twitter


Musim dingin/fuyu (Des 2007, Jan-feb 2008)

Titik-titik putih yang berjatuhan dari langit mulai memenuhi atap-atap rumah penduduk. Aiko mengurungkan niatnya untuk pergi ke teras atap di musim dingin seperti ini. Ia menikmati pemandangan indah itu dari beranda di mezzanine. Sekarang  bunga yang ditanam Hana tidak sedang mekar. Tapi warna putih salju yang indah membuat Aiko sangat terpukau. 

"Aiko! Mau coklat panas ga?" tanya Kuniko dari bawah sambil membawa 6 gelas di atas nampan. Dari balik pintu Nishi melesat dengan skateboard nya, "Nishi, awas!!" seru Kuniko. Yang dipanggil, mengambil segelas coklat panas yang sedang dibawa Kuniko lalu menyeruputnya. 
"Ku-Chan terlalu manis," komentar Nishi.
"Em.. Nishi, hati-hati, nanti kau bisa terpeleset dengan skateboard itu," kata Yumiko.
"Oke," jawab Nishi singkat. Skateboard itu sudah menjadi seperti kaki tambahan bagi Nishi, hehe..
"Em.. itu, aku boleh coba gak?" sambung Yumiko lagi sambil menunjuk ke arah skateboard di kaki Nishi. Nishi membalas dengan anggukan.

Dua anak ini benar-benar kompak. Yumiko tidak lagi merasa canggung dengan teman-temannya meskipun ia tetap saja menggumamkan "em.." saat akan berbicara. Justru baru terlihat sifat asli Yu-Chan yang selalu bersemangat setiap hari. 
"Wuiii!!!!" Seru Yumiko saat memainkan skateboard Nishi.
"Yu-Chan, skateboard nya punya Nishi ya?" Tanya Aiko saat menuruni tangga. Ia langsung cepat-cepat turun karena tertarik dengan suara Yumiko dan tentunya segelas coklat panas yang sedang menunggunya. 

Biarpun kesemua bentuk gelas sama dan hanya dibedakan dari nama yang ada di masing-masing gelas, tapi setiap gelas memiliki rasa yang berbeda-beda tergantung orang yang akan meminumnya. Di kamarku siapapun tahu kalau Aiko adalah pecinta coklat. Coklat adalah salah satu hal yang bisa memaksanya turun dari tempat favoritnya. Lain dengan Nishi yang tidak suka coklat manis, katanya tidak orisinil, hehe.. Kalau Hana suka coklat yang manis dan pahitnya dengan perbandingan 60:40. Selera Hana sama dengan Kuniko. 

Yang paling membuat iri adalah coklat panas milik Sakurako, selalu ada wangi khas yang tercium yang menggoda selera. Seperti aroma vanili, kayumanis dan semacamnya. Dan Yu-Chan dia suka semua jenis coklat panas yang tersedia dan tidak pernah menyisakan setetes pun. Mirip tokoh anime kesayangannya, Naruto yang hobi makan.

"Nishi, buatkan aku gambar Bos Aria, ya.." pinta Aiko sambil mencelupkan sebatang coklat ke dalam cangkir coklat panasnya. 
"Boleh, Aria yang itu kan?" tunjuk Nishi pada buku komik di depannya. Sejak bertemu dengan mereka, Aiko ikut-ikutan menyukai Naruto dan serial anime lain terutama Aria karena terpengaruh oleh dua sahabatnya itu. Diam-diam Aiko berpikir kalau Nishi mirip dengan tokoh Bos Aria -Nyuu- yang seperti kucing. Jadi lucu sendiri. Dan setiap melihat wajah Naruto dimanapun, Ai pasti langsung ingat dengan Yu-Chan. 

"Mmm.. aku juga mau buat untukmu, Ai-Chan. Boleh ya.."Ucap Yu-Chan bersemangat.
"Tentu saja!" ucap Aiko senang. Nishi dan Yumiko duduk berseberangan di meja yang ada di tengah ruangan kamar. Seperti sedang battle saja.

Di sebelahnya, Hana serius sekali memperhatikan Nishi yang sedang menggambar. Dia memang fans berat Nishi. Bahkan di meja belajarnya, gambar-gambar buatan Nishi di tempelkan di papan sterofoam pengumuman. Pernah satu kali Nishi tersipu malu sampai wajahnya merah semua karena melihat gambarnya dipajang oleh Hana semalam sebelumnya. 

"Mm... selesai!" teriak Yu-Chan bersemangat. Nishi pun sudah menyelesaikan gambar pesanan Aiko.
Aiko memandang kagum pada gambar Aria yang Nishi dan yumiko buatkan untuknya. Dua gambar itu disandingkan dan dipandangnya agak lama. Hana dan Sakurako ikut-ikutan memandangi gambar tersebut.
Aiko tersenyum geli sendiri. Aku tahu maksudnya. Gambar Nishi penuh dengan goresan halus, sisi feminin dan sangat manis. Membuat yang melihatnya merasa ingin melindungi gambar tersebut. Tapi gambar buatan Yu-Chan di sebelahnya, terlihat sangat bersemangat dan berapi-api dengan goresan yang tajam dan kasar. Agak menakutkan juga sih. Aria yang manis milik Nishi dengan Aria versi Yu-Chan yang sangar, hehe.. benar-benar bertolak belakang. 

"Aria-nya Yu-Chan benar-benar menggambarkan dirinya," celetuk Kuniko saat berpaling dari laptopnya demi melihat gambar itu. Yumiko terlihat bingung tapi tersenyum penuh kebanggaan. Kalau Nishi, mm.. biasa aja. Tetap stay cool.

Kuniko menunjukkan selembar kertas ke wajah Aiko, "Ini lihat. Gambarku lebih asli dan lebih hidup kan?" ucap Kuniko.
"Uh, jelas saja. Kau kan mengambilnya dari internet dan mem-print out nya," sungut Sakurako. Dia memang agak cerewet soal laptop.
"Hrgghh.. Sakurako.." balas Kuniko. Wajahnya memerah.
"Kenapa?" Sakurako balik membalas sambil asyik menyeruput coklatnya.
"Eh, sudah-sudah. Semuanya bagus ko. Nishi, Yu-Chan atau Ku-Chan, semuanya sudah berusaha. Terimakasih banyak. Jangan bertengkar dong," Ucap Aiko menyela di antara Sakurako dan Kuniko.
Lalu Hana menyandingkan semua gambar itu dan berlama-lama memandangnya tampak sedang berpikir. Ia tersenyum.

 Gambar Bos Aria&Akari ^^

 (Sumber: dokumentasi pribadi)

Setelah makan malam selesai, seperti biasa mereka asyik mengobrol di meja tengah,
"Mm.. mau corat-coret di sini gak?" tawar Yu-Chan sambil menunjukkan selembar kertas putih folio dan spidol warna-warni.

Yu-chan mengawali menggambar sesuatu, "Mm.. stoberi di sini, stroberi di sana.." Tulis Yu-Chan.
Nishi ikut mengambil spidol hijau, warna favoritnya, dan menggambar gambar Kuniko yang lengket pada laptop-nya. Kuniko balas menggambar wajah Nishi yang berbentuk "Henohenomohejyi" dengan spidol merah. Hana menulis rumus statistik di dalam gambar seekor lumba-lumba dengan spidol berwarna biru, dahinya tampak berkerut-kerut. Juga ada resep dan gambar masakan buatan Sakurako. Lezat dipandang. 

Dan Aiko membubuhi spidol warna kuning di setiap sudut kertas dengan tulisan konyol ala Aiko. Terutama di gambar buatan Kuniko yang akan selalu dibalas kekonyolan pula oleh Kuniko. Dan entah sejak kapan, kertas putih yang tadinya polos kini sudah penuh dengan tulisan semuanya. Nishi, Yu-Chan, Hana, Kuniko, Sakurako, dan Aiko.

Ketika malam beranjak larut, Aiko masih terjaga. Di tangannya tergenggam empat kertas dan menempelkannya di papan pengumuman di dapur, tempat yang siapapun pasti akan melihatnya. Cahaya lampu malam yang menyeruak dari jendela di beranda menerangi kertas tersebut. Tiga gambar Aria dan satu kertas penuh coretan warna-warni. Aiko tersenyum dalam sunyinya malam sambil memandangi papan itu. Satu kata yang terlintas di benakku saat itu ketika melihatnya, Persahabatan.

-HT-

Udara dingin yang menusuk kulit tidak menyurutkan semangat Yumiko dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut Festival Ohanami musim semi yang belum akan tiba dalam waktu dekat ini, hehe.. Dia sangat bersemangat. Jabatan ketua panitia tahun ini dipercayakan padanya. Apalagi Festival ohanami itu bertepatan dengan hari ulang tahun sekolah. Aiko yang bergabung dalam kepanitiaan sampai kewalahan menghadapi semangat ketuanya itu. 

Bisa dibilang semua temanku ikut dalam kepanitiaan juga. Nishi pada desain panggung dan secara pribadi mendesain tanda kepanitiaan terbaiknya. Hana sebagai panitia konsumsi, menjamin agar nanti tak ada satupun panitia dan peserta yang perutnya keroncongan. Untuk hal ini Sakurako bersedia dengan sepenuh hati membantunya. dan Kuniko bekerja dari balik laptop menyebarkan publikasi tentang Festival Ohanami sekolah di milis dan blog miliknya yang paling update satu sekolah. 

Semuanya bekerja dengan sepenuh hati karena festival tahun ini akan menjadi kepanitiaan terakhir mereka Karena tahun depan mereka semua akan naik ke grade 3 dan akan menempuh ujian akhir dan persiapan masuk perguruan tinggi. Jika dipikirkan seperti ini rasanya waktu berjalan begitu cepat.

Aiko kebagian sebagai panitia acara. Baru kali ini Aiko tidak sering menghilang. Jika memungkinkan sepanjang hari dia akan berdiam diri di meja di mezzanine dengan pulpen di tangan dan berlembar-lembar kertas di hadapannya. Belum pernah aku merindukan kehadiran Aiko di teras atasku. Tapi sekarang rasanya teras atas itu terasa janggal. Hana pun juga merasa sperti itu. Sekarang kalau memanggil Aiko untuk makan Hana atau Sakurako tidak perlu berteriak lagi.

Kebalikan dari Aiko, Yumiko  justru semakin jarang kelihatan di kamarku. Sepulangnya dari sekolah ia langsung disibukkan dengan berbagai macam rapat yang tidak dapat kuingat. Semua jadwalnya tersusun rapi di dinding tempat tidurnya hingga tak terlihat lagi poster atau gambar Naruto di sana. Dan setiap kali pulang ia membawa setumpuk kertas yang sebagian diberikannya pada Aiko.

“Mm.. Aiko kali ini mohon bantuanmu lagi ya. Bisakah kamu menghubungi teater sekolah kita untuk mengisi acara Festival Ohanami nanti?” Pinta Yumiko di meja makan.
Mendadak Aiko menghentikan suapan nasinya dan memandang wajah Yu-Chan yang bersemangat.

“Teater ya? Baiklah akan kulakukan. Yu-Chan bersemangat sekali,” ucap Aiko dengan senyuman di wajahnya.
“Mm.. tentu saja. Selain semangat dan berusaha aku tidak punya cara lain untuk menjalankan semua ini,” jawab Yu-Chan. Wajahnya menyiratkan kesedihan.
“Hei, ketua! Masih ada dua bulan lagi sebelum salju mencair. Bunga-bunga di luar sana akan marah jika kau meminta mereka untuk cepat menampakkan diri,” celetuk Nishi sambil menyeruput teh hijaunya.

Kuniko membalas,” em.. jangan terlalu memaksakan diri. Di sekelilingmu banyak teman yang akan membantu. Jangan khawatir,” ucapnya.
“Theobromin dalam coklat ini dapat menenangkan suasana hati, makanlah” tawar Sakurako pada Yumiko.
“Sa-Chan, kok cuma Yumiko yang ditawari,” ucap Kuniko.
 “Iya-iya, karena coklatnya cuma satu kita bagi enam saja bagaimana?” ^_^

-HT-
Sambil mempersiapkan rencana festival, keenam temanku itu juga sangat sibuk mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi ujian kenaikan tingkat. Tidak terasa secepat ini waktu berlalu. Grade 3 adalah grade tertinggi dan terakhir.

“Eh, dua hari lagi perayaan tahun baru, ‘kan? ucap Aiko bersemangat dari beranda kamar yang jendela dan tirainya terbuka lebar membuat yang di dalam menggigil kedinginan.
“Iya! Tapi kalau kau tidak menutup tirai beranda itu, kita semua tidak akan bisa merayakan tahun baru, hatchiii..!!” ucap Kuniko. Sepertinya bersinnya semakin parah saja.
“Hehe.. iya, maaf! Ku-Chan kamu flu ya? Tanya Aiko sambil menutup kaca jendela beranda.

Sakurako meletakkan sesuatu di hadapan Kuniko, baunya benar-benar menyengat.
“Ini obat resep ibuku kalau aku flu, dibuat dari ekstrak jahe, minumlah,”pintanya.
“Kau tidak memberikanku coklat panas saja?” jawab Kuniko.
“Huuh! Dasar!”

“Aku pulang!” sapa Nishi dari balik pintu dengan skateboard-nya.
“Mm.. cuaca di luar dingin sekali,” ucap Yumiko sembari menutup pintu. Di tangan Nishi dan Yumiko penuh dengan batang bambu. Hana yang sedang membaca langsung meletakkan buku di tangannya, menghampiri dan membantu mereka berdua.

“Tugas mendesak?” Tanya Hana sembari mengambil beberapa batang bambu dari tangan mereka.
Nishi mengangguk pelan.
“Mm.. aku kaget waktu kami berdua dipanggil oleh kepala sekolah dan diminta membuat kadomatsu untuk gerbang sekolah,” jawab Yumiko. Tak diragukan lagi keahlian Nishi dalam seni dan budaya Jepang serta kreativitas Yumiko yang memang sudah terkenal di seantero sekolah. Bahkan kepala sekolah sering meminta Nishi untuk menjadi asisten guru untuk mengajar di pelajaran budaya Jepang.
“Sisa banyak sekali bambunya, apa akan dibuang?” gumam Hana.
Nishi berbaring di tempat tidurnya karena kelelahan.

”Mm.. kepala sekolah yang aneh. Kalian tahu tidak, tinggi gerbang sekolah itu bahkan lebih tinggi dari kami dan kadomatsu itu dibuat menjulang tinggi melebihi gerbang sekolah. fiuh.. sampai harus memanjat. Seperti pencuri di komik-komik,” cerita yumiko saat makan malam. Tangannya mengores-goreskan sebuah sketsa di atas kertas putih.

“Sepertinya menyenangkan sekali membuat kadomatsu. Aku belum pernah membuatnya, apa seperti merangkai ikebana?” Tanya Hana penuh rasa ingin tahu.
“Mm.. hampir mirip,” ucap Yumiko.
“Kupikir akan kugunakan sisa batang bambu itu untuk membuat kadomatsu di sini,” kata Nishi.
“Wah, ide bagus!” seru Aiko tiba-tiba.
Semuanya pun ikut mengiyakan seruan Aiko.

Keesokan harinya, mereka berenam membuat kadomatsu tahun baru. Aiko mengeluarkan semua perlengkapan handcraft-nya. Sketsa yang dibuat Yumiko tadi malam dengan sedikit tambahan detail dari Nishi dan sentuhan Hana khas ikebana menjadi contoh kadomatsu yang akan dibuat. Sketsa yang indah. Kuniko juga ikut terjun di lapangan, tidak dibalik laptopnya lagi. Karena Sakurako yang membujuknya dan secara ajaib laptop kesayangan Kuniko hari itu tiba-tiba menghilang. Tidak ada pilihan lain, pikir Kuniko. Hehe.. Sakurako yang menyembunyikannya.

Hampir setiap waktu Kuniko berkutat di depan layar laptopnya. Belakangan Sakurako tahu bukan tugas atau persiapan ujian yang Kuniko kerjakan, tapi chatting dengan seseorang yang tidak Sakurako kenal di salah satu milis milik klub bakti sosial. Hal itu membuat Sakurako khawatir. Apalagi ujian kenaikan tingkat semakin dekat dan nilai Kuniko yang semakin menurun akhir-akhir ini. Di antara mereka, Sakurako memang yang paling memerhatikan Kuniko, sahabatnya.
-HT-

Tahun baru kali ini sedikit berbeda karena semua siswa merayakan tahun baru di asrama dan tidak bisa pulang untuk merayakannya bersama keluarga mereka termasuk keenam temanku ini. Hal itu karena mereka tengah memasuki pekan intensif ujian.
Sehari sebelum perayaan tahun baru, Sakurako terpaksa meminta ijin pada Bu Kepala Asrama untuk pulang menjenguk ibunya yang sedang sakit. Hana, Aiko, Nishi, Yumiko, dan Kuniko sangat sedih tidak bisa merayakan tahun baru bersama Sakurako.

“Aku iri padamu yang bisa pulang,” ucap Kuniko saat mengantar Sakurako di gerbang asrama.
“Semoga ibumu cepat sembuh ya, Sa-Chan,” ucap Aiko.
“Mm.. aku pasti akan kangen dengan masakan makan malam buatan Sakurako,” sambung Yumiko tersenyum.
Nishi menepuk pundak Sakurako,”hati-hati di jalan, kawan!”
“Kudengar Hokkaido sangat dingin terlebih di musim dingin seperti sekarang. Ini syal untukmu,” Hana memberikan syal biru hangat kepada Sakurako.
“Terima kasih semuanya! Aku hanya pergi beberapa hari kok, aku pamit ya!” ucap Sakurako sambil memasuki mobil taxi.

Sakurako melambaikan tangannya. Deruan mobil yang semakin samar membawanya pergi. Kuniko lama memandangi mobil taxi itu sampai menghilang dari pandangannya. Dalam hati ia ingin Sakurako cepat kembali dan bisa merayakan tahun baru bersama-sama.

-HT-
Lonceng perayaan tahun baru terdengar bergaung memenuhi angkasa. Bunyinya sangat indah. Ini adalah tahun baru pertama dan terakhir bagiku untuk melewatkannya bersama teman-temanku. Musim dingin tahun depan mereka semua sudah tidak berada di sini lagi. Dan aku akan kembali kesepian. Tapi tak apa, aku akan menghargai saat sekarang yang lebih berharga.
Nishi dan Yumiko sedang membeli bahan makanan sementara Hana, Aiko, dan Kuniko sedang membersihkan dan merapikan kamarku. Sudah menjadi tradisi setiap tahun baru di sambut dengan acara bersih-bersih walaupun sebenarnya hari sudah gelap. Seharusnya sih acara bersih-bersihnya pagi hari tapi karena tadi pagi kewalahan mengenakan kimono dan khawatir dimarahi oleh Bu Kepala Asrama-yang akan memandu pergi ke kuil dekat sekolah-karena terlambat, jadinya mereka tidak sempat bersih-bersih.

Aiko menyalakan perapian, udara semakin dingin walau semua jendela sudah terkunci rapat.
“Eh, kue kagamimochi buatan kita tadi kelihatannya lezat,” ucap Aiko sambil memandangi kagamimochi yang menghias di tengah meja.
“Kalau mau, masih banyak di dapur. fiuh.. lelah sekali,” ucap Kuniko. Pekerjaan bersih-bersih sudah selesai. Udara hangat dari perapian memenuhi ruangan kamarku.
“Hmm.. mendengar lonceng tahun baru sambil makan mie soba memang paling enak,” ujar Aiko.
“Tapi mie soba ini pasti tidak seenak buatan Sakurako,” Hana menyumpitkan mie ke dalam mulutnya. Setelah Sakurako pulang menjenguk ibunya, semuanya beralih profesi menjadi koki dadakan, hehe..
“Eh, Ku-Chan, ada email baru untukmu tuh,” tunjuk Aiko. Kuniko yang sedang merapikan lemari bajunya buru-buru menghampiri.
“Apa dari Sakurako?” Tanya Hana.
“Bukan, ini dari temanku di milis baksos,”
“Ku-Chan ikut klub baksos?!” Aiko cukup terkejut mendengarnya.

Terdengar suara pintu dibuka.
“Kami pulang!” sapa Yumiko dan Nishi berbarengan,” wah.. mm.. di luar ramai sekali!” ucap Yumiko.

Selesai merapikan bahan makanan, Yumiko dan Nishi ikut bergabung dan menyantap mie soba buatan Hana. Nishi menunjukkan satu set kembang api yang dibelinya saat perjalanan pulang ke asrama. Mereka sepakat akan menyalakannya saat Sakurako pulang nanti. Tadi pagi saat mereka pergi ke kuil, masing-masing membeli gantungan kunci berbentuk omikuji. Nishi memilih warna hijau, Hana dan Yumiko warna merah muda dan Aiko dengan omikujinya yang berwarna kuning. Dia sampai berusaha keras mendapatkannya karena warna kuning sangat jarang. Kuniko sendiri membeli dua buah omikuji. Dia bermaksud memberikan salah satunya pada Sakurako. Meski sempat marah karena Sakurako menyembunyikan laptopnya, diam-diam Kuniko berterimakasih karena Sakurako melakukan itu untuk kebaikannya. Ia tahu dari surat yang diselipkan Sakurako di dalam laptopnya.

(sumber: google.com)

“Kadomatsu buatan kita bagus juga ya, Bu Kepala Asrama sampai memujinya,” cerita Hana. Yumiko bertanya kapan beliau datang dan Hana menjawab bertemu dengan Bu Kepala Asrama secara tidak sengaja di depan pintu kamarku ketika membuka pintu akan membuang sampah. Di malam hari, Beliau memang sering melihat-lihat keadaan asrama.

“Mm.. rasanya kok aneh ya dengan laptop ku hari ini,” keluh Kuniko sambil mengetik sesuatu.
“Aneh bagaimana?” timpal Aiko.
“Omelan Sakurako maksudnya,” celetuk Nishi sambil tersenyum kecil. Kuniko salah tingkah mendengarnya.

(Terdengar suara letusan kembang api)
“Wah!! Kembang api!!” teriak Aiko yang tiba-tiba sudah berada di depan beranda kamar,”cepat kesini!” ajaknya bersemangat.
Bunyi lonceng dan dentuman kembang api saling bersahut-sahutan. Entah dimana, Sakurako pasti sedang menikmatinya juga saat ini.

-HT-
“Perayaan tahun baru sudah berakhir tapi Sakurako belum juga kembali ke asrama,” gumam Aiko sambil memandang langit malam yang sama kelabunya dengan hatinya.
“Apa penyakit Ibu Sa-Chan sangat parah, ya?” sambung Hana dari meja belajarnya.

Dalam hati, kuniko juga memikirkan hal yang sama. Di depan layar laptop ia memandanginya gantungan kunci berbentuk omikuji berwarna biru yang akan diberikan pada Sakurako.
“Kenapa ujian grade  harus datang di saat seperti ini sih?” gerutu Aiko sambil menghela napas. Besok mereka akan menghadapi ujian grade 3. Hari yang sangat penting bagi siswa semester akhir di grade 2 seperti mereka.

Di meja tengah. Nishi asyik menyeruput teh hijau sambil mengerjakan sesuatu. Tapi bukan bahan ujian yang dikerjakannya.
“Mm.. mereka itu siapa?” Tanya Yumiko yang tertarik dengan apa yang sedang dikerjakan Nishi.
“Menurutmu?” Nishi balik bertanya. Makhluk yang satu ini memang paling ahli membuat orang ‘patah hati’ hehe..

Kegiatan sosial Kuniko yang semakin banyak, hampir menyita sebagian besar waktunya untuk belajar. Teman-temannya selalu mengingatkan, tapi sepertinya hanya dia satu-satunya orang yang tidak ingat besok ada ujian grade 3. Malam itu karena melihat kerepotan teman-temannya dalam belajar, Kuniko pun baru teringat akan ujiannya.

Walaupun malam hampir larut, Aiko dan Nishi masih bertahan untuk terjaga sementara yang lainnya sudah tertidur pulas. Yu-Chan tertidur di meja tengah, Hana di atas buku tebal statistiknya, dan Kuniko di depan layar laptopnya. Lalu di keheningan malam, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di lorong asrama. Aiko yang sedang membaca buku sambil mendengar lagu korea dengan headset nya yang disetel volume 1, samar-samar mendengar langkah kaki itu.

“Nishi, kau mendengarnya?” Tanya Ai.
“Mungkin Bu Kepala Asrama,” jawab Nishi santai. Keripik kentang yang ada di meja tengah kini melumat dalam mulutnya.
“Kadomatsu ini..” gumam seseorang dari balik pintu. Ia meletakkan sekuntum bunga edelweiss di antara hiasan kadomatsu tahun baru yang masih terpajang di depan pintu kamarku. Satu tangannya mengenggam koper besar dan bungkusan berisi makanan. Tangannya yang lain memutar gagang pintu, dan….

“Sa-Chaaan!!!!” Teriak Aiko begitu melihat sahabat yang sangat dirindukannya tengah berdiri di ambang pintu kamar, tersenyum menatapnya. Teriakan Aiko yang terkenal itu, segera saja membangunkan satu per satu dari mereka yang sedang tertidur, melepas rindu. Teringat akan tahun baru, Nishi menyalakan kembang api yang mereka simpan untuk merayakannya bersama Sa-Chan. Meski tahun baru sudah lama lewat, tapi bagiku dan mereka, tahun baru yang sebenarnya adalah saat ini. Sakurako sangat terharu. Di teras atas, walau udara musim dingin sangat-sangat dingin, semuanya merasa sangat senang. Tak disangka oleh semuanya, Kuniko memberikan gantungan kunci berbentuk omikuji pada Sakurako. Kelihatan sekali gengsinya Kuniko. hehe..

“Lain kali harus bawa lebih banyak oleh-oleh,” seloroh Kuniko buru-buru melahap makanan yang dibawa Sakurako. Sakurako pun mengucapkan terimakasih dan ingat membawa bunga edelweiss dari desanya di dataran tinggi Hokkaido untuk Hana. Hana senang bukan main. 

Dalam bahas bunga, edelweiss artinya memori yang tak ternilai atau kenangan terindah. Edelweiss juga menjadi lambang keabadian. Ia tak kan pernah layu walaupun waktu berlalu. Aku juga berharap seperti itu, persahabatan ini kuharap tak akan pernah berakhir.
“Besok, Ayo kita berjuaang!!! Ganbareba dekiru!” Semangat Aiko.
“Semoga semuanya lulus dengan baik,” doa Sakurako sambil melihat Kuniko dan tertawa kecil.
“Yei! SMANGAT!!!” Yu-Chan, Nishi, Hana.
(Sumber: google.com)

-HT-

Dari luar pintu gedung olahraga terdengar ramai suara para anggota teater yang sedang berlatih. Aiko berdiri mematung memandang gagang pintu di depannya. Rasanya tangannya membeku seperti es di musim dingin. Ia tidak berani membuka pintu itu. Padahal sudah berkali-kali mencoba dan meyakinkan diri sendiri kalau dia pasti bisa. Tapi, ada seseorang di dalam sana yang membuat Aiko mengurungkan niatnya untuk masuk. Teman-temanku di gedung sekolah yang memberitahuku. Pantas saja, seharian ini di kamar Ai-Chan jadi pendiam. Tersisa satu lagi pekerjaan yang harus diselesaikannya untuk festival nanti yaitu meminta klub teater untuk tampil di acara tersebut. Tapi jangankan meminta mereka, membuka pintu gedung olahraga pun Ai-Chan tidak berani.

“Ai, ayo turun. Makan malam sudah siap!”Ucap Hana.
“Tidak, aku tidak lapar,” balas Aiko dari lantai mezzanine.

Di waktu yang lain…
“Mm.. Aiko cepat! Nanti kita terlambat ke sekolah,” teriak Yu-Chan bersemangat.
“Oh.. nanti aku menyusul!” jawab Aiko dari mezzanine.
“Ada bekal yang kusiapkan, jangan lupa bawa ya!” sambung Sa-Chan sambil menutup pintu dari bagian luar.

Waktu yang lainnya lagi…
“Aku pulang!” sapa Nishi, membuka pintu dan masuk dengan skateboard nya. Teman-teman yang lain masih belum pulang karena di hari itu hanya Nishi dan Aiko yang paling sedikit jadwal kelasnya. Seperti sudah hapal, Nishi tidak mencari ada orang di kamar atau tidak. Aiko pasti ada di mezzanine.
“Rupanya tempat favoritmu sudah pindah di sana ya?” celetuk Nishi. Walau cuek, Nishi merasa khawatir juga dengan Aiko.
“Kalau Sa-Chan ada, dia pasti memberimu ini,” ucap Nishi sambil meletakkan secangkir coklat panas di atas meja Aiko ,”Dia dan Hana pulang terlambat hari ini, mau survei menu katanya,”
“Em, terimakasih coklat panasnya,” jawab Aiko lemah.
“Teras atas pasti sangat merindukan tuannya,” seloroh Nishi sambil menuruni tangga.
Aiko menatap sedih tangga menuju ke teras atas. Dan kembali mengerjakan lembaran kertas di hadapannya.

Dan lagi, di waktu-waktu yang lainnya…
“Apa tidak apa-apa membiarkannya di sana?” kata Sakurako.
“Aiko bahkan tidak turun untuk makan malam,” Hana menghela napas,”berapa kalipun aku berteriak memanggilnya turun, ia hanya mengiyakan tapi tidak pernah bergerak untuk turun,” keluhnya.
“Biarkan saja. Dia bukan manusia super yang tidak butuh air dan makanan,” tandas Nishi sambil menyuapkan makanannya.
“Nishi…” ucap Sakurako terdengar sedikit marah.

Yumiko menghentikan makannya. Kepalanya tertunduk dalam,” Mm.. apa ini salahku karena telah membebaninya cukup banyak dalam acara festival?” ucapnya dengan napas yang berat.
“Bukan, bukan salahmu,” hibur Kuniko.
“Salahku yang terlalu bersemangat pada hal ini sampai tidak memerhatikan keadaan temanku sendiri. Mungkin di luar banyak juga panitia yang lain juga merasa seperti ini tanpa aku sadari?” isak Yu-Chan,”Kurasa aku bukanlah seorang ketua yang baik,”
“Yu-Chan, menjadi seorang ketua memang tidak mudah. Apalagi ditambah dengan beban dalam menghadapi ujian kenaikan tingkat. Tapi kau sudah berusaha semampumu, kan?” hibur Hana.
“Tidak, aku memang sudah menyadari hal ini. Aku bukan ketua yang baik. Maafkan aku...” tangis Yumiko semakin deras.

Sakurako mengeluarkan sesuatu dari dalam kantongnya,”coklat…” lantas menyodorkan sebatang coklat pada Yu-Chan.
“Kali ini aku tidak akan minta,” canda Kuniko. Yu-Chan pun tersenyum mendengar ucapannya.

-HT-


Lembaran-lembaran kertas di hadapan Aiko dipenuhi titik-titik air mata. Ia menangis. Tapi tak satupun yang menyadarinya. Bahkan aku pun tidak tahu kalau Ai-Chan menangis kalau bukan karena kertas yang basah itu. Tapi samar-samar aku bisa mendengarnya. Suara hati Aiko,
“Yu-Chan, kamu tidak boleh menangis. Aku yang salah. Aku tidak bisa melakukan tugasku dengan baik. Maafkan aku.. Bagaimana ini? Aku tak bisa meminta bantuanmu. Yu-Chan sudah terlalu banyak mengemban semuanya. Tapi bagaimana? Aku.. tidak tahu..,”

Aiko menangis tanpa suara. Kalender di mejanya sudah penuh dengan coretan. H-1 bulan lagi musim semi akan tiba. Tapi formulir persetujuan tampil klub teater belum ditandatangani. Ditambah lagi, salah satu pengisi acara sekolah batal untuk tampil. Suasana hati Aiko benar-benar kacau.
“Aku tak berani memandang wajah Yu-Chan saat ini. Aku bersalah. Maafkan aku,”

-HT-

Karena terlalu sering pergi keluar di musim dingin yang sangat dingin kali ini, ditambah kegiatan mereka yang semakin padat menjelang hari festival, Hana, Sakurako, Kuniko, dan Yu-Chan jatuh sakit terserang demam. Nishi yang masih sehat sangat kewalahan merawat empat orang sahabatnya. Kalau begini terus, Nishi bisa ikut jatuh sakit.
Di antara semuanya, Yu-Chan yang demamnya paling mengkhawatirkan. Panas tubuhnya begitu tinggi. Saking kewalahannya, Nishi menggunakan skateboard untuk berpindah dari satu tempat tidur ke tempat tidur lainnya untuk mengompres mereka semua atau sekedar untuk memeriksa keadaan mereka.  Nishi menghentikan langkahnya di tengah ruangan dan memandang lantai mezzanine  di atasnya,
“Ai, di sini ada empat orang yang sangat membutuhkanmu. Dua tanganku tidak pernah cukup untuk semuanya. Rasanya jika ada dua tangan lagi yang bersedia turun membantu, aku akan merasa sangat senang,” ucapnya sambil menyeka peluh di dahinya.

Tak ada jawaban. Air teko di dapur sudah melengking minta dimatikan apinya. Ditaruhnya baskom berisi air di meja dapur. Bubur yang tengah dimasaknya pun telah matang.

Lagi-lagi, Yu-Chan mengigau. Nishi berlari menghampirinya dengan baskom di tangan kiri dan termometer di tangan kanannya. Nishi tidak melihat skateboard di jalannya, saat hampir tergelincir, seseorang memegang lengannya,
 “Nishi, sini aku bantu. Maaf aku telah bersikap egois,” ucap Aiko dengan nada penyesalan.
“Siap bertempur?!” jawab Nishi tersenyum.
“Em!” balas Aiko. Diambilnya baskom dari tangan Nishi.

Setelah diperiksa lagi, panas Yu-Chan sampai 40.5ºC. Aiko berkali-kali mengganti kompresnya. Giliran Hana yang merintih kesakitan, Nishi melompat ke tempat tidurnya dan memberikan obat. Seluruh tangan dan kaki Hana dingin sekali dan wajahnya memerah, Kuniko pun sama. Aiko yang selama ini tidak begitu dekat dengan Nishi, merasa canggung meminta obat darinya untuk diberikan pada Kuniko.
“Ai, ini obatnya. Tolong berikan pada Kuniko,” ucap Nishi akhirnya.
“Ah.. Ya, Terimakasih,” balas Ai.

Dua jam berlalu dan semuanya mulai tertidur pulas. Demam mereka pun sudah mulai turun. Nishi dan Aiko mengistirahatkan diri di meja tengah. Tiba-tiba saja, mereka merasa kepanasan. Peluh bercucuran padahal di luar salju turun dengan lebatnya.
“fiuh… lelah juga ternyata,” ucap Aiko.
“Minumlah teh hangat ini. Bisa mendinginkan suhu tubuh,” tawar Nishi sambil menuangkan teh ke dalam gelas Aiko.
“Terimakasih, Nishi-Chan,” kata Ai.
“Apa sekarang suasana hatimu masih buruk?” Tanya Nishi.

Aiko menggelengkan kepalanya, “Tidak lagi. Melihat semuanya begitu menderita membuatku merasa begitu beruntung. Nishi, terimakasih ya!” jawab Aiko.
“Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, cerita saja. Berada bersama satu kamar seperti ini, sudah seperti keluarga. Kita harus bisa saling menjaga. Satu bagian merasa sakit, semuanya pun akan merasa sakit,” ucap Nishi.
“Aku memang keras kepala, hehe.. tapi..” Aiko menghentikan katanya. Nishi sudah tertidur pulas. Aiko beranjak dari tempat duduknya dan menyelimuti Nishi hati-hati karena tidak ingin membangunkannya.
“Nishi pasti sangat lelah. Kenapa tidak mengakuinya saja,” Aiko geli sendiri melihatnya. Seharian ini Nishi berusaha tampil tegar walaupun sebenarnya sudah sangat kelelahan.
Tidak kusangka “super woman” itu kini tampak sangat lemah. Ternyata Nishi juga manusia biasa, hehe…, gumam Aiko dalam hati.

Tiba-tiba terdengar suara Yu-Chan yang mengigau lagi. Aiko buru-buru menghampiri dan mengganti kompresnya. Panasnya naik lagi. Aiko sangat panik melihat Yu-Chan yang terus menerus mengigau. Ia lalu menaiki anak tangga menuju komputer desktop milikku untuk mengakses semua hal tentang “demam”. Ketika sudah mendapatkan yang ia cari dan memutup semua aplikasi, Aiko melihat kotak email di layar komputernya. Ia pun menghentikan langkah dan meng-klik toolsopen”. D bagian kiri atas tertulis from:Ku-Chan, 14:28 p.m (hari sebelumnya). “Dari Ku-Chan??” ucap Aiko pelan. Dan di bagian baris pesannya tertulis,
If NO ONE care about you…
NO ONE can help you…
NO ONE like u…
NO ONE can walk together with you…
Don’t sad.. Bcz..
My name is NO ONE” (^o^)/

Hati Aiko langsung terenyuh membacanya. Dalam sekejab, rasa sedih di hatinya menguap diterbangkan angin musim dingin di balik jendela. Ia bergegas turun dan menghampiri Kuniko yang sedang tertidur. Dibetulkannya selimut yang menyelimuti Ku-Chan.
“Ku-Chan, arigatou ne! untuk email nya. Kau harus cepat sembuh ya,” gumam Aiko.

Sekantung es batu diletakkan Aiko di atas dahi Yu-Chan yang dilapisi handuk dengan hati-hati. Aiko tidak henti-hentinya berdoa agar Yu-Chan cepat membaik.
“Maafkan aku, Yu-Chan. Maaf… yang salah adalah aku. yu-Chan tidak salah. Aku justru ingin berterimaksih padamu. Yu-Chan adalah ketua terbaik sedunia. Kau harus cepat sembuh. Kamar ini jadi sepi kalau Yu-Chan sakit,” gumam Aiko. Ia tertidur di sisi tempat tidur Yumiko di tingkat bawah (yang sudah berganti tempat dengan Sakurako agar lebih memudahkan merawat Yu-Chan yang demamnya sangat tinggi dari yang lain).

Tengah malam Sakurako terbangun. Ia melihat Aiko yang tertidur dan menyelimutinya dengan selimut tebal.
“Nishi, Aiko, terimakasih banyak. Kalian pasti sangat kelelahan merawat kami berempat. Aku berjanji tidak akan membiarkan kalian sakit dan akan memasak lebih banyak lagi makanan penuh gizi, em!” ucapnya pada diri sendiri. Sa-Chan mengambil segelas air dan berjalan melewati papan pengumuman. Ia pun tiak sengaja melihat gambar Aria dan kertas penuh coretan mereka yang tertempel di papan pengumuman di dapur. Di wajahnya tersungging sebuah senyuman. “Rasanya aku jadi merindukan saat itu,” batin Sakurako. Ia pun kembali tidur.
Dan di papan pengumuman itu bertambah sebuah tulisan lagi,
“Untuk Nishi dan Ai, Doomo arigatou gozaimasu!! ^_^ (terimakasih banyak!!)” –Sakurako- 

-HT-

Pagi datang menyapa. Hana, Sakurako, dan Kuniko sudah mulai membaik dan terlihat lebih sehat. Hanya saja sepanjang pagi Kuniko sepertinya terserang flu dan bersin-bersin. Kemarin malam adalah malam yang panjang. Tapi sepertinya Sakurako tidak terlihat seperti orang yang habis sakit. Pagi-pagi sekali ia sudah bangun dan berkutat sepanjang pagi di tempat favoritnya, dapur. ck..ck..ck..

“Sarapan siap!” seru Sa-Chan yang keluar dari dapur.
“hmm.. harum sekali,” komentar Hana,” Kuniko, kenapa wajahmu ditutupi masker begitu?” tanyanya pada Kuniko yang dari tadi terus bersembunyi di balik laptopnya.
“Hrggh.. flu yang merepotkan,” ketus ku-Chan.
“Tapi kau terlihat manis memakainya,” celetuk Nishi sambil tersenyum simpul.
“Semalaman kamu dan Ai yang merawat kami ya?” Tanya Kuniko.
“Memangnya ada orang lainnya. Mm.. semalaman, Ku-Chan yang paling merepotkan,” ucap Sakurako sambil menyeruput tehnya.
“Tahu darimana? kamu kan juga sakit?”
“Hehe.. hanya bercanda Ku-Chan,” sambung Sakurako.

Aiko menengok ke kiri dan kanan mencari seseorang yang sepertinya tidak ada bersama mereka.
“Ai, bagaimana keadaanmu? apa sudah tidak apa-apa?” Tanya Hana sambil membalik halaman buku yang sedang dibacanya.
“Iya, kupikir kamu marah pada kami,” ucap Sakurako,”sampai-sampai makanan yang kubuat dengan sepenuh hati tidak kamu sentuh,” sambungnya.
“Maaf ya membuat khawatir. Kalau bukan karena kejadian semalam dan bantuan dari Nishi, aku pasti sudah menghabiskan semua persediaan coklat Sa-Chan, hehe..” ucap Aiko. (Kalau sedang sedih, kesal, bosan, atau stress, Aiko suka sekali memakan apapun yang bernama coklat)
“Wah, Nishi sudah melakukan apa? sampai bisa melelehkan si keras kepala ini?” gurau Kuniko.

Wajah Nishi mendadak berubah merah padam.
“Jangan berkomentar memalukan,” bela Nishi sambil menyeruput tehnya dalam-dalam.
“Ngomong-ngomong, Ku-Chan, terimakasih ya email nya!” ucap Aiko penuh senyum yang dibalas senyuman oleh Ku-Chan, ”eh, tapi ini hanya perasaanku atau Yu-Chan memang tidak ada ya?” sambungnya.

Hana memeriksa sebelah kiri dan kanannya,”benar! Yumiko tidak ada,”
“Semalam, Yu-Chan yang panasnya paling tinggi,” ucap Nishi. Wajahnya tampak sangat khawatir.
“Apa mungkin dia masih memikirkan hal itu?” desah Sakurako.
Kuniko bangkit berdiri dari tempatnya,”Berdiam diripun tidak menyelesaikan masalah. Aku akan mencarinya,” seru Kuniko yang tidak mempedulikan lagi masker yang menutupi wajahnya.
“Aku ikut! Mungkin saja dia ada di sekolah,” ucap Hana.
“Aku juga! Aku akan mencarinya di ruang panitia festival,” sambung Sakurako sambil memakai sweater nya.

Nishi bersiap menaiki skateboard nya menyusul teman-temannya yang sudah mendahuluinya saat ia melihat Aiko terdiam di meja ruang tengah, tertunduk dalam.
“Aku akan berkeliling di sekitar sini,” kata Nishi sambil memakai helmet di kepalanya.
“Ak-Aku di sini saja. Menunggunya kalau-kalau Yu-Chan pulang,” sergah Aiko.

Nishi melihat ke arah Aiko sebentar dan ia pun berbalik pergi,
“Sampai nanti!” ucapnya. Dan terdengar debuman pintu yang ditutup.

Perasaan Aiko sangat berkecamuk. Dari wajahnya terliaht ia tak tahu harus berbuat apa. “Apa karena aku, Yu-Chan pergi?” batin Aiko.

Tiba-tiba ia teringat gambar yang dibuatkan oleh Yu-Chan yang ditempelkannya di papan pengumuman. Dilihatnya gambar-gambar itu. Lalu Aiko menghampiri tempat tidur Yu-Chan. Masih sama. Tempelan gambar naruto di sana-sini dan deretan komik naruto yang tersusun berantakan.
“Hmh… sudah lama aku tidak pergi ke teras atas,” gumam Aiko sambil memandang tangga yang terhubung ke atap kaca. Tapi ada yang aneh, salah satu atap kaca itu terbuka,”Apa mungkin?” ucap Aiko dalam hati.

Ia bergegas mengambil jaketnya dan mengambil dua cangkir coklat panas. Entah kenapa hatinya berkata, Yu-Chan pasti ada di sana. 

-HT-

Udara di luar saat itu benar-benar dingin dan menusuk kulit. Teras atasku hampir sepenuhnya tertutup oleh salju. Pantas Aiko tidak pergi ke sini. Kalau salju di luar sedang turun, Aiko yang alergi dingin bisa bersin-bersin sepanjang hari. Ya, meskipun aku tahu ada alasan lain yang membuatnya tidak pergi ke sini sepanjang musim dingin ini. Tapi aku senang. Akhirnya teras atasku ini punya tuannya lagi.
“Berdiam di atas sini, bisa membuatmu membeku seperri balok es,” ucap seseorang sambil menyodorkan secangkir coklat panas pada seseorang lain yang saat ini sedang dicari-cari oleh lima orang sahabatnya.
“Mm.., Ai..” ucap Yu-Chan memandang pada Aiko dan secangkir coklat panas yang dibawanya.

Aiko lalu mengambil tempat duduk di samping Yumiko. Tempat duduk itu dingin sekali. Seperti menduduki balok es.
“Dasar orang aneh!” ucap Aiko,”Aku saja tidak berani pergi kesini di musim dingin seperti ini,” uap dari coklat panas terlihat mengebul-ngebul.
“Mm.. Maafkan aku!” kata Yumiko tertunduk.

Aiko melihatnya, ”Yang seharusnya minta maaf adalah aku, Yu-Chan. Maaf.. maaf.. Gomen ne!” suara Aiko terdengar lirih. Suasana pun menjadi hening.
“Mm.. Ai menangis?”Yu-Chan melihat salju di bawah Aiko yang dipenuhi titik-titik air, ”Jangan begini, kalau ada masalah ceritakan saja. Apa tentang festival? bilang saja Ai! Aku ini masih ketuamu kan? Mm.. atau setidaknya aku ini masih sahabatmu kan? Kalaupun yang salah, itu adalah aku,” ucap Yumiko sambil mengenggam tangan Aiko. Kedua matanya ikut berlinangan airmata.

“A..Aku bukan anggota yang baik,” jawab Aiko terisak,” Yu-Chan, aku bahkan tidak bisa membujuk pengisi acara untuk tidak membatalkan perjanjian mengisi seminar dan aku bahkan belum meminta klub teater untuk tampil padahal festival tinggal H-1 bulan lagi, apa begini kamu masih bisa memaafkanku!” ucap Aiko sesengukan. Airmata semakin deras membanjiri wajahnya.

Yumiko sangat terkejut mendengarnya. Yu-Chan mengira selama ini baik-baik saja dan semuanya berjalan lancar. Hatinya begitu berkecamuk. Tapi ia sadar, Aiko tidak sepenuhnya salah,
“Mm.. Ai, ternyata kamu memikul beban yang sangat berat, Maafkan aku yang tidak menyadarinya,” ucap Yumiko. yang menangis.
“Tapi ini salahku! Aku yang tidak mampu menyelesaikan tugasku!” pekik Aiko.
“Kita berdua salah. Mm.. Ai salah, Aku juga salah. Kita impas kan?” ucap Yu-Chan sambil menghapus airmatanya.
“Yu-Chan.. Apa boleh begini? Kamu seharusnya memarahiku. festival jadi berantakan karena aku.”
“Kita satu tim kan? Pasti ada jalan keluarnya!” kata Yumiko optimis. Sekarang dia lega karena tahu apa masalahnya. Aiko memandang wajah ketuanya yang sekaligus adalah sahabatnya.
“Mm.. Ai, jangan menangis lagi, ya! Coklat panasnya,” ucap yu-Chan sambil mengangkat cangkirnya.
Cheers!!” ucap keduanya.

Aiko cepat menghapus airmatanya.,” Yu-Chan, terimakasih!”
“Sama-sama. Mm.. tadinya kukira Ai marah padaku, hehe..”
“Tidak mungkin aku bisa marah pada ketua sebaik Yu-Chan,” jawab Aiko cepat,”e,, Aku baru ingat, apa demammu sudah turun?” Tanya Aiko sambil meletakkan tangannya di dahi Yu-Chan,
“Masih panas!”
“Mm.. Sudah tidak apa-apa kok. Tapi terimaksih ya untuk semalam. Semalaman Aiko yang merawatku kan?” ucap Yu-Chan.
“Tidak juga. Nishi juga membantu kok. Itu sudah seharusnya kan,” jawab Aiko, ”Sebenarnya bukan aku tidak mau meminta klub teater, tapi aku tidak bisa melakukannya,” sambung Aiko sambil menyeruput coklat panasnya.
“Mm.. Kenapa?” tanya Yu-Chan agak bingung.
“Karena.. karena ketuanya, agak aneh memang. Tapi aku bahkan tidak bisa membuka pintu ruang klub teater, apalagi bertemu dengan ketuanya, hehe..” jawab Aiko yang jadi salah tingkah.
“Ketuanya itu, kalau tidak salah, Ken’ichi kan? yang waktu itu difoto Nishi,”
“Em! Sekarang aku merasa bersalah karena mungkin klub teater tidak akan mau tampil. Sudah mendesak sekali waktunya, Yu-Chan, maaf ya.. karena aku..”

“Mm.. jangan minta maaf lagi,” potong Yu-Chan,” Tadi kita sudah impas kan? Ah, atau begini saja, masalah pengisi acara seminar itu biarkan saja. Toh memang waktu seminarnya yang sangat sempit. Tadinya aku bingung tentang hal ini, tapi ternyata sudah terselesaikan sendiri, hehe…” Yu-Chan tertawa sendiri. Aiko yang melihatnya merasa aneh.
“Kalau klub teater, aku dan Nishi akan membantu. Nishi itu paling hebat membujuk orang. Apalagi dia adalah anggota pers sekolah kita kan?” ucap Yumiko penuh semangat, “pasti klub teater bertekuk lutut di hadapannya, haha..”
“Dasar orang aneh!” tawa Aiko dan Yu-Chan telah mencairkan kebekuan di antara mereka.
“Yu-Chan, terimakasih banyak!” ucap Aiko lagi.
“Teman harus saling membantu kan?” jawab Yumiko.

Tidak sadar, ternyata matahari pagi sudah menyeruak di antara kumpulan awan tebal di langit, tersenyum samar di atas mereka. Matahari di penghujung musim dingin yang mulai menghangat. Sementara mereka berdua di teras atas menyeruput coklat panas, mereka lupa kalau Hana, Sakurako, Nishi, dan Kuniko masih pusing mencari Yu-Chan di luar sana, hehe…
“Yu-Chan! Sebenarnya kamu dimana sih!??”

-HT-

“Menyebalkan! Dasar! Hrghh.. seharian kedinginan mencarinya, dia malah enak-enakkan minum coklat panas,” gerutu Kuniko sambil mengetikkan sesuatu di keyboard laptopnya. Aku jadi kasihan pada laptopnya, dia pasti kesakitan, hehe..
“Sudahlah, yang penting kan Yu-Chan sudah ketemu dan baik-baik saja,” hibur Sakurako,” Atau mau coklat panas juga?” tawarnya.
“Hrggh.. kau meledekku ya?!” ketus Kuniko.
“Aku hanya mencoba bersikap baik, kau malah bilang meledek!” jawab Sakurako.
“Eh, sudah! sudah! Sa-Chan, Ku-Chan hanya sedang emosi, jangan dianggap serius. Ini coklat untukmu,” ucap Aiko,” Ku-Chan, ikut aku bantu Hana yuk! Perlengkapan konsumsinya masih ada yang kurang,”
“Tidak bisa. Aku ada pekerjaan lain,” jawabnya sambil tetap mengetik.
“Oh, begitu..” Aiko terlihat sedikit kecewa.
“Ai, denganku saja! Ayo pergi sekarang,” ajak Sakurako yang langsung menarik lengan Aiko dan pergi keluar. 

Di kamarku ini sekarang hanya tinggal Kuniko dan Yu-Chan yang sedang tertidur setelah meminum obat karena demamnya masih belum sembuh benar. 
Suara tarian jemari Kuniko menggema ke seluruh ruangan. Karena sekarang semuanya sedang sibuk dengan persiapan festival, sekarang kamar ini jadi sering kosong.

-HT-
Makan malam terakhir di musim dingin, udara mulai terasa menghangat. Tumpukan salju di luar pun sudah tidak terlihat lagi.
“Mm.. Ai, klub teater sudah setuju untuk tampil! Yei!” teriak Yu-Chan balik pintu kamar.
“Wah, Yu-Chan, terimakasih,” Aiko ikut-ikutan berdiri menghampirinya.
“Eh, sudah waktu makan malam! Cepat duduk!” ucap Nishi.
“Mm.. Benar kan kataku. Karena Nishi, mereka semua langsung setuju,” jelas Yumiko gembira.
“Nishi hebat! Terimakasih ya!” ucap Aiko.
“Aduh, jangan berkomentar memalukan, cepat ,makan!” jawab Nishi buru-buru.
“Hm.. masakannya enak. Buatanmu ya, Sa-Chan?” komentar Aiko sambil menyuapkan hidangan ke mulutnya.
“Bukan, ini contoh makanan konsumsi festival ohanami nanti. Hana yang buat,” jawab Sakurako.
“Iya, aku cuma ingin memastikan apa konsumsinya cocok?”
“Mm.. Aku setuju! Ini enak sekali. Hana memang berbakat dibidang kuliner sama seperti Sakurako,” ucap yumiko.

Wajah Hana jadi tersipu malu,
“Kuniko, nanti mohon bantuannya ya saat festival. Kita kekurangan orang,” ucap Hana dengan nada sedikit memohon.
“Baiklah, lagipula aku anggota konsumsi juga kan?” jawabnya.

Blitz! Tiba-tiba saja ada kilatan cahaya entah darimana.
“Eh, tadi itu apa ya?” Tanya Aiko.
“Iya aneh sekali. Seperti lampu blitz kamera,” sambung Hana.
“Mm.. atau ada kilat di luar,” ucap Yumiko.
“Mana ada kilat di musim begini,” kata kuniko.
“Eh, tapi gimana festivalnya? udah beres semua kan? kalau…”

Perbincangan di meja ruang tengah, semuanya membicarakan festival Ohanami yang akan mulai digelar minggu depan. Benar-benar melelahkan dan menyenangkan. Eh, ada sesuatu yang lupa kuceritakan. Diam-diam seseorang menghela napas panjang karena dirinya hampir ketahuan karena lupa mematikan lampu blitz dari kamera di tangannya. Hehe.. ini rahasiaku dan kita ya. 
-HT-