Membaca kisah ini ada baiknya sambil
mendengarkan lagu “Sahabat Kecil” nya Ipang. http://www.youtube.com/watch?v=FdVWN4h6a34&feature=related Karena sambil membayangkan lagu
itulah untaian kata ini terjalin. Sebuah ungkapan hati bila bisa dikatakan,
sayangnya hanya bisa dituliskan..
X Baru saja berakhir hujan di sore
ini…
Beratus hujan telah kulalui di
sekolah tercinta itu. Tapi tak pernah satupun aku merasa bosan karenanya. Hujan
selalu menimbulkan euphoria aneh dalam diriku. Membersitkan kenangan masa lalu,
dan ketika hujan pergi, tak sabar menunggu hujan lain yang kan datang lagi.
X Menyisakan keajaiban, kilauan
indahnya pelangi…
Pelangi hari itu, saat tubuh bermandi
peluh, terbalut kaos biru olahraga. Pelangi yang indah, apalagi bila
menikmatinya bersama kawan. Menerbangkan angan berharap ada setumpuk kuali emas
yang menunggu di ujungnya. Mungkin seperti kata pepatah setelah tangis akan ada
bahagia dan setiap pisah akan ada jumpa.
X Tak pernah terlewatkan dan tetap
mengaguminya…
Satu kalipun, tak pernah aku berharap
akan berpisah ketika persahabatan datang. Meski orang-orang yang sama, aku tak
pernah jemu. Mereka selalu memberiku energi aneh dalam setiap tawa dan
kebersamaan, jika ada satu kupinta. Kuharap akan ada monitor raksasa yang
merekam semua yang terlewatkan selama tiga tahun ini. Dan aku kan menyimpannya
baik di dalam memori jiwaku.
X Kesempatan seperti ini, tak akan
bisa beli…
Betapapun banyaknya gundukan koin
emas di hadapanku untuk di tukar dengan kenangan ini, aku tak akan pernah
melepaskannya. Tlah banyak kesempatan indah yang tak kan datang kedua kali.
Kawan, kapankah bisa bersama lagi setelah hari putih abu terakhir berkibar?
Rindu,,
X Bersamamu kuhabiskan waktu, senang
bisa mengenal dirimu…
Pagi buta hingga siang terik
menjelang, kawan, kau selalu ada di sekitarku. Meski tak banyak kata terucap, kawan
selalu ada menemaniku. Jika tak ada mu kawan, mungkin aku hanya akan menjadi
setumpuk rangka berjalan tak berjiwa. Maaf atas semua sakit di hatimu dan
terima kasih atas semua obat di hatiku.
X Rasanya semua begitu sempurna,
sayang untuk mengakhirinya…
Semuanya seperti skenario naskah
drama sempurna yang pernah terangkai. Dan saat epilog terakhir diuntaikan,
tertutuplah sudah tirai panggung drama. Menatap rindu pada menit-menit masa
lalu yang berlalu sekelebat angin namun membekas terhujam bagai ukiran batu.
Kawan, jikalau ada mesin penghenti waktu di dunia ini, aku ingin meminjamnya
saat ini dan tak kan pernah membuatnya menutup lembaran, jikalau itu memang
ada, kuharap,,
X Janganlah berganti, tetaplah
seperti ini…
Seperti indahnya malam bertabur bintang
tak ingin mengantinya dengan terangnya siang. Kawan, 2 Juni nanti kita akan
berpisah. Ingat hukum alam, kawan? Dimana ada jumpa pasti akan ada pisah. Tapi
kuharap kawan tidak pernah memisahkan semua kenangan tentang semua. Kawan, aku
tak ingin mengucapkan selamat tinggal. Tapi aku akan mengucapkan sampai jumpa,
karena aku percaya, suatu saat nanti di tempat dan waktu atau dimensi yang
berbeda aku pasti menemukanmu, kawan.