twitter


Setiap mendekati hari ini, aku pasti dipenuhi dengan kegetiran dan harapan. Malam sebelumnya SMS sudah terkirim. Berharap ada jawaban mengiyakan dari mereka. Berharap ada balasan senyum dari mereka. Tapi kalau tidak dibalas juga tidak apa, setidaknya mereka membacanya (Hiburku pada diri sendiri).

3 minggu yang lalu kita bertemu, tapi itu bukanlah jaminan minggu esok aku akan bisa melihatmu kembali, saudariku. Rindu kehadiranmu di sini. Aku merasakan setiap minggu yang terlewati adalah kecemasan, akankah kali ini aku bisa berjumpa denganmu dalam lingkaran-lingkaran itu? Laiknya hari ini. Sudah khawatir kau mungkin kan menungguku terlalu lama maka kulangkahkan kaki secepat kubisa, karena kerinduan ini sudah membuncah untuk sekedar berjabat hangat denganmu dan menjawab salam darimu. Do'a terindah saudari untuk saudarinya. Tapi ketika kuketuk pintu berwarna putih itu, kudapati adalah kosong. Tidak ada senyum itu, tidak ada suara itu, apalagi sekedar wajahmu, saudariku. Kemanakah dirimu? tanyaku pada udara yang kosong.

Berkali-kali kucoba menyapamu lewat pesan-pesan singkat. Bertanya dimana keberadaanmu saat ini? sudahkah sampai? sudah di mana? tapi, lagi, hanya hampa yang menjawab. Handphone ini tidak bergeming sedikitpun oleh getar tanda pesan diterima. Kucoba menekan nomor teleponmu di kontak, tapi hanya operator yang menjawab. Sedih..  

Husnudzhan mungkin kau sedang di perjalanan. Waktu begitu cepat berganti, sekejap menit sudah berganti jam. Hujan gerimis di luar pun perlahan berubah menjadi gemuruh deras. Kuharap kau tidak kehujanan. Kuharap kau bisa segera sampai. 3 jam berlalu, keadaan tetap sama. Kupinta pada-Nya semoga semua baik-baik saja. Semoga hari ini mereka baik-baik saja. Kupandangi beragam makanan yang tersaji di hadapan, mungkin aku akan menikmatinya sendirian saja hari ini. Meskipun hari ini untuk kesekian kalinya aku harus memendam rindu kembali. Rindu untuk bersama denganmu dalam lingkaran itu. Sungguh jika saja kau tahu, aku sangat butuh tepukan penyemangat darimu.Untuk saudariku, bilamanakah esok kau akan berjumpa denganku?

Lagi, kulantunkan bait-bait harapan, do'a rabithah itu. Semoga Allah berkenan mengabulkannya.


#Musim panas 2007 (Jun, Jul, Agt)
Ohayou minna san!!” teriak Aiko sambil menarik gordyn di beranda.

Cahaya matahari yang sudah tinggi menerobos masuk lewat jendela, menyilaukan pandang. Hari ini musim panas telah tiba. Bagi sebagian siswa, musim panas adalah musimnya bersantai dan liburan. Tapi bagi sebagian yang lain, musim panas adalah musim menyelesaikan tugas-tugas dan mengejar nilai.

“Oh, tidak! Hari ini sudah masuk musim panas, ya?” ucap Kuniko malas dari balik selimutnya.
“Kuniko, ayo bersemangat!”teriak Aiko sambil membuka gordyn di antara dua tempat tidur bertingkat. Kali ini tidak ada kompromi lagi untuk bermalas-malasan di balik selimut.
“Selamat pagi!”ucap Hana yang langsung menuruni tangga dan pergi ke kamar mandi.
“Rajin sekali dia,” batin Kuniko.

Sementara itu Nishi membereskan tempat tidurnya, “Hei, aku punya ide,” lalu ia menuju dapur. Di sana sudah ada Sakurako, “Bagaimana kalau hari pertama musim panas ini kita merenovasi ulang interior kamar ini?” usul Nishi.
“Ide bagus!” jawab Aiko yang sedang berada di mezzanine.
Nishi mendongakkan kepalanya dan terlihat Aiko sedang membersihkan debu di jari-jari pagarnya.
“Hei Aiko, kau ini sebenarnya bangun jam berapa?” Tanya Nishi terheran-heran.
“Jam 5 pagi, kenapa? Eh, tapi sesekali kalian harus mencobanya. Bangun pagi sungguh menyenangkan!” teriak Aiko. Dan untuk kesekian kalinya dia berteriak, huh.. aku bersyukur tidak memiliki telinga di kamarku.

“Nishi, tolong matikan kompornya kalau airnya sudah mendidih. Aku mau ambil roti dan susu di bawah,” pinta Sakurako, “mm.. ada yang bisa membantu?”
“Aku saja!” jawab Yumiko dari tempat tidurnya. Ia langsung bergegas ke wastafel untuk mencuci muka dan memakai cardigan yang dikenakannya kemarin malam, “ayo!”
Pintukupun ditutup.
“Eh, apa benar anak itu bukan tinggal di kamar ini?”Tanya Kuniko. Ia keluar dari selimutnya dan membereskannya.
“Siapa?” Tanya Hana yang sudah terlihat lebih segar dari kamar mandi,”kamar mandinya agak kotor dan berdebu,” sambungnya lagi.
“Maksudmu Yumiko?” jawab Nishi.
Kuniko mengangguk,”sejujurnya aku berharap dia di sini saja.”
“Iya lagipula setelah kupikir kamar 803 itu bukannya tidak ada ya? Bangunan ini kan hanya terdiri dari 3 lantai utama” ucap Hana.

Nishi menoleh. Matanya terlihat lucu,”kamar 803? kurasa anak itu mengigau.”
“Oh, jadi yang dicari Yumiko itu kamar 803,” ucap Kuniko.
“Semalam waktu aku mau pergi tidur, aku sempat melihat sesuatu di tangannya. Ternyata sebuah kunci. Dan kunci itu bertuliskan 308,” kata Aiko yang sekarang duduk I atas jari-jari pagar.
“Benar kan kataku. Ini lantai paling atas dan loteng pula,” Hana menjentikkan jarinya.
“Jadi benar?” ucap Kuniko. Tersungging senyuman di wajahnya.
“Wah, selamat ya Kuniko. Harapanmu terkabul,” canda Nishi. Disusul suara tawa lainnya, bunyi melengking teko air yang mendidih pun mengagetkan semua orang.

-HT-

Sesampainya Sakurako dan Yumiko, Hana menceritakan semuanya pada mereka. Dan di akhir cerita Yumiko terlihat sangat senang. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Dan dia menyesali dirinya yang belum sempat mengganti kacamata yang sudah bertambah silindernya, hehe…

Setelah pagi yang menghebohkan itu, mereka menyantap roti dan susu yang dibawa Sakurako. Kecuali Aiko yang lebih senang menyeruput teh hijau dibanding susu.
“Kamu tidak suka susu?” Tanya Kuniko.
“Tidak, aku punya kenangan yang buruk dengan susu. Satu-satunya susu yang aku minum adalah susu coklat,” jelas Aiko sambil kembali menyeruput teh hijaunya.
“Bagaimana soal renovasi?” Tanya Nishi.
“Sekarang juga boleh,” ucap Yumiko bersemangat.
“Eh, tunggu-tunggu,” sela Aiko,”dengan ini telah diputuskan bahwa penghuni kamar ini adalah Sakura-chan, Nishi-chan, Hana-chan, Yu-chan, Kuni-chan, dan Ai!” ucap Aiko.
“Interupsi!” sergah Kuniko secepat mungkin,” aku tidak setuju dipanggil Kuni-chan, jelek sekali. Panggil kuniko saja,”
“Tapi lucu juga, Kuni-chan, hehe..” canda Sakurako.
Aiko melihat Kuniko sebentar dan “ baiklah, Ku-chan saja!” ucapnya sambil berlalu meletakkan cangkir tehnya di dapur dan mengikat tali di kepalanya.
“Hrrghhh.. awas kau ya!” Kuniko bermaksud mengejar Aiko yang disambut dengan uluran sapu dari Aiko, hihi..

Kamarku yang sudah bertahun-tahun tidak pernah dibersihkan memang sangat kotor. Debu menumpuk di mana-mana. Beruntung sekali semalam mereka masih bisa tidur nyenyak di sini walaupun berdebu.

Kamar ini memang bukan seperti kamar pada umumnya. Seperti sudah kubilang sebelumnya kamar ini adalah gudang penyimpanan barang-barang tak terpakai. Lalu aku juga pernah merasakan menjadi perpustakaan asrama yang sekalipun disebut sebagai perpustakaan namun sedikit sekali yang datang mengunjungiku bahkan hampir terlupakan. Sepi sekali rasanya. Tapi sejak aku punya teman, mereka, aku tidak pernah kesepian lagi.

Aiko membereskan mezzanine. Sejak awal dia memang sangat menyukai tempat itu. Dan telah menjadi tempat favoritnya. Nishi, Yumiko, dan Hana bahu membahu memindahkan perabotan. Dua tempat tidur tingkat dibiarkan ditempatnya. Habis tidak ada yang kuat memindahkannya. 


Di kiri dan kanan jendela di antara dua tempat tidur tingkat, diletakkan lemari milik Nishi dan Sakurako. Sedangkan milik Hana diletakkan di samping meja belajarnya dekat beranda kamar. Yang paling aneh punya Yumiko. Lemarinya ada di samping meja belajar Aiko. Punya Aiko sendiri ada di dekat tempat tidurnya.

Hana yang penyuka bunga, menanami pagar beranda kamar dengan aneka jenis bunga. Tapi bunga yang paling disukainya adalah bunga mawar. Wah, tidak sabar rasanya menunggu bunga-bunga itu bermekaran.

Seluruh gordyn yang menghiasi kamarku diganti oleh Nishi dengan gordyn buatannya. Yumiko juga ikut membuatnya! Dinding kamarku yang berwarna coklat mahogani tetap dipertahankan.
Dengan sapunya, Kuniko membersihkan seluruh sudut. Saat dapur akan dibersihkannya, Sakurako menolak. Hehe.. Tidak bisa diganggu gugat bahwa sejak pertama kali bertemu, dapur adalah wilayah kekuasaan Sakurako ^_^. Lantas, Kuniko menaiki tangga mezzanine. 

"Hai!" Sapanya singkat pada Aiko yang sedang mendorong rak buku dengan kepayahan, "Sini, kubantu!" Ucap Kuniko.
"Wah, terima kasih Ku-Chan.. oh ya, bisa tolong angkat kursi itu ke sana?" pinta Aiko.
"Ehm.. Kuniko!, Baik kubantu," jawab Kuniko agak jengkel tapi sepertinya dia menyerah karena yang lain juga ikut memanggilnya Ku-Chan, hehe..

Lantai kamarku penuh dengan tinta, benang, dan jarum. Nishi dan Yumiko terlihat bersemangat sekali membuat gordyn.
"Ai, di atas sana butuh hiasan bunga tidak?" tanya Hana sambil membawa pot bunga mawar yang indah.
"Bagus juga diletakkan di jendela ini. Ke atas saja, Hana-Chan!" Jawab Aiko.

Sementara yang lain sibuk dengan pekerjaannya, Sakurako memasak sesuatu yang baunya harum sekali. Dapat kupastikan dapur ini sudah bersih sempurna, hehe..
Selesai membereskan mezzanine, Aiko bertanya pada yang lainnya, "ada yang mau ikut aku ke atas?" tawarnya.
"Ke atas mana?" tanya Hana.
Aiko menunjuk atap kaca di sudut ruangan. pantas saja kamar ini cukup terang di siang hari, batin Kuniko yang mengikuti arah yang ditunjuk oleh Aiko.
"Memang ada ruangan di atas?" tanya Hana lagi.
"Bukan ruangan sih.. hanya teras kecil. Kita bisa melihat seluruh kota dari atas sana!"Jelas Aiko bersemangat.

Lama baru aku tahu, Aiko sangat senang memandangi langit dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam menikmatinya. Kebiasaan ini awalnya memusingkan semua orang karena Aiko sering menghilang tiba-tiba dan muncul tiba-tiba entah darimana dan membuat yang lain kewalahan mencarinya. Tapi lama-lama semua jadi terbiasa. Dasar anak aneh! 

Hana dan Kuniko mengikuti Aiko menaiki tangga yang mirip dengan tangga rak perpusatakaan kalau kau ingin mengambil buku di bagian yang paling tinggi. Jadi kau harus sedikit berhati-hati saat berusaha mendakinya. Ketika atap kaca itu dibuka, pemandangan menakjubkan menyapa mereka.
Di atas sini udara bertiup semilir walau matahari sangat menyengat. Aku sedikit bangga kamarku terletak di lantai 4. Udara yang bersih, pemandangan indah, dan semilir angin walau musim panas yang panas sekalipun.
-HT-
Setelah seharian penuh kerja rodi, hehe.. enam teman baruku ini bersantai di tengah-tengah ruangan. 6 gelas penuh es jeruk dan semangka merah yang segar tersaji di tengah meja.
Sekarang, kamar ini benar-benar bersih. Aku bahkan bisa melihat atapku yang indah tanpa dihalangi oleh jaring laba-laba. Kuniko dan Aiko benar-benar bekerja keras. Meskipun mereka sempat bertengkar beberapa kali karena Aiko agak takut dengan jaring laba-laba.

Nishi dan Yumiko juga berjuang. Tangan mereka dipenuhi oleh cat yang sulit hilang dan wajah mereka sedikit coreng moreng di sana-sini.
Sekarang mereka semua sudah tertidur lelap karena kelelahan. Tak dipedulikan lagi cat dan rambut yang berantakan. Bahkan Hana yang perfeksionis tertidur di atas meja walau di tangannya masih tergenggam gunting taman dan bajunya yang kotor oleh tanah.

Dan di teras atas, kulihat Aiko sedang duduk santai meminum es jeruk dan memakan beberapa potong semangka di bawah sebuah payung besar, memandangi petang yang mulai menjelang.

-HT-
Hari-hari musim panas berlalu dengan berbagai kegiatan bagi siswa baru seperti mereka. Dan berarti mengerjakan setumpuk tugas bagi siswa yang telah datang di semester lebih awal seperti Sakurako dan Yumiko.

Mereka berenam adalah siswa pindahan dari cabang sekolah tersebut yang ada di daerah. Setelah lulus dari grade 1, mereka akan dikirim ke sekolah pusat untuk mengikuti grade 2 yang diwajibkan tinggal di asrama khusus. Grade 2 yang artinya adalah grade penjurusan. Siswa yang memilih datang di semester lebih awal adalah siswa yang harus mengikuti serangkaian ujian persiapan karena mereka masuk ke sekolah tersebut dengan jalur beasiswa. Tes beasiswa tersebut dilakukan pada akhir musim panas. Sementara yang datang setelahnya hanya harus mengikuti ujian saringan untuk masuk ke jurusan yang diminati.

Sakurako memilih kelas memasak sebagai jurusannya. Aku yakin ia akan bisa lulus dari sana dengan baik. Lalu Yumiko memilih kelas desain animasi bersama-sama Nishi. Bedanya Nishi memilih dua jurusan sekaligus yaitu kelas science dan kelas desain. Untuk itu sepertinya Nishi harus berjuang keras, tapi kalau kulihat dia terlihat santai saja ^_^. 

Sedang Aiko juga memilih dua jurusan, ekonomi dan kelas sastra. Kuniko di desain grafis dan Hana menentukan langkahnya di kelas ilmu statistik. Ilmu statistik adalah kelas yang paling berat dan paling dihindari oleh para siswa. Hanya sedikit saja orang yang dapat lulus tes saringan awalnya. 

Siang yang panas. Sekarang kamar ini lebih baik dari sebelumnya. Seluruh penghuni kamar sibuk dengan urusannya masing-masing. Hana menekuri diri di meja belajarnya. Kalau melihat tumpukan buku tebal di hadapannya, tidak heran dia memakai kacamata tebal. Kuniko dan Nishi dengan komputernya seperti adu mengetik siapa yang lebih cepat. Bau harum masakan yang tercium.. Ini pasti dari Sakurako. Penguji memberinya tugas musim panas membuat 10 resep baru yang unik untuk diikutsertakan dalam kompetisi sebagai bagian dari ujiannya, di mana resep sang pemenang akan dipilih menjadi salah satu menu masakan di restoran terkenal di Jepang.

Di bagian atas tempat tidur tingkat, Yumiko asyik menggoreskan tintanya membuat pola-pola desain animasi. Kusarankan untuk tidak melihat betapa berantakkannya tempat tidur itu sekarang. Tangan kirinya memegang komik, tangan lainnya dengan cekatan membuat gambar. Orang ini memang Naruto holic sejati. Lihat saja dindingnya, penuh dengan poster dan gambar Naruto. Belum meja belajarnya yang penuh dengan action figure, kaset video dan banyak komik Naruto. Sampai-sampai tidak ada tempat untuk meletakkan buku dan belajar di sana.  

Aiko juga sama. Meski belum mendapatkan tugas sebagai bahan ujian, tapi ada beberapa persiapan materi yang harus selesai sebelum musim panas berakhir untuk kelas broadcasting-nya. Oia, aku lupa bilang padamu, Aiko juga mengambil kelas pilihan Broadcasting sebagai kegiatan ekstrakurikulernya. 

Aiko lebih memilih beranda kamar untuk mengerjakan materinya. Di sana udaranya memang lebih sejuk. Sambil memakan es krim di tangannya, Aiko takjim memandangi lembaran-lembaran kertas di depannya. Hanya terdengar suara jangkrik di kejauhan dan alunan samar-samar dari MP3 player milik Aiko yang disetel volume 3. Cukup membuat seluruh ruangan mendengar lagu itu di tengah-tengah suasana yang sunyi begini.

"Hei Ai, lagunya bagus.. apa judulnya?" tanya Kuniko. Ia menghampiri Aiko di beranda sambil membawa laptopnya.
"Oh itu, OST full house, i think. Drama korea terkenal," jawab Aiko bersemangat. Nishi ikut menyusul Aiko. Nishi memakai headset di kepalanya, terlihat keren, "Eh, mau coba dengar yang ini?" tawarnya sambil menyerahkan headset yang dikenakannya kepada Aiko.
"Boleh, lagu apa?"
"Anime, kalau kamu suka," jawab Nishi.
"Tentu aku suka! Tahu tidak, sebenarnya aku juga ingin mengambil kelas desain animasi, tapi karena aku sadar dengan kemampuanku.. ya, aku memilih menikmati karyanya saja, hehe," kenang Aiko.
"Aiko, kalau mau, aku bisa meminjamkan komik-komikku," tawar Yumiko dari dalam ruangan kamar.
"Iya baik! Yu-Chan sedang mengerjakan apa?" tanya Ai. Yang ditanya menunjuk kertas-kertas penuh gambar dari atas tempat tidurnya.
"Dia sedang membuat pola desain untuk membuat film animasi pendek," jelas Nishi.
"Wow hebat!" kagum Aiko. Aiko melirik jendela dan terlihat Hana yang sedang diam termenung melihat langit di luar, "Hana!" panggil Aiko,"Keluarlah! Di sini udaranya sejuk!"

Hana terkejut bukan main sampai-sampai wajahnya pucat dan pensil yang sedang dipegangnya terjatuh.
"Eh, maaf.. Aku melamun ya? fiuh.. soal-soal ini cukup sulit,"
"Mungkin kami bisa membantu?" kata Aiko sambil melirik Nishi dan Kuniko.
Hana terlihat membereskan bukunya, Dari balik pintu beranda ia muncul dan membawa sebuah buku dan pensil,"kalian tahu jawaban soal ini?" tanya Hana.

Jelas saja ketiganya menggeleng serempak, hehe.. "Mungkin Nishi bisa. Kamu kelas science kan?" ucap Aiko. Mukanya pucat melihat rumus-rumus statistik yang menari-nari di hadapannya. Sementara itu, Kuniko membantu memakan es krim Aiko di kotak box yang mulai mencair, "Ehm.. kubantu lewat internet ya. Mungkin ada orang yang mencantumkan soal itu di sini,"Ucap Kuniko dengan mulut penuh es krim.

"Hrggh.. Ku-Chan!Dasar! Mau bantu Hana atau bantu aku menghabiskan es krimku?"ucap Aiko saat melihat es krimnya tinggal separuh. 

Hari pun beranjak petang..
"Eh, tidak terasa ya sebentar lagi musim panas berakhir," ucap Aiko.
"Syukurlah," ucap Kuniko, " hari-hari berkeringat akan berakhir!"
"Wah, sudah waktunya ya!" teriak Yumiko.
"Apa??! tanya yang lain.
"itu,, em.. bukannya setiap musim panas berakhir itu artinya matsuri!!!" Jawab Yumiko yang berteriak kegirangan sambil buru-buru menghampiri teman-temannya di beranda.
"Wah, matsuri!" sambung Aiko.
"Itu artinya memakai yukata juga kan?" ucap Nishi pelan tapi bersemangat.
"Aku tidak membawa yukata-ku ke sini," ucap Kuniko.
"Eh, kalian tahu apa yang kupikirkan?" ucap Yu-Chan dengan senyum penuh arti.
"Apa??" jawab yang lain penasaran.

Nishi meliriknya sekilas,"kita bisa membuatnya." jelas Nishi.
"Wah.. aku beruntung sekali sekamar dengan orang-orang ini!!!" kata Aiko yang tambah bersemangat.
"orang-orang ini???" Kuniko membalas jahil, "kau kira aku ini..."
"Bukan..," sela Aiko," maksudku Nishi dan Yu-Chan bisa membuatkan desainnya. Untuk Ai, Ku-Chan, Hana, dan Sa-Chan. Pasti akan menyenangkan!"
"Seru sekali!" timpal Sakurako sambil membawa sebungkus snack kue beras, "punya ide untuk makan malam di beranda?" tanyanya.
"Makan malam?" ucap Hana bingung. Tapi ketika ia melihat langit, gelap mulai datang menyapa dan kerlip bintang mulai bermunculan menyadarkan ia dan semuanya bahwa hari telah beranjak malam.
"Ide bagus! langitnya cerah!" kata Nishi sambil menutup aplikasi di laptopnya.
"Tidak sadar. sampai-sampai sudah malam ya?" kata Aiko.

Meja di ruang tengah ruangan dipindahkan ke beranda. Menu makan malam hari ini adalah masakan Sakurako yang telah dibuatnya sepanjang hari untuk membuat resep baru yang ditugaskan oleh penguji. Sakurako meminta pendapat teman-temannya tentang masakannya dan mencatat hal-hal yang dikatakan oleh mereka. Aku yakin, Sakurako akan menjadi koki yang hebat di masa depan nanti. 

Hari yang melelahkan ini pun berakhir. Itadakimasu!

-HT-
Setelah obrolan beberapa pekan lalu, semuanya sangat bersemangat menunggu matsuri tiba. Tapi, tugas menggunung yang belum terlihat berkurang mendesak untuk diselesaikan karena musim panas hampir berakhir. Pelan tapi pasti, masing-masing dari mereka sudah tenggelam kembali dalam aktivitasnya masing-masing. Di hari-hari terakhir musim panas yang amat melelahkan, Aiko terlihat sangat jenuh. Di wajahnya seperti ada angka jutaan yang berputar-putar.
Aiko memanjat tangga di mezzanine. Kurasa tak ada seorang pun yang memerhatikannya. Bahkan, jahitan yukata yang sudah jadi dan sudah dikirim tempo hari dibiarkan saja tergeletak di ruang tengah. Di atas sana lebih baik bagi Aiko untuk melepas kejenuhan.

"hh.. lelahnya. Di sini sangat indah. Andai yang lain juga bisa melihatnya," Aiko melirik ke bawah lewat atap kaca dan matanya bertemu dengan siluet teman-temannya, "tampaknya mereka sibuk sekali," ucap Aiko dalam kesendiriannya. Harapan untuk melewati matsuri bersama-sama tampaknya akan gagal, batin Aiko. Malampun datang. Dia masih di atas. Sementara itu di bawah, lampu ruangan yang tadinya menyala terang kini sudah digantikan dengan lampu yang lebih redup untuk tidur. Masih di atas atap, Aiko menyantap makan malamnya dengan perasaan kecewa meski masakan Sakurako sangat lezat. Sakura sudah menyelesaikan 9 dari 10 resep tugasnya.

Kamarku sekarang benar-benar berantakan. Buku bertebaran di mana-mana, robekan kertas di sana-sini, tumpukan panci dan piring kotor, dan komputer yang menyala dibiarkan saja. Musim panas yang erat bagi para siswa.

Aiko bersenandung pelan, sampai tiba-tiba saja dari kejauhan, di langit, bintang berdentum-dentum, dan terdengar samar-samar sorak tepuk tangan banyak orang, "Hanabi!!!" Pesta kembang api!!!!" teriak Aiko melihat lebih teliti dan tampak sangat kegirangan. Senyum lebar menghiasi wajahnya dan ikut bersorak riang. Tanpa pikir panjang Aiko bergegas menuruni tangga sambil berteriak dan menyalakan lampu dengan bersemangat,

"Hanabi!!! Ayolah bangun!! Kembang api dimana-mana!" Seru Aiko membangunkan semua temannya.
Hana terbangun dan memakai kacamatanya, "kembang api?" tanyanya masih setengah sadar.
"Matsuri!!??" sambung Yumiko penuh semangat, langsung turun dari tempat tidurnya.
"Apa?! ada api!!?" Kaget Sakurako sambil berlari menuju dapur.
"Bukan,, Hanabi! Pesat kembang api!" Seru Aiko lagi.
"Sudah mulai?"tanya Nishi.
"iya, ayo ke atas!" ajak Aiko. Ia langsung memanjat kembali ke atas diikuti Hana, Yu-Chan, dan Sakura, "Eh, tunggu aku!!!" kata Kuniko sambil mematikan komputernya yang ternyata masih menyala dan lupa dimatikan.

Di atas, semuanya terkagum-kagum. Tidak ada yang berkata-kata. Semuanya takjim memandangi keindahan yang ada di atas langit berpendar-pendar saling bersahutan dan bergantian. Semua beban seperti menguap bersama ratusan kembang api yang dilemparkan ke udara. Warnanya indah dan bentuknya bermacam-macam. Ada yang seperti komidi putar, seperti bunga mawar, dan banyak lagi. Aku ikut senang melihat temanku bisa bergembira dan tersenyum lepas lagi.

Tapi, di bawah Nishi justru sedang membuka beranda kamar lebar-lebar. Dan dia seperti mencari sesuatu di antara tumpukan barang-barang. Yang dicarinya ternyata ada di bawah meja di ruang tengah. Enam potong yukata indah tersimpan rapi di dalam kotak, hampir berdebu. Senyum simpul mengembang di wajahnya.

"Hei teman-teman!!" Teriak Nishi, "Turunlah sebentar!"
Yumiko menoleh ke bawah. Nishi sedang menunjukkan yukata hasil desain mereka berdua, Yu-Chan mengangguk senang.
"Mm.. kalian mau menjadi bagian dari kerumunan orang beruntung di sana?" tunjuk Yumiko. Ia mendahului teman-temannya turun ke bawah, disusul yang lain. Yu-Chan mengambil kotak yukata yang bertuliskan nama dirinya. Nishi memberikan kotak milik Aiko, Hana, dan Sakurako. Setelah dicari ternyata kotak yukata Kuniko ada di atas skateboard milik Nishi.

Ada enam bunga cantik di kamarku sekarang. Aku hampir tidak mengenali mereka. Aiko pusing tujuh keliling memakai yukatanya yang berwarna kuning lembut. Hana terlihat seperti bunga yang sedang mekar dengan yukata berwarna putih bermotifkan bunga krisan putih. Kuniko yang pemarah sekejab berubah menjadi anggun bak seorang putri dengan balutan yukata berwarna merah. Dengan terampil Sakurako membantu merapikan rambut teman-temannya. Dia sudah lebih dulu selesai, kain yukata berwarna biru laut sempurna menghiasi dirinya. Nishi dan Yu-Chan saling berpandangan dan ber-tos ria satu sama lain. Senyum bangga dan puas menghiasi wajah mereka.

Dari kejauhan (setelah mendapat ijin dari Bu Kepala Asrama), aku melihat tawa lebar teman-temanku di festival matsuri itu. Tak dipedulikan lagi piring dan panci kotor ataupun tumpukan tugas di meja belajar. Semuanya tampak gembira. Dan di sini, aku sendiri, berteman kilauan kembang api yang berdentum bersahut-sahutan. Rasanya aku ingin ikut menari bon odori bersama mereka dari sini di bawah terang bulan purnama sempurna.

contd.. AKI..
-HT-



“Saranghaeyo.. no nae chingu ya  ^_^”
Mungkin itu kata yang akan kuucap kepada mereka jika aku tak terlalu malu untuk mengatakannya. Tapi kalau itu tidak mungkin terjadi, maka lewat tulisan ini saja. Tidak masalah mereka membacanya atau tidak, aku hanya ingin menuliskannya.

Arisan Vol. 0 at Rumah Makan Ikan Kremess Macoo, Rawamangun.
Arisan Vol. 1 at Dinda Hos, Daan Mogot, Jakarta Barat.
Arisan Vol. 2 at Anto hos, Condet, Jakarta Timur.
Arisan Vol. 3 at Dini hos , Ciledug, Tangerang.
Arisan Vol. 4 at Ogie hos, Bojong Gede, Bogor.
Arisan Vol. 5 at Duwi hos, Gang Sentiong, Jakarta Pusat.

Arisan Vol. 6 at wulan hos, Komp. Pelni, Depok. 130113,. Dinda kebetulan juga milad di hari itu, tanggal yang cantik dengan acara yang spesial juga untuk melaluinya. Aku sengaja menyiapkan sebuah hadiah kecil. Tadinya ingin membuatkan sesuatu yang berhubungan dengan yang Dinda sukai, tapi cuaca sungguh tidak memungkinkan. Mungkin lain kali, jika kami berkesempatan sampai di masa itu lagi, aku akan menunaikan my list of happiness  ^_^. Tapi hadiah yang sudah kusiapkan ini entah apa ia menyukainya. Kuharap iya. hehe..
Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya aku menjadi pendatang terakhir. Seperti saat transisi dulu dan melihat karpet bintang buatan bertaburan, seperti saat arisan vol.2, dan seperti saat-saat yang lalu. Kesemuanya menyisakan sepenggal cerita bagiku. Gomen ne, karena ku kalian jadi harus menungguku untuk makan siang bersama.
Tema arisan vol. 6 kali ini adalah nobar. Sebenarnya tidak pernah ada tema khusus. hanya mengalir begitu saja. Nobar dengan genre film yang bermacam-macam. Dari horror, politik, kartun, komedi sampai kisah cinta monyet masa sekolah. Siapa lagi yang punya stok softcopy koleksi film terbanyak kalau bukan sahabatku, Wulan dan Bundo, hehe… Dari kesemuanya, Yang sempat kutonton hanya sepenggal film tentang politik, cinta, dan kartun yang tidak sampai tamat.
Hm.. saat bersama, waktu memang selalu berjalan begitu cepat. Enggan beranjak untuk pulang, tapi matahari sudah perlahan menghilang di ufuk barat. Tapi sebelum matahari hilang sepenuhnya, kami mengambil alih. film berikutnya yang kami tonton adalah “crazy little thing called love”. Cerita ini, ditonton berulang kali pun tetap sama. Tetap cerita yang menarik.
Tiba waktunya Fatimah dan Dinda harus pulang. Tadinya kami bermaksud untuk sleep over di rumah Wulan, tapi Fatimah harus kembali ke Makassar karena pekerjaan dan Dinda juga tidak boleh menginap. Kapan lagi ya, bisa ada kesempatan seperti ini, tapi kurasa begini saja sudah menyenangkan. Anto dan Ridho bersiap menstarter motornya. film yang sedang kami tonton pun terpaksa di “pause” karena permintaan sang kepala suku SH. Setelah mengambil beberapa foto kenang-kenangan, Mereka mengantar Fatimah dan Dinda. Hati-hati kawan, kabari kalau sudah sampai yaa…. pesan kami sebelum deru motor membawa mereka pergi. Sampai jumpa di bulan februari, bisikku dalam hati.
Bundo dan aku memutuskan untuk menginap. Hari menjadi gelap. Mendung dan hujan masih setia membersamai kami. film “first love” kembali di-play. Seru sekali bisa nobar lagi bareng kru “Sepenuh Hati” (Masih teringat jelas di benak saat kru SH nobar Negeri 5 Menara di bulan penuh cerita). Di samping itu, film first love ini juga pernah menjadi bagian dariku saat hati tengah galau, hehe.. Lucu sendiri mengingatnya di saat kamu sudah memutuskan untuk melepaskannya.
film habis, berganti film lainnya. Kali ini atas permintaan sang penyuka beruang teddy, ogie, kung fu panda pun diputar. Jangan tanyakan aku tentang cerita kartun ini, aku sudah khatam menontonnya berulang kali, hehe.. Acara wajib tiap liburan sekolah, bukan ^_^. Quotes yang paling kusuka adalah “Yesterdas is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift”. Belum separuh cerita, yang lainnya memutuskan untuk menyusul pulang, walau gerimis belum tiris. Masih bisa kudengar suara jatuhnya air yang lembut dari langit. Tapi malam memang mulai menua. Selesai berpamitan bunyi deru sepeda motor kembali membawa mereka pergi. Sampai jumpa lagi, bisikku dalam hati, di Tangerang dengan cerita yang berbeda. Sekali lagi melihat ruang TV lantai atas rumah Wulan tempat seluruh kejadian perkara hari itu, menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mencoba mengumpulkan semua memori. Menyimpannya dalam ingat.



Aku ingin mencari kembali serpihan-serpihan itu..
Serpihan mimpi yang dulu tergambar indah di atas sebuah kertas,
 yang kini,
kertas itu sudah berganti menjadi serpih-serpih.
 Tanpa kusadari, mimpi telah lama pergi.
Entah di mana, pasti akan kucari.
 Aku ingin bisa terbang seperti dahulu,
ingin bisa berlari selepas dahulu,
ingin bisa tersenyum setulus dahulu.
Dahulu, saat mimpi-mimpi itu masih tergambar rapih di genggam.
 Aku rindu.
010113


“Kubahagia, ku tlah terlahir di dunia.. Dengan radarku, ku bisa menemukanmu,,” –Perahu Kertas.
Used to, I have read this book in senior high school. Its always bring a strange feeling to me… Give me some mysterious energy, that there is something missing inside me, then I want to search it, I want to find it.

A couple days ago, I have been dreaming about something. Something like story. And it feels so real, with all my friends that I known. They shadows feels real, like I can touch them. And the ‘sound’ is in  there too. I have no idea, why I can dreamed something like that. While in that dream, there is a beautiful scenery. Where I can run free with my back and no worry to fall down. I hope it’s just  a dream, coz if its not, it will take my all energy to started let the sound go from the beginning again.
Its all about: Boat, water, run, shoes, lost, wave, sound, friend, and story.

#Happy Birthday's Notes


050712
“…Ini tentang Orang yang berjalan cepat dan orang yang berjalan lambat. Jika kisahnya hanya sampai di sini, maka kamu mungkin adalah Nairi. Tapi kisahmu masih panjang. ^_^ Orang yang berjalan cepat dan lambat, Mari kita lihat sisi positifnya. Tentunya orang yang berjalan lambat adalah orang yang paling dapat melihat banyak dan menikmatinya” “Mungkin seperti itulah jalan hidupku.” -Go Hye Mi-

“Jika kau tidak bisa berjalan cepat.. Maka berjalanlah lebih lambat. Jika dibandingkan keduanya, orang yang berjalan lambatlah yang tumbuh lebih banyak”.
#Penghiburan untuk hati yang hampir putus asa saat melihat yang lain sudah berlari jauh, sementara aku masih akan memulai langkah. Dari garis start ini, Aku akan memulai kisahku. ^o^/


 
100712
Hari ini sahabatku, Av milad. Hm.. rasanya sudah asing. Percakapan ringan dan akrab yang dulu mungkin..
Ah, tidak.. mungkin itu hanya karena jarang bersua. Tapi memang ada yang berbeda. Bagiku waktu seperti membeku. Masa saat itu seperti tak pernah bergerak dalam benak. Tapi pada nyata semua sudah jauh berubah. Yang kukira sama, tapi sekarang tidak sama lagi.

------
Bayangnya sudah jauh pergi. Kini terasa ringan. Melepaskan memang adalah yang terbaik.. Hari-hariku kembali. Maafkan aku denting. Tak pernah bermaksud untuk membuangmu. Hanya saja jika kau datang di waktu, saat, dan seorang yang tepat, Aku berjanji tidak akan melepaskanmu lagi. Denting yang akan kujaga karena-Nya.

100812
Orang-orang mulai berubah. Waktu melesat begitu cepat bagai roket yang melekat di angkasa. Aku mulai menyadarinya. Tapi di sini semua tetap sama. Aku tidak berubah. Sama..
Aku dengan angan-anganku dan tentangku. Lalu siapa yang salah? tenggelam aku dalam tanyaku.
Sempat terpikir apa aku yang salah? seorang yang terjebak dalam masa lalu. Yang lain telah berubah jauh pergi, sementara aku masih tetap di sini memeluk anganku sendiri dan kenangan-kenangan bersamanya. Semuanya tak pernah menjadi sama seperti masa itu.. 

Roda yang akan terus berputar. Perjalanan yang masih akan jauh.. Hanya bertanya-tanya kapan aku atau mereka akan sampai ke tujuan. Bertanya, apakah? dimanakah? simpang jalan mana yang mungkin membawa kenangan itu kembali, utuh seperti kemarin. Hari-hari yang telah terlewati.. Aku tetap di sini.

011212
Malam sebelum “bintang” ku  bersinar. Aku berlari bersama bulan dan bintang yang menjadi teman sejati Sang Bulan. Ah.. Rasanya menyenangkan sekali ditemani mereka. Bintang itu akan selalu ada di samping Sang Dewi Malam. Walau bintang-bintang yang lain enggan untuk muncul. Ia bersinar tak mau kalah dengan Sang Rembulan, setia menemani.
Dengan Cinta aku ingin seperti itu.
 Tak sabar untuk meihatnya kembali.

041212
Menangis  bersama hujan, rasanya melegakan. Tak dihalang oleh lengkungan plastik kecil di atas kepala. Bebas.. walau tak ada airmata, tapi hujan sudah mewakilinya. Mewakili perasaan sedih dan gembira menjadi satu. Tapi ada seorang sahabat yang mengingatkanku. Tidak pernah ada hal yang sia-sia di dunia ini. Bahkan niat pun sudah terhitung sebagai sesuatu. rasanya, semua sesal menjadi buih di lautan, hilang di telan ombak.
Terimakasih, Engkau berikan teman terbaik di sisi…

051212
Kemarin, baru pertama kurasakan. Betapa indahnya waktu senja itu. Rona langit oranye kemerahan.
Sapaan akrab langit kelabu, tiba-tiba saja lenyap sore itu. Subhanallah.. Sungguh indah. Langit Jakarta saat senja.
Begitu takjubnya aku karena sudah lupa bagaimana nikmatnya bersama senja. Kuharap hari-hari akan selalu dihiasi senja yang indah. Rasanya seperti sebuah hadiah..
Senja yang senja.

061212
Tak terkatakan betapa besar keinginanku untuk berada bersama mereka hari ini. Berbagi peluh, berbagi canda, berbagi luka dan perih. Tapi aku tak bisa. Desakku pada langit berharap ada keajaiban. Mungkin bagi mereka, aku NOL-pikirku-. Tapi jauh di lubuk, akupun sama-sama inginnya berada bersama mereka. Semoga mereka mengerti. Langit, doaku.. Semoga Engkau menjaga mereka dan menyayangi mereka.