twitter


# Aki/Musim Gugur, 2007 (Sept, Okt, Nov)

Angin dingin musim gugur datang menyapa menggantikan terik matahari musim panas. Kegiatan sekolah pun sudah dimulai. Kamarku menjadi lebih sepi dari biasanya dibandingkan ketika musim panas. Ibu kepala asrama memarahi mereka berenam sepulangnya dari festival matsuri karena meninggalkan kamar asrama seperti kapal pecah, hehe.. Kasihan. Tapi tawa lebar tetap saja menghiasi wajah mereka, dasar!

Sejak musim panas kemarin, kini teras di atap menjadi tempat favorit semua orang. Rahasia kecilku. Hari ini, Aiko kebagian tugas membeli bahan makanan. 10 resep Sakurako mendapat nilai sempurna dari penguji. Bukan main senangnya Sakurako. Yang lain apalagi. Makanan enak untuk setiap hari jika Sakurako sedang good mood. Kuniko serius berkutat di depan laptopnya sambil sesekali meminta pendapat Nishi dan Yu-Chan tentang desain grafis yang sedang dikerjakannya. Hana ikut bergabung dengan mereka di meja di ruang tengah. Nishi sedang asyik merakit alat eksperimen fisika buatannya sambil sesekali melirik cookies yang dibuat Yumiko dan memakan beberapa buah. Yu-Chan pintar sekali membuat kue, batin Nishi.

“Aku heran sama si Aiko. Tempat tidur springbed yang nyaman diganti sama kasur lipat seperti itu,” ucap Hana.
“Mm.. kalau aku jadi dia, aku juga akan melakukan hal yang sama,” komentar Yumiko,”Aiko itu kan suka yang easy going gak suka yang ribet-ribet,”
Kuniko menyela,”Kalian inget ga? Tempo hari Ai-Chan tidur di beranda mezzanine,”
“Dia juga pernah ketiduran di teras atap atas,” sambung Sakurako.
“Hmh.. pagi-paginya langsung demam tinggi,” lontar Nishi sambil menggigit cookies-nya.
“Hahahahaha….!!!!!” suara tawa mereka memecah ruangan yang tadinya sunyi.

Di luar asrama, Aiko terlihat di ujung jalan. Kedua tangannya sibuk membawa belanjaan hari ini. Ditambah lagi hujan rintik-rintik dan angin kencang menyulitkan Aiko memegang payungnya tetap di genggaman tangannya.
“Hatchi..!!!(Suara bersin) Emh… hari ini dingin sekali,” wajahnya mendongak ke atas,”mataharinya sedang cuti ya?” Gumam Aiko pelan lucu sendiri. Dan tiba-tiba saja, ada angin kencang bertiup hingga menerbangkan payung yang berusaha Aiko pertahankan. 

Payung itu terbang berputar di atasnya dan pergi terbawa angin. Aiko yang panik mencoba untuk meraihnya dan beberapa meter di depannya payung itu berhenti melayang. Tangan seseorang yang tidak Aiko kenal menangkap payung itu dan kini ia sedang berjalan mendekat menghampiri Aiko yang kehujanan.

“Ini milikmu?” tanyanya. Wajahnya tersenyum bersahabat. Dia lalu menawarkan payungnya untuk memayungi Aiko. Deg.. Deg.. (Suara debaran jantung Aiko).
“Mm.. iya, terimakasih banyak!” ucap Aiko gugup sambil mengambil payung dari orang asing yang membuatnya merasa aneh. Orang itu lalu melihat kantung belanjaan di tangan Aiko yang penuh dan menawarkan bantuan,” Biar kubantu. Rumahmu di mana?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya.
“Ah, tidak perlu. Aku tinggal di asrama ini, terimakasih!” kata Aiko sambil tersenyum dan berlalu pergi memasuki gerbang asrama. Ia terus melangkah maju tanpa menoleh lagi ke belakang,” fiuh.. perasaan apa itu tadi?” gumam Ai pada dirinya sendiri. Dan kuperhatikan wajah Aiko berubah semburat merah dan langkahnya terlihat aneh. kuharap dia tahu jalan menuju kamarku.

-HT-

“Ai mana ya? lama sekali,” ucap Yu-Chan,”seharusnya aku ikut dengannya tadi,” sambungnya lagi.
Hana melirik jam tangannya,”sudah jam lima sore. Hujan semakin deras saja,”
“Aduh, apa jangan-jangan sekarang Ai sedang tergeletak di tangga karena kelelahan?” ucap Kuniko sedikit khawatir tapi juga sedikit bercanda, hehe.
“Ku-Chaaan!!!” seru semuanya.
Cekrek.. (Suara pintu kamar dibuka)
“Aku pulang!” teriak Aiko. Ia langsung terduduk di depan pintu masuk dan melepaskan kantung belanjaan dari kedua tangannya. Napasnya terengah-engah.

Sakurako dan Kuniko segera menghampirinya,”Ai, kamu gak apa-apa kan?” Tanya Sakurako mengambil kantung belanjaan tersebut.
“Kamu habis dikejar-kejar petir ya?” canda Kuniko sambil memberikan tisu dan segelas air mineral pada Aiko.
“Hrgghh.. dasar Ku-Chan!”
“Ai, mau cookies?” tawar Nishi.
“Mau!! Pasti buatan Yu-Chan ya. Tempo hari aku dibuatkan…” cerita Aiko bersemangat sambil menghampiri Nishi di meja tengah dan lupa marahnya pada Kuniko. Rasanya sia-sia saja aku khawatir sama anak ini, Kuniko membatin.

Malam itu Sakurako membuatkan makanan yang sangat lezat. Tapi menu yang jadi primadona malam itu adalah sup buatan Hana dan seduhan teh hijau racikan Nishi. Tidak heran, Nishi pernah ikut pelatihan “chanoyu” (upacara minum teh tradisional Jepang) dan mendapat penghargaan sebagai peserta terbaik.

-HT-

Siang itu di kamarku sangat sepi. Hanya ada Yumiko dan Aiko di kamar. Yu-Chan sedang membereskan lemari pakaiannya yang berantakkan. Di dekatnya Aiko sedang asyik menggambar di buku catatan kecil yang selalu dibawanya kemanapun ia pergi.

“Yu-Chan, sedang apa?” Tanya Aiko yang memalingkan wajahnya ke arah lemari pakaian Yu-Chan.
“Em.. lemariku berantakan sekali, Hei!” seru Yu-Chan menunjuk gambar yang tertempel di meja belajar Aiko,”Ai bisa menggambar juga ya? Wah..” Yu-Chan terlihat sangat kagum.

Aiko tersipu malu,”bukan apa-apa. Tidak sehebat gambar buatan Yu-Chan,” Ai jadi salah tingkah,”yang lainnya sedang ada di kelas ya? Hari ini aku libur, sebeel.., (Ai melanjutkan ceritanya dengan topik yang baru) Hm.. eh, Yu-Chan tidak lihat festival musim gugur di sekolah hari ini?” sambung Ai. Ai memang suka bercerita melompat-lompat rentang waktu dan peristiwa. Seakan pikirannya lebih cepat dari lisannya.

“Tidak. (Lalu Yu-chan teringat sesuatu) Em.. Ai, rencananya Yagami Sensei akan mengadakan festival ohanami di musim semi nanti. Dan dia meminta padaku untuk merekomendasikan orang untuk mengurus bagian pertunjukkannya. Dan aku merekomendasikanmu, bagaimana, Ai?” urai Yu-Chan.

Aiko melamun lagi, dan aku tahu apa yang sedang dipikirkannya. Aiko sedang teringat kejadian tadi pagi..

Aiko adalah anggota komite siswa di sekolah ini sebagai wakil dari kelasnya. Dan kebetulan festival gugur tahun ini ia terpilih menjadi panitia pelaksana kegiatan. Ketika sedang melihat-lihat jalannya acara, tak sengaja Ai melihat pertunjukkan klub teater sekolah. Teater sekolah ini memang cukup terkenal dan selalu ditunggu-tunggu penampilannya. Pandangannya terpaku pada seorang pemain yang wajahnya samar ia ingat saat hari berhujan tempo hari. 

Permainannya, suaranya, penghayatan, dan air wajahnya membuat hati Aiko berdesir. Meski tak tahu namanya, Aiko memanggil orang itu dengan sebutan “the name” dalam catatan-catatan kecil yang selalu ia bawa.   

“Em.. Eh, Aiko!” tegur Yu-Chan sambil melambaikan tangan di depan wajah Aiko,”em.. kamu melamun ya!?”
Aiko kembali ke kesadarannya“Oh, maaf ya Yu-Chan.. hhe. Tadi kamu bilang apa ya?”

(Suara pintu dibuka) “Aku pulang!” Seru Kuniko sambil melepaskan sepatu dan menggantinya dengan sandal.
“Kami pulang!” susul Sakurako yang meletakkan mantelnya di atas hanger di dekat pintu masuk.
Aiko dan Yumiko kembali melanjutkan percakapan mereka setelah menjawab salam teman-temannya.

Hana meletakkan tasnya di meja belajar dan kaget kursi di mejanya penuh dengan tumpukan baju Yu-Chan. Di dapur, Kuniko membantu Sakura menata belanjaan yang mereka beli di dalam lemari es saat Nishi tiba-tiba masuk dari pintu dengan skateboard-nya dan mengambil apel dari tangan Kuniko,”Hei!” Teriak Kuniko yang kaget.

Di tempat terpisah. Melihat Hana, Yu-Chan langsung salah tingkah dan cepat-cepat membereskan lemarinya dibantu oleh Hana, tujuannya agar ia (Hana) bisa cepat belajar lagi, dasar! hehe.. Siapapun tahu, sejak pertama kali bertemu dengannya (seperti yang pernah kubilang di awal), Hana adalah orang yang perfeksionis. Hana tidak suka barang-barangnya tidak teratur. Bahkan jika ada benda di meja belajarnya yang bergeser atau berpindah tempat ia pasti akan tahu.

Waktu makan malam pun tiba..
“Nishi, ini foto siapa?” Tanya Yu-Chan ketika melihat kamera Canon milik Nishi yang ia gunakan untuk mendokumentasikan festival musim gugur di sekolah tadi siang.
“Ken’ichi,” jawab Nishi singkat sambil menyuapkan sesumpit nasi ke dalam mulutnya.
“Ken’ichi siapa?” Tanya Kuniko penasaran.
“Setahuku dia anggota klub teater sekolah kita kan?” ucap Sakurako.
“Em.. wah, ganteng ya, hehe.. kalau dibuat versi animasinya gimana ya?” ucap Yu-Chan bersemangat membayangkan sesuatu di dalam kepalanya.
“Lihat yang ini,” seru Hana sesaat tertarik dengan foto yang ada di kamera yang dipegang Yu-Chan,”ini bukannya poster yang kamu buat kemarin, kan Nishi,”
“Wah, Nishi, hebatnya!” puji Kuniko,”lain kali ajak-ajak aku ya!”

Nishi tersipu malu. Atas permintaan Sensei atau seniornya, Desain poster buatan Nishi memang sering menjadi bagian dari acara sekolah. Kadang teman-teman sekamarnya menjulukinya “super woman”. Dari mengecat tembok kamar sampai mengerjakan keterampilan PKK, Nishi mampu melakukannya dengan sangat baik.

“Eh, tadi kalian bilang dia Ken’ichi?” Tanya Aiko ikut penasaran.
“Iya. Aku mengambil fotonya tadi di sekolah. Kau kenal dia?” jawab Nishi santai sambil menggigit apelnya. Apel kedua yang ia makan malam itu. Nishi memang sangat suka apel.
“Tidak juga. Jadi namanya Ken’ichi,” ucap Aiko seperti mengiyakan sesuatu dalam hatinya.
“Ai, tadi Yuki-San, koordinator acara festival, mencarimu. kau tidak ke sekolah?” kata Kuniko sambil mengetik sesuatu di laptopnya.

“Hari ini tidak ada jobdesk bagianku. Tadi aku hanya mampir sebentar untuk melihat-lihat. Trims ya, Ku-Chan. kue ini buatanmu? Kue bantet ya?” Tanya Aiko. Kue di meja itu kini melumat dalam mulutnya.
“Kok kamu bisa tahu ini buatanku?” Tanya Kuniko heran,”tadi aku iseng membuatnya di kelas ekskul memasak. Habis bahan yang tersisa sayang untuk dibuang.”
“Iya, Ku-Chan kan senang yang bantet-bantet, hahaha,” jawab yang lain.
Tapi meski dibilang kue bantet, sekarang potongan kue di piring di atas meja sudah tak bersisa sedikitpun. Ku-Chan memang paling ahlil membuat kue bantet terenak sedunia, hehe..

Makan malam sudah selesai, tapi mereka masih asyik duduk mengelilingi meja ruang tengah. 

“Hana, ujian saringan masuk akademi statistiknya sebentar lagi ya?” Tanya Aiko ketika melihat saat makan Hana masih sibuk dengan buku di tangannya pun ketika sudah selesai makan.
“Tidak, musim panas tahun depan,” jawabnya sambil membetulkan letak kacamata.
Dari arah dapur, Sakurako datang sambil menyodorkan secangkir coklat hangat pada Hana,”santailah sedikit, coklat bisa membantu,”
“Terima Kasih,” ucap Hana. Sakurako lalu meletakkan sisa 5 gelas coklat panas yang ia bawa di nampan ke atas meja dibantu oleh Nishi.
“Hana-Chan giat sekali, aku jadi iri,” kata Aiko.

Sakurako melirik tajam ke arah Kuniko yang tak lepas pandangannya dari laptop sejak makan hingga sekarang,”Hrgghh.. Ku-Chan!! Matikan dulu laptopnya kalau sedang makan. Bisa-bisa bukan makanan yang masuk ke perutmu tapi laptopnya yang masuk,” seru Sakurako. Perumpamaan yang terlontar aneh khas Sakurako. Ya, perdebatan kecil antara Sakurako dan Kuniko dimulai lagi.

Malam musim gugur yang sendu perlahan tapi pasti meninggalkan kota ini bersama daun terakhir yang jatuh di suatu tempat di luar sana diterbangkan oleh angin musim dingin yang perlahan datang menggantikan. Selamat tinggal musim gugur tahun ini.

-HT-

0 komentar:

Posting Komentar