Memiliki kenangan adalah hal yang
berharga, tapi tidak jika kenangan itu menjadi bayang dalam kehidupan. Hidup
dalam kenangan, menyenangkan tapi itu bukanlah hidup, ia hanya semu.
Merindukannya seperti napas yang
kau hirup setiap hari. Tanpanya detik yang berputar tak mampu untuk dilewati,
memikirkan hidup tanpanya sedetik saja sudah membuat seluruh tubuh mati rasa.
Aku terjebak. Tak dapat kembali juga tak dapat melangkah.
Tersenyum, tapi hanya sendiri.
Karena ia mungkin tidak mengingatnya, hanya diri ini yang menggenggam kenangan
itu. Segala hal yang mengingatkanku tentangnya tak bisa kulepaskan. Kumpulan gambar yang terbeku dalam pigura
usang di sudut meja. Senyuman itu, tawa itu. Aku rindu. Aku mulai gila, mencari
di setiap sudut serpihan-serpihan yang bisa mengingatkanku tentangnya. Karena
bayang yang ada semakin memudar. Aku mulai melupakannya. Dan itu terasa sakit.
Di sini terasa hampa bila ia tidak ada. Kenangan tentangnya. Mungkin aku memang
sudah benar-benar gila.
Mungkin saja, ia bahkan tidak
mengingatku, tidak sama sekali.
Aku
rindu padamu. Kau yang ada di sana. Apa kabar? Kabarku tak pernah baik-baik
saja tanpamu.