Mungkin Nishi bisa. Kamu kelas science kan?" ucap Aiko. Mukanya pucat melihat rumus-rumus statistik yang menari-nari di hadapannya. Sementara itu, Kuniko membantu memakan es krim Aiko di kotak box yang mulai mencair, "Ehm.. kubantu lewat internet ya. Mungkin ada orang yang mencantumkan soal itu di sini,"Ucap Kuniko dengan mulut penuh es krim.
"Hrggh.. Ku-Chan!Dasar! Mau bantu Hana atau bantu aku menghabiskan es krimku?"ucap Aiko saat melihat es krimnya tinggal separuh.
Hari pun beranjak petang..
"Eh, tidak terasa ya sebentar lagi musim
panas berakhir," ucap Aiko.
"Syukurlah," ucap Kuniko, "
hari-hari berkeringat akan berakhir!"
"Wah, sudah waktunya ya!" teriak
Yumiko.
"Apa??! tanya yang lain.
"itu,, em.. bukannya setiap musim panas
berakhir itu artinya matsuri!!!" Jawab Yumiko yang berteriak kegirangan
sambil buru-buru menghampiri teman-temannya di beranda.
"Wah, matsuri!" sambung Aiko.
"Itu artinya memakai yukata juga kan?"
ucap Nishi pelan tapi bersemangat.
"Aku tidak membawa yukata-ku ke sini,"
ucap Kuniko.
"Eh, kalian tahu apa yang kupikirkan?"
ucap Yu-Chan dengan senyum penuh arti.
"Apa??" jawab yang lain penasaran.
Nishi meliriknya sekilas,"kita bisa membuatnya." jelas Nishi.
"Wah.. aku beruntung sekali sekamar dengan
orang-orang ini!!!" kata Aiko yang tambah bersemangat.
"orang-orang ini???" Kuniko membalas
jahil, "kau kira aku ini..."
"Bukan..," sela Aiko," maksudku
Nishi dan Yu-Chan bisa membuatkan desainnya. Untuk Ai, Ku-Chan, Hana, dan
Sa-Chan. Pasti akan menyenangkan!"
"Seru sekali!" timpal Sakurako sambil
membawa sebungkus snack kue beras, "punya ide untuk makan malam di
beranda?" tanyanya.
"Makan malam?" ucap Hana bingung. Tapi
ketika ia melihat langit, gelap mulai datang menyapa dan kerlip bintang mulai
bermunculan menyadarkan ia dan semuanya bahwa hari telah beranjak malam.
"Ide bagus! langitnya cerah!" kata
Nishi sambil menutup aplikasi di laptopnya.
"Tidak sadar. sampai-sampai sudah malam
ya?" kata Aiko.
Meja di ruang tengah ruangan dipindahkan ke beranda. Menu makan malam hari ini adalah masakan Sakurako yang telah dibuatnya sepanjang hari untuk membuat resep baru yang ditugaskan oleh penguji. Sakurako meminta pendapat teman-temannya tentang masakannya dan mencatat hal-hal yang dikatakan oleh mereka. Aku yakin, Sakurako akan menjadi koki yang hebat di masa depan nanti.
Hari yang melelahkan ini pun berakhir. Itadakimasu!
-HT-
Setelah obrolan beberapa pekan lalu, semuanya
sangat bersemangat menunggu matsuri tiba. Tapi, tugas menggunung yang belum
terlihat berkurang mendesak untuk diselesaikan karena musim panas hampir
berakhir. Pelan tapi pasti, masing-masing dari mereka sudah tenggelam kembali
dalam aktivitasnya masing-masing. Di hari-hari terakhir musim panas yang amat
melelahkan, Aiko terlihat sangat jenuh. Di wajahnya seperti ada angka jutaan
yang berputar-putar.
Aiko memanjat tangga di mezzanine. Kurasa
tak ada seorang pun yang memerhatikannya. Bahkan, jahitan yukata yang sudah
jadi dan sudah dikirim tempo hari dibiarkan saja tergeletak di ruang tengah. Di
atas sana lebih baik bagi Aiko untuk melepas kejenuhan.
"hh.. lelahnya. Di sini sangat indah. Andai yang lain juga bisa melihatnya," Aiko melirik ke bawah lewat atap kaca dan matanya bertemu dengan siluet teman-temannya, "tampaknya mereka sibuk sekali," ucap Aiko dalam kesendiriannya. Harapan untuk melewati matsuri bersama-sama tampaknya akan gagal, batin Aiko. Malampun datang. Dia masih di atas. Sementara itu di bawah, lampu ruangan yang tadinya menyala terang kini sudah digantikan dengan lampu yang lebih redup untuk tidur. Masih di atas atap, Aiko menyantap makan malamnya dengan perasaan kecewa meski masakan Sakurako sangat lezat. Sakura sudah menyelesaikan 9 dari 10 resep tugasnya.
Kamarku sekarang benar-benar berantakan. Buku bertebaran di mana-mana, robekan kertas di sana-sini, tumpukan panci dan piring kotor, dan komputer yang menyala dibiarkan saja. Musim panas yang erat bagi para siswa.
Aiko bersenandung pelan, sampai tiba-tiba saja dari kejauhan, di langit, bintang berdentum-dentum, dan terdengar samar-samar sorak tepuk tangan banyak orang, "Hanabi!!!" Pesta kembang api!!!!" teriak Aiko melihat lebih teliti dan tampak sangat kegirangan. Senyum lebar menghiasi wajahnya dan ikut bersorak riang. Tanpa pikir panjang Aiko bergegas menuruni tangga sambil berteriak dan menyalakan lampu dengan bersemangat,
"Hanabi!!! Ayolah bangun!! Kembang api dimana-mana!" Seru Aiko membangunkan semua temannya.
Hana terbangun dan memakai kacamatanya,
"kembang api?" tanyanya masih setengah sadar.
"Matsuri!!??" sambung Yumiko penuh
semangat, langsung turun dari tempat tidurnya.
"Apa?! ada api!!?" Kaget Sakurako
sambil berlari menuju dapur.
"Bukan,, Hanabi! Pesat kembang api!"
Seru Aiko lagi.
"Sudah mulai?"tanya Nishi.
"iya, ayo ke atas!" ajak Aiko. Ia
langsung memanjat kembali ke atas diikuti Hana, Yu-Chan, dan Sakura, "Eh,
tunggu aku!!!" kata Kuniko sambil mematikan komputernya yang ternyata
masih menyala dan lupa dimatikan.
Di atas, semuanya terkagum-kagum. Tidak ada yang berkata-kata. Semuanya takjim memandangi keindahan yang ada di atas langit berpendar-pendar saling bersahutan dan bergantian. Semua beban seperti menguap bersama ratusan kembang api yang dilemparkan ke udara. Warnanya indah dan bentuknya bermacam-macam. Ada yang seperti komidi putar, seperti bunga mawar, dan banyak lagi. Aku ikut senang melihat temanku bisa bergembira dan tersenyum lepas lagi.
Tapi, di bawah Nishi justru sedang membuka beranda kamar lebar-lebar. Dan dia seperti mencari sesuatu di antara tumpukan barang-barang. Yang dicarinya ternyata ada di bawah meja di ruang tengah. Enam potong yukata indah tersimpan rapi di dalam kotak, hampir berdebu. Senyum simpul mengembang di wajahnya.
"Hei teman-teman!!" Teriak Nishi, "Turunlah sebentar!"
Yumiko menoleh ke bawah. Nishi sedang menunjukkan
yukata hasil desain mereka berdua, Yu-Chan mengangguk senang.
"Mm.. kalian mau menjadi bagian dari kerumunan
orang beruntung di sana?" tunjuk Yumiko. Ia mendahului teman-temannya
turun ke bawah, disusul yang lain. Yu-Chan mengambil kotak yukata yang
bertuliskan nama dirinya. Nishi memberikan kotak milik Aiko, Hana, dan
Sakurako. Setelah dicari ternyata kotak yukata Kuniko ada di atas skateboard
milik Nishi.
Ada enam bunga cantik di kamarku sekarang. Aku hampir tidak mengenali mereka. Aiko pusing tujuh keliling memakai yukatanya yang berwarna kuning lembut. Hana terlihat seperti bunga yang sedang mekar dengan yukata berwarna putih bermotifkan bunga krisan putih. Kuniko yang pemarah sekejab berubah menjadi anggun bak seorang putri dengan balutan yukata berwarna merah. Dengan terampil Sakurako membantu merapikan rambut teman-temannya. Dia sudah lebih dulu selesai, kain yukata berwarna biru laut sempurna menghiasi dirinya. Nishi dan Yu-Chan saling berpandangan dan ber-tos ria satu sama lain. Senyum bangga dan puas menghiasi wajah mereka.
Dari kejauhan (setelah mendapat ijin dari Bu Kepala Asrama), aku melihat tawa lebar teman-temanku di festival matsuri itu. Tak dipedulikan lagi piring dan panci kotor ataupun tumpukan tugas di meja belajar. Semuanya tampak gembira. Dan di sini, aku sendiri, berteman kilauan kembang api yang berdentum bersahut-sahutan. Rasanya aku ingin ikut menari bon odori bersama mereka dari sini di bawah terang bulan purnama sempurna.
contd.. AKI..
-HT-