“Saranghaeyo.. no nae chingu ya ^_^”
Mungkin itu kata yang akan
kuucap kepada mereka jika aku tak terlalu malu untuk mengatakannya. Tapi kalau
itu tidak mungkin terjadi, maka lewat tulisan ini saja. Tidak masalah mereka
membacanya atau tidak, aku hanya ingin menuliskannya.
Arisan Vol. 0 at Rumah Makan
Ikan Kremess Macoo, Rawamangun.
Arisan Vol. 1 at Dinda Hos,
Daan Mogot, Jakarta Barat.
Arisan Vol. 2 at Anto hos,
Condet, Jakarta Timur.
Arisan Vol. 3 at Dini hos ,
Ciledug, Tangerang.
Arisan Vol. 4 at Ogie hos,
Bojong Gede, Bogor.
Arisan Vol. 5 at Duwi hos,
Gang Sentiong, Jakarta Pusat.
Arisan Vol. 6 at wulan hos,
Komp. Pelni, Depok. 130113,. Dinda kebetulan juga milad di hari itu, tanggal
yang cantik dengan acara yang spesial juga untuk melaluinya. Aku sengaja
menyiapkan sebuah hadiah kecil. Tadinya ingin membuatkan sesuatu yang
berhubungan dengan yang Dinda sukai, tapi cuaca sungguh tidak memungkinkan.
Mungkin lain kali, jika kami berkesempatan sampai di masa itu lagi, aku akan menunaikan
my list of happiness ^_^. Tapi hadiah
yang sudah kusiapkan ini entah apa ia menyukainya. Kuharap iya. hehe..
Lagi dan lagi, untuk
kesekian kalinya aku menjadi pendatang terakhir. Seperti saat transisi dulu dan
melihat karpet bintang buatan bertaburan, seperti saat arisan vol.2, dan
seperti saat-saat yang lalu. Kesemuanya menyisakan sepenggal cerita bagiku.
Gomen ne, karena ku kalian jadi harus menungguku untuk makan siang bersama.
Tema arisan vol. 6 kali ini
adalah nobar. Sebenarnya tidak pernah ada tema khusus. hanya mengalir begitu
saja. Nobar dengan genre film yang bermacam-macam. Dari horror, politik,
kartun, komedi sampai kisah cinta monyet masa sekolah. Siapa lagi yang punya
stok softcopy koleksi film terbanyak kalau bukan sahabatku, Wulan dan Bundo,
hehe… Dari kesemuanya, Yang sempat kutonton hanya sepenggal film tentang
politik, cinta, dan kartun yang tidak sampai tamat.
Hm.. saat bersama, waktu
memang selalu berjalan begitu cepat. Enggan beranjak untuk pulang, tapi
matahari sudah perlahan menghilang di ufuk barat. Tapi sebelum matahari hilang
sepenuhnya, kami mengambil alih. film berikutnya yang kami tonton adalah “crazy
little thing called love”. Cerita ini, ditonton berulang kali pun tetap sama.
Tetap cerita yang menarik.
Tiba waktunya Fatimah dan
Dinda harus pulang. Tadinya kami bermaksud untuk sleep over di rumah Wulan,
tapi Fatimah harus kembali ke Makassar karena pekerjaan dan Dinda juga tidak
boleh menginap. Kapan lagi ya, bisa ada kesempatan seperti ini, tapi kurasa
begini saja sudah menyenangkan. Anto dan Ridho bersiap menstarter motornya.
film yang sedang kami tonton pun terpaksa di “pause” karena permintaan sang
kepala suku SH. Setelah mengambil beberapa foto kenang-kenangan, Mereka
mengantar Fatimah dan Dinda. Hati-hati kawan, kabari kalau sudah sampai yaa….
pesan kami sebelum deru motor membawa mereka pergi. Sampai jumpa di bulan
februari, bisikku dalam hati.
Bundo dan aku memutuskan
untuk menginap. Hari menjadi gelap. Mendung dan hujan masih setia membersamai
kami. film “first love” kembali di-play. Seru sekali bisa nobar lagi bareng kru
“Sepenuh Hati” (Masih teringat jelas di benak saat kru SH nobar Negeri 5 Menara
di bulan penuh cerita). Di samping itu, film first love ini juga pernah menjadi
bagian dariku saat hati tengah galau, hehe.. Lucu sendiri mengingatnya di saat
kamu sudah memutuskan untuk melepaskannya.
film habis, berganti
film lainnya. Kali ini atas permintaan sang penyuka beruang teddy, ogie, kung
fu panda pun diputar. Jangan tanyakan aku tentang cerita kartun ini, aku sudah
khatam menontonnya berulang kali, hehe.. Acara wajib tiap liburan sekolah,
bukan ^_^. Quotes yang paling kusuka adalah “Yesterdas is history, tomorrow is
a mystery, but today is a gift”. Belum separuh cerita, yang lainnya memutuskan
untuk menyusul pulang, walau gerimis belum tiris. Masih bisa kudengar suara
jatuhnya air yang lembut dari langit. Tapi malam memang mulai menua. Selesai
berpamitan bunyi deru sepeda motor kembali membawa mereka pergi. Sampai jumpa
lagi, bisikku dalam hati, di Tangerang dengan cerita yang berbeda. Sekali lagi
melihat ruang TV lantai atas rumah Wulan tempat seluruh kejadian perkara hari
itu, menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mencoba mengumpulkan
semua memori. Menyimpannya dalam ingat.