twitter




Chapter 3: Hana-Tomodachi// Insiden Pita. Just Side story…
Tik..tik..tik..tik… Hoahm…tik..tik.tik…..
^_^
Kertas usang ini. Mau bagaimana lagi, mungkin bagi sebagian orang secarik kertas nggak akan bernilai. Karena toh cuma secarik kertas. Tapi bagi seseorang, terkadang secarik kertas telah membuatnya teringat, terkenang dengan sebuah memori yang sudah lama ia lupakan.
^_^
Sebuah pita ini telah mengantarkan Aiko dan kawan-kawan memulai hari orientasi pertama mereka di sekolah baru yang akan mereka tempati tiga tahun mendatang.
Hrggh.. tidak terbayangkan rasanya kalau rambutku yang indah ini akan dikuncir sana-sini mirip ikatan benang kusut. Setidaknya itu masih belum apa-apa dibandingkan dengan jepitan jemuran yang bertengger indah di rambutku, hiks,” gumam Aiko sambil melihat bayangan dirinya di depan pantulan kaca jendela kelas.
Dan tentu saja Aiko tidak sendirian. Semua siswa baru diperlakukan sama. Termasuk Kuniko, Hana, Sakurako, Nishi, dan Yumiko. Hihihi.. kalau mereka berenam disandingkan, akan mirip pajangan boneka manekin rusak di toko kelontong seberang jalan. Kacau sekali ^^
Berakhirnya hari orientasi bukan berarti berakhir semuanya, masih ada satu PR lagi. Apalagi kalau bukan membebaskan rambut mereka yang malang dari terkaman jepitan jemuran Ibu, hiks.. Lucunya lagi Ku-Chan, hehe.. Dia tidak bisa melepaskan ikatan pita di rambutnya yang diikat sangat kuat. Ditambah lagi rambut Kuniko yang ikal panjang menambah kerumitan melepas ikatan pita itu. Selesai dengan bagiannya, Aiko membantu Kuniko untuk melepaskan ikatan pita milik Kuniko. Hrgghh.. susah banget, Aiko membatin. Yumiko pun muncul sebagai penolong, dan dengan akhir yang tak terduga, ikatan pita itu justru semakin kuat mengikat di kepala Kuniko. Sakurako yang sedang berjalan pulang, menghampiri teman-temannya yang ada di belakang sebuah minibus yang terparkir di luar halaman sekolah. Ia pun ikut turun tangan.
“Biarkan tanganku yang sangat lincah dan berbakat ini membantu, oke,” ucap Sakurako pada Kuniko yang tampak pasrah.
Melihat kesusahan teman-temannya, Hana turut membantu. Ia menyingsikan tangannya lebih dulu,
“Ya, dengan ketelitian dan perhitungan metematikan serta peluang yang tepat, kita pasti bisa melepas ikatan pita yang terjalin, bla..bla..bla..,” jelas Hana yang penuh percaya diri. Dibalik kacamata perseginya yang berkilat-kilat, Hana-Chan tersenyum menyeringai penuh ambisi untuk membebaskan Kuniko dari pita yang ‘jahat’. ^^ Ternyata untuk membuka ikatan pita, diperlukan rumus juga ya? ^_^);
Dan tanpa disadari, kini rambut Kuniko-Chan semakin tidak teratur. Tidak heran, sampai detik ini sudah ada 4 orang dan 10 jari dikali 4 pasang tangan! sudah mengambil alih urusan pita memita ini. Sementara Kuniko hanya bisa pasrah dan tertunduk lesu. Disamping tidak bisa pulang dengan keadaan seperti itu, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. ‘Ngorek-ngorek tanah’ mode on. :D
Lalu tiba-tiba Nishi-Chan datang membawa sebuah gunting tajam yang berkilat-kilat diterpa sinar mentari siang hari di tangan kanannya. Ia menggerak-gerakkan gunting itu dengan ayunan meyakinkan dan dengan pasti, berjalan mendekati Kuniko-Chan yang sudah tidak berdaya.
“Nishi-Chan, jangan ya, jangan gitu, sayang kan rambutnya,” pinta Hana yang melihat Nishi sedang mengayun-ngayunkan gunting ke arah rambut Kuniko, “Eh, tunggu-tunggu jangan gegabah.. Kita masih bisa melepaskan ikatan pitanya dengan beberapa perhitungan lagi, kok,” sambung Hana yang menyangka Nishi akan menggunting seluruh rambut Kuniko yang kusut.
Nishi semakin mendekati Kuniko…
“Nishi, biarkanlah seperti air mengalir. Kita pasti bisa melakukannya,” yang ini perumpaan milik Sakurako-Chan yang selalu aneh, hehe.. Apa hubungannya air mengalir dengan ikatan pita rambut? -_-“
“Wo..Nishi.. hihi.. hai.. Ki-kita bisa kok mengatasi ikatannya. Kita nggak boleh putus semangat. harus kuat! Ganbatte! kayak Naruto!” seru Yumiko-Chan yang makin membuat rambut Kuniko kusut dengan jari-jarinya. Naruto beraksi! ^^
Dan di saat seperti ini, Aiko menyela bertanya, “Hai, Nishi-Chan, em.. guntingnya buat apa ya?”
GUBRAK!!!
Semua mata tertuju pada pertanyaan Aiko yang satu ini, duuh.. kalau mau curious, lihat-lihat waktu dong, batin semuanya, dan yang terjadi kemudian adalah…
Cekrek! Kres! Kres! Krek!
Mendengar suara yang aneh tadi, semuanya berpaling pada Nishi dan gunting di tangannya,
“Hem.. Beres! Cuma pita!” ucap Nishi singkat dan mengibaskan kedua tangannya. Ia pun berlalu pergi sambil membawa potongan-potongan pita dan membuangnya ke tempat sampah. Dari kejauhan terdengar suara tawa dari teman-temannya yang mengiringi langkah kaki Nishi. ckckckck.. Gitu aja kok repot, hehehe ^^
^_^
Masa ospek SMA yang penuh kenangan. Waktu cepat sekali berlalu, kawan...




CHAPTER 2 Sepulang Sekolah “Balada HTTP://www.Hana-tomodachi.com//php
Tik..tik..tik..tik..tik…   tik.. tik….tik….. Hoah..!! tik.. tik…………………………………………………………………
Teet!!Teet!!Teet!! Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Hari ini hari Jumat, jam pulang sekolah sedikit lebih awal dari biasanya. Enam sekawan itu berkumpul di tempat favorit mereka, Mobil yang disulap menjadi toko takoyaki di depan sekolah.
“Yeah!!!... Akhirnya minggu penyiksaan berakhir juga!” kata Aiko dengan senyum cemerlang, secemerlang mentari yang kini berada di atas kepala.
“Bener tuh! Pokoknya hari ini aku gak mau lihat buku pelajaran!!! Ada yang punya ide?” Tanya Kuniko.
“Hmmhmhh….. enaknya sih kita ngenet!?” seru Aiko. Mendengar usulan Aiko, semuanya melirik dompet masing-masing,, dan..
“Nggak..nggak.. kayaknya bukan ide yang bagus,” ucap Nishi.
“Bener.. bener banget, bukan ide yang bagus. Apalagi setelah aku beli takoyaki ini, hmm.. makin gak bagus,” Hana menimpali.
“Setuju!” sambut Sakurako yang mengangkat tangannya tinggi, sementara Yumiko yang tadi matanya sudah berbinar-binar karena mendengar usul Aiko, kini bagaikan terhempas angin musim dingin, hyuu~~~  
“Trus sekarang ngapain?? masa pulang??? Hh.. anganku berakhir sudah,,” Kuniko tampak tidak bersemangat.
Tiba-tiba sebuah bus nomor 09 melaju di hadapan mereka. Seketika itu juga ide cemerlang pun muncul di benak Aiko,
“Ayayaya..! Kenapa tidak terpikirkan dari tadi?!”, Semuanya melihat ke arah Aiko,”gimana kalo kita main ke rumah Yumiko aja!”
“SETUJUUUUUUUUUUUU…!!!!!” Teriak semuanya kompak, sampai-sampai teriakan mereka itu membuat orang yang sedang makan takoyaki di samping mereka pun tersedak, hihihihi….
“ke-ke rumahku? a,,eng,, enggak pa-pa nih, em,, maksudku,,” Semuanya jadi terdiam dan lesu mengira Yumiko tidak akan menyetujuinya.
“SETUJUU!!!” Sambung Yumiko kemudian.
 Fiuh.. semuanya menarik napas lega.
Dengan menumpang bus nomor 09 di halte yang jaraknya 20 meter dari sekolah, mereka berangkat ke rumah Yumiko. Tak disangka, kirain jarak rumahnya dari sekolah hanya beberapa blok saja tapi ternyata terletak hampir di perbatasan dengan kota tetangga! Aiko yang dari tadi berdiri dan berpegangan pada tiang bus di dekat pintu keluar, kakinya kesemutan. Meski tidak bilang-bilang, sebenarnya Sakurako dan Kuniko pun demikian.
Aiko terus memandang ke arah Nishi dan Yumiko yang dapat duduk di kursi belakang, “Enaknya… Kalau Hana… mmmm… Hana di mana ya? kok dia nggak ada!? Duduk sama Nishi dan Yumiko gak ya? eh,, nggak juga. Atau berdiri di dekat Sakura dan Kuni? eh,, gak ada.. Trus kalo gitu Hana di mana dong??? wah,, gawat!! kalo sampai ketinggalan atau dia kesasar dan ga tahu jalan pulang gimana?? Hana kan baru pindah dari Hokkaido, duhh..”
Ckittt… Brrrrrm….. Bus yang membawa mereka telah sampai di halte tujuan. Dari sana mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Angin yang semilir membawa kelopak bunga sakura musim semi yang sebentar lagi akan berakhir.
“Jadi rumah Yumiko di sini? Wah enak ya udaranya sejuk,” ucap Sakurako sambil menghentikan langkahnya di depan sebuah rumah bergaya tradisional yang berada tidak jauh dari halte bus tadi.
“e,,eng,, Sebenernya bukan yang ini tapi yang di sana,,” tunjuk Yumiko. “Di sana”-nya Yumiko itu ternyata 3 blok dari halte tempat mereka turun tadi J. Kuniko lemas.
“Lho, Hana mana ya?” Tanya Nishi pada yang lain saat tersadar Hana tidak ada di manapun.
Takut-takut Aiko menjawab dengan nada yang sedih, “Kayaknya dia ketinggalan deh..”
“Haah!! Ketinggalan! kok baru ngomong sekarang, kita udah jalan satu blok lebih nih!” keluh Kuniko pasrah.
“Ya udah,, Yuk cari Hana sekarang. Kalo kelamaan nanti nyasarnya tambah jauh,, ya itung-itung sekalian jalan-jalan. Tadi katanya mau jalan-jalan??? kalo gitu sekarang ayo kita jalan-jalan, hehe..” timpal Sakurako yang langsung berjalan memutar balik dengan santainya,, tralalalala….
      “Heheheheh juga…” semuanya tersenyum tawar.
“Teman, kalo aku pingsan nanti (lebay.com) jangan diseret yaa, jangan lupa telepon 911. Eh, salah. 911 apa 119 ya??” Kuniko mulai error. hehe J
Setelah mencari hampir setengah jam lebih, dengan langkah gontai dan keringat yang mengucur deras, mereka semua menghentikan pencarian dan memutuskan pergi ke rumah Yumiko tanpa Hana, Hikz.. Sambil berharap yang terbaik. Semoga mungkin Hana sudah sampai di rumah Yumiko terlebih dahulu, atau Hana pulang ke rumahnya, sedang beristirahat.
“Aku pulang!!!” kata Yumiko sambil memakai sandalnya.
“Selamat datang!” sapa seseorang dari balik ruang tamu.
Suara yang tidak asing, pikir mereka. Ternyata itu Hana!
“Ha- ha- ha-…” ucap Yumiko, Kuniko, dan Aiko berbarengan, tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat. Yang bersangkutan sedang asyik memasukkan satu bola takoyaki ke dalam mulutnya.
“Hantu kali,, hahaha,” Nishi tertawa lebar sambil memakai alas sandal,”Masuk yuk!” ajaknya lagi. (Pertanyaannya adalah, ini sebenarnya rumah siapa ya? hehe)
“Eh, mau takoyakinya ga? Enak loh!” tawar Hana dengan wajah yang polos.
“Hana, kok kamu udah sampai duluan? tadi kami kira kamu ketinggalan,” jelas Sakurako.
“Ketinggalan? Kayak Aiko aja si Miss Ketinggalan, hehe” timpal Nishi.
“Aduh Hana.. tadi di bus kamu duduk dimana? Aku cariin kok gak ada. Kirain kamu ketinggalan atau kesasar,” ucap Aiko setengah haru, setengah gembira.
Lain lagi dengan komentarnya Kuniko,”Yah Hana.. Coba kamu munculnya dari tadi. Pengorbanan aku tadi pasti nggak jadi sia-sia, hhhh…” kata Kuniko.
“Ibu pulang!!” Dari balik daun pintu terlihat seorang Ibu dengan wajah yang ramah,”Loh Yu-chan, kok ngobrolnya di sini? Ajak teman-temanmu ke kamar saja atau di ruang tengah”
“Eh.. iya iya. He..” ucap Yumiko, ”Bu, ini nih yang namanya Kuniko, Nishi, Hana, Sakurako, sama Aiko,” ucap Yumiko sambil menunjuk mereka satu per satu.
“Salam kenal!” sapa mereka berbarengan.
“Salam kenal juga. Kalo Hana Ibu sudah tahu, tadi kan Hana yang sampai duluan. Makanya ibu minta tolong Hana jaga rumah sebentar karena Ibu ingin pergi belanja.”
Ooooooooooohhhhh…… Batin semuanya dalam hati. Ternyata…
Hana tersenyum-senyum simpul.
J
“Di sini adem yaa.. nggak sia-sia kita datang ke sini,” kata Aiko sambil melihat pemandangan di luar lewat jendela di kamar Yumiko yang terletak di lantai paling atas rumah itu. “Wah, surat-suratnya banyak banget! kamu suka berkirim surat ya, Yu-chan?” Tanya Aiko yang berjalan berputar mengelilingi ruangan kamar Yumiko. “Wah, kaset-kasetnya banyak banget, tapi kok Naruto semua?? Eh ada lagu soundtrack anime gak?” Tanya Aiko lagi sambil melihat tumpukan VCD di meja samping tempat tidur.
“Eh, Aiko, ngapain di situ terus kayak detektif aja, selidik sana sini. Mau ice milk shake nya nggak? Ntar keburu habis loh dimakan sama Nishi, hhe…” ucap Kuniko.
Nishi langsung melirik tajam ke arah Kuniko. Kuniko pun senyam senyum sendiri.
Aiko segera bergabung dengan mereka di meja kecil yang ada di tengah-tengah kamar Yumiko, “He.. Yu-Chan maaf ya.. Abis kalau ke rumah seseorang aku suka kagum aja sama isinya. Kan katanya kamar itu menggambarkan pemiliknya,” ucap Aiko sambil menyeruput ice milk shake miliknya, “Dasar kukuninikoko!” Aiko menimpali Kuniko. Kuniko dan yang lainnya tertawa melihat tingkah Aiko.
“Eh Yu-Chan, di sana kayak ada beranda. Ke situ aja yuk!” pinta Hana.
“Eh, Em boleh. Tapi di sana gak ada apa-apa,”
“Yumiko, toiletnya di mana ya?” Tanya Sakurako yang sudah ingin ke toilet sejak mereka naik bus tadi, hehe..
“Eh, bentar ya. Yuk ku anterin,” ajak Yumiko.   
Sementara itu mereka berempat asyik mengamati ruangan lantai dua rumah Yumiko yang ‘hommy’ banget. Sebagai penyuka anime terutama anime Naruto, Yumiko boleh dibilang sebagai fans sejati, hampir semua hal yang berbau Naruto ia pasti memilikinya.
“Ai, di situ ada VCD Naruto apa aja? Ada game nya nggak?” Tanya Nishi malu-malu sambil menunjuk ke arah meja belajar Yumiko yang sukses menjadi arena detektif Aiko tadi.
“Hmm.. iya deh tahu yang penyuka game. Ada tuh banyak. Yumiko dan Nishi kayak dua sejoli aja nih, samaan kesukaannya,” ucap Aiko
“Huh.. iri ya. Jangan mengatakan hal yang memalukan, he..” jawab Nishi.
“Eh, Nishi, ikutan dong!” Kuniko ikut nimbrung. Mereka berdua sibuk melihat koleksi-koleksi game milik Yumiko yang terletak tidak beraturan di atas meja belajar Yumiko.
“Yah.. ini bukan dua sejoli lagi namanya, tapi trio sejoli. Huh.. gini nih kalo gak bisa main game,” Aiko ngambek melihat kedua temannya asyik sendiri. Ia pun menyeruput minumannya dalam-dalam.      
Terdengar suara seseorang menaiki tangga, ternyata itu Yu-Chan.
“Eh, lagi nyari apa? loh Hana sama Aiko mana?” Tanya Yumiko yang heran memandangi isi kamarnya hanya tinggal Nishi dan Kuniko.
“Kalo Hana ada di beranda tapi kalau Aiko…” jawab Nishi yang memandang ke sekeliling kamar Yumiko. “Tadi Ai ada disini,” batin Nishi.
Tiba-tiba seseorang muncul dari bawah tempat tidur Yumiko, “Yu-Chan, tadi aku lihat di bawah tempat tidur ada komik Naruto, boleh lihat gak?” pinta Aiko yang kelihatan bersemangat lagi.
Yumiko tersenyum melihat Aiko, “eh.. Boleh kok.. baca aja,” kata Yumiko sambil menyembunyikan tawanya melihat kepala Aiko yang tertutupi debu dari bawah tempat tidurnya.
Aiko yang tidak sadar kepalanya ada debu asyik mengambil tumpukan komik dari bawah tempat tidur Yumiko, “Wah.. komiknya banyak banget! Ada no. 1 nya nggak? Aku selalu ngikutin kartun Naruto di tv, tapi aku nggak pernah nonton episode satunya,”
“hehehe.. Dasar Aiko! ngambeknya cuma tahan 1 menit doang!” Kuniko membatin. “Ai, di kepala kamu banyak debunya tuh..” seloroh Kuniko sambil tetap asyik dengan koleksi game Yumiko.
“Weits.. lagi ngapain ni? nggak ngajak-ngajak,” sela Sakurako yang sudah kembali dari kamar mandi.
krik.. krik.. krik.. krik.. suasana hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sakurako,
“Lagi ngapain sih?” Tanya Sakurako lagi. Yang lainnya masih saja sibuk sendiri.
“Sa-Chan, sini! Kita lagi ngobrak-ngabrik kamarnya Yu-Chan, hehe..” ajak Aiko yang baru ngeh kalau Sakurako dari tadi ada di sampingnya.
Yang terjadi kemudian adalah…
“Hahaha!!! Yu-Chan, Lucuuuuuu!!!!” ini Aiko yang lagi baca komik Narutonya Yumiko.
“Jangan berkomentar memalukan,,,” ini Nishi yang sempat-sempatnya komentarin Aiko padahal dia sendiri lagi asyik lihat game Yumiko.
“weit! yang itu jangan dilihat ya!?” ini Yumiko yang melihat Sakurako mengintip sebuah kardus yang ada di rak di samping tempat tidurnya.
“Apa, apa, yang mana? yang mana?” ini Sakurako yang justru kebingungan mana yang tidak boleh dilihat.
“Mmm.. hahaha… mmm… aneh… mmm… hihihi…” ini Kuniko yang lagi baca komik Naruto setelah bosan melihat koleksi game Yumiko.
Di sisi ‘dunia’ yang berbeda…
Karena merasa bosan sendirian di beranda kamar Yumiko, akhirnya Hana memutuskan untuk kembali bergabung dengan teman-temannya di kamar Yumiko. “Ada berisik apa sih di situ?” gumam Hana dalam hati. Ketika Hana mengintip ke dalam kamar dari balik pintu, terlihat Aiko sedang melancarkan jurus ‘ngobrak-ngabrik’ nya ^^. Dan tanpa menunggu lama lagi, Hana langsung masuk menghampiri Aiko dan Sakurako.
“Eh.. aku punya sesuatu. eng.. em.. tapi kalian mau lihat nggak?” tawar Yumiko.
“eh? apa?!” Tanya Aiko bersemangat yang membuat Yumiko agak grogi menunjukkannya.
“Eng.. nggak usah deh.. em.. bukan apa-apa kok! beneran!” ucap Yumiko buru-buru.
“Yang udah dikeluarkan nggak bisa ditarik lagi,” sela Nishi yang langsung mengambil sebuah buku tebal dari tangan Yumiko, “ Buku ini album ya?” Tanyanya lagi.
Ai, Sakurako, Kuniko, dan Hana yang tertarik dengan apa yang dipegang Nishi, tiba-tiba menghentikan segala ‘kesibukan’ mereka dan mengerubungi Nishi dengan buku album itu. 
Lembaran pertama terdapat foto sekelompok orang bermata sipit berkulit putih yang tidak mirip dengan orang Jepang kebanyakan. Dugaan pertama, itu adalah orang keturunan cina temannya Yumiko. Lembaran kedua, ada foto sekelompok orang yang sama tapi di belakangnya ada spanduk bertuliskan huruf hangul Korea. Dugaan kedua, itu pasti pagelaran acara di Korea Culture Centre atau kedutaan besar Korea yang sering mengundang perwakilan siswa sekolah untuk datang. Lembaran ketiga, ada foto sekelompok orang juga tapi kok di belakangnya ada rumah tradisional tua Korea  yang tertutup salju. Dan lebih anehnya lagi ada seorang anak kecil dengan syal tebal di lehernya yang tersenyum lebar khas seseorang,,, ternyata itu adalah: Yumiko!!!
Dugaan ketiga…
“Yu-Chan, kok..kok..kok…,” Aiko, Sakurako, Hana, dan Kuniko tersentak kaget.
“Yu-Chan pernah ke Korea, ya?” Tanya Nishi santai sambil tetap membolak-balik halaman album tersebut.
“Hehe.. bisa dibilang begitu sih, em..” Yumiko menjawab dengan grogi. Ini pertama kalinya ia menunjukkan album foto itu kepada orang lain.
“Yumiko kapan kesananya?” Tanya Sakurako.
Aiko menimpali, “Sama siapa? dalam rangka apa? kok bisa?” Aiko memberondongi Yumiko dengan berbagai pertanyaan. Matanya terlihat sangat berbinar-binar.
“Gimana di sana, keren ga? ketemu sama pemeran Shin Chae Kyung di drama korea Goong, ga?” Kuniko ikutan bertanya.
Sementara itu Hana hanya berkomentar singkat, “keren..”
Dengan bersemangat, Yumiko menceritakan pengalamannya pergi ke Korea. Ternyata waktu Yumiko kelas enam elementary high school, dia dikirim mewakili Jepang untuk pertukaran pelajar ke Korea Selatan. Kebetulan saat itu Yumiko juga mengikuti kursus bahasa inggris. Dan untuk anak seusianya, Yumiko termasuk anak yang berbakat dan sangat fasih berbahasa inggris. Ditambah lagi pamannya bekerja di kedubes Korea. Kesempatan untuk pergi ke negeri seribu drama itupun semakin terbuka lebar. ^^    
^_^
Entah kenapa cuaca cerah siang itu cepat sekali berubah. Awan gelap mulai menggantung di angkasa. Angin pertanda akan turun hujan berhembus sepoi-sepoi menggoyangkan daun merambat di pagar beranda rumah Yumiko. Tapi tak ada salahnya untuk tetap menikmati hari.
“Wah.. pemandangannya lebih bagus di sini. Anginnya juga sejuk!” seru Aiko.
“Angin kayak begini biasanya pertanda akan turun hujan. Lihat aja, awannya udah mendung kan?” sambung Hana mengomentari.
“Sa-Chan, rumahmu dari sini jauh ga?” tanya Aiko sambil memandang jauh ke depan dengan tangannya.
“Nggak begitu jauh deh kayaknya. Asalkan pulangnya gak jalan kaki aja, hehe” jawab Sakurako sekenanya.
“Eh, aku mau lihat ke dalam dulu ya! Mau lihat Yu-Chan,” kata Aiko lagi. Ia pun segera meninggalkan Sakurako dan Hana di beranda.
Yumiko yang dicari ternyata masih ada di kamar. “Kebetulan nih,” pikir Aiko. “Tapi sebelum itu, Nishi dan Kuniko mana, ya? kok nggak kelihatan?” gumam Aiko dalam hati.
Yumiko yang menyadari kehadiran Aiko bertanya “kenapa?”
“Em..?” balas Aiko yang sedang mencari sesuatu.
“Eh, bukan ya? Eng cari apa?” Tanya Yumiko lagi yang jadi ikut-ikutan mencari biarpun sebenarnya Yu-Chan nggak tahu apa yang harus dicari ^^.
“oh.. itu, mm.. Nishi sama Kuniko mana ya?”
“hehe.. dikirain cari apa, ternyata Nishi dan Kuniko. em.. Tuh mereka berdua lagi main game Naruto,” tunjuk Yumiko ke sebuah ruang yang ada televisinya.
“Waah..,” Aiko langsung berlari ke arah yang ditunjuk.
“eh, Ai.. aku yang hijau. Si Ku-Chan yang merah,” jelas Nishi.
Kuniko mendengus kesal, “Ku-Chan, nama siapa tuh! Nggak kenal, bwee!” dari tadi avatar nya Kuniko kelihatan kepayahan banget kena jurus-jurus avatar nya Nishi ^^.
Lalu terdengar suara “GAME OVER” dari game tersebut dengan musik yang khas. Suara itu terdengar jelas ketika Aiko meninggalkan ruangan televise. Karena penasaran ia pun menengok sebentar dan terlihat seorang chunin merah bertuliskan “K.O” di atasnya. “Hihihi.. Kukuninikoko kalah,” gumam Aiko. Saat ia bermaksud untuk pergi ke beranda, ia teringat tujuannya semula datang ke sana, Yu-Chan!
“Yu-Chan.. lagi ngapain?” Tanya Aiko begitu melihat Yumiko sedang duduk di atas tempat tidur.
“em..Ini lagi beresin barang-barang,” jawabnya.
“Hehe.. maaf ya jadi berantakan. Sini biar kubantu,” tawar Aiko, “eh, Yu-Chan.. Waktu di Korea sana, Yu-Chan punya teman, ga?”
“Ada. Namanya Park Ha. Dia suka gambar juga loh. Em.. oh ya, album ini sama buku ini juga dari Park Ha. Hadiah ultah,” kata Yumiko.
“Oh.. lihat deh,” pinta Aiko sambil menunjuk sebuah notebook dengan desain yang unik di tangan Yumiko, “notebook nya bagus banget. Eh, di foto ini kok ada kue tart gambar doraemon nya, sih?” tunjuk Aiko ke salah satu foto di dalam album.
“Eng.. kebetulan waktu itu bulan Desember dan di sana sedang musim dingin. em.. kebetulan juga tanggal 10-nya aku ultah, he..”
Aiko berucap, “Asyik ya bisa merayakan ultah di negeri seberang. Trus jadinya setiap tanggal segitu Park Ha selalu kirimin hadiah ya?”
“Heeh.. Sekarang dia jadi salah satu sahabat penaku,”
“Pantas banyak kertas surat di meja belajarmu,” Aiko tersenyum sambil memandang foto lainnya yang ada di album.
“Tapi yang buat aku sebel, sepulangnya dari sana aku harus ikut ujian semester genap dan pra ujian Negara susulan, hiks..” kenang Yumiko. Aiko yang melihatnya, menepuk-nepuk pundak Yumiko, menghibur.
Tiba-tiba terdengar suara ibu Yumiko yang memanggil Yumiko untuk turun ke bawah. Dengan cepat Yumiko segera bergegas turun.
Kuniko yang kesal karena berturut-turut kalah 5-0 dari Nishi, memilih menyerah saja. Dengan muka masam, Kuniko duduk di samping Aiko disusul Nishi yang tersenyum sejuta kemenangan. ^^
“Kuni-Chan, kayaknya nggak perlu diragukan lagi. Nishi memang gamer sejati, hehe.. yang sabar ya,” canda Sakurako yang memang hobi jahilin Kuniko.
hiks…, gumam Kuniko dalam hati.
“Memang kalian main game apa sih, sampai-sampai Kuniko kalah 5-0 gitu?” Tanya Hana kemudian.
Mendengar ucapan Hana, Kuniko makin meratapi nasibnya, hehe.. kasihan.
Lalu dari lantai bawah terdengar suara Yumiko yang memanggil mereka semua untuk turun. firasat Aiko langsung bereaksi alpha beta gitu, dan dia memprediksikan bahwa Yumiko pasti menyuruh turun untuk makan. Dan benar saja, baru kaki kiri Aiko menapaki lantai bawah, Yumiko buru-buru menarik lengan Aiko ke dapur. Aiko memang begitu. Ia langsung turun tangga waktu Yumiko menyuruh mereka untuk turun, seperti prinsipnya untuk selalu jadi yang pertama, ckck.
“Yu-Chan, ntar aja ya tunggu yang lain, ya” pinta Aiko yang sudah disodori sepiring nasi.
“Em, eng.. nggak usah.. ee.. Aiko duluan aja ya! Yumiko temenin deh, ya!” ajak Yumiko kemudian.
Aiko tetap keras kepala memaksa untuk menunggu yang lain. Sampai-sampai Yumiko kehabisan ide untuk membujuk Aiko. Tapi sedetik kemudian langkah-langkah kaki terdengar menuruni tangga. fiuh.. syukurlah, batin Yumiko.
“Nah, ee.. yang lain udah turun. Aiko harus ambil makanannya ya!” ucap Yumiko yang tanpa basa-basi lagi mendorong Aiko duduk di meja makan. Hehe.. berhasil, Yumiko membatin.
“Hayoo.. kayaknya enak nih!” ucap Nishi.
“eh, ayo. Silakan makan. Nishi, Sakurako, Hana, sama Kuniko. Tidak perlu sungkan, ya. Makan yang banyak,” tawar Ibu Yumiko.
“Terimakasih,” jawab Nishi yang langsung mengambil sepiring nasi dan memilih tempat duduknya di meja makan. Di atas meja makan tersedia lauk pauk yang sangat istimewa, “Ehm.. jangan malu-malu kucing,” canda Nishi. Sakurako, Hana, dan Kuniko jadi salah tingkah sendiri. Soalnya sedari tadi mereka cuma berdiri saja di pojokan, nakut-nakutin. ckckck ^^
“Itadakimasu!!!” seru semuanya sambil melahap hidangan yang tersaji di meja makan.
^_^
Langit kelabu di luar semakin kelabu saja ketika matahari semakin memantapkan langkahnya menuju ke ufuk barat. Tapi makhluk-makhluk yang masih imut ini (hehe..) nampaknya belum juga enggan berlalu untuk menikmati kebebasan hari ini. Maklum, pelampiasan selama satu minggu melelahkan kemarin yang penuh kerja keras menghadapi ujian.
Di beranda, Aiko asyik melihat-lihat barisan rumah dan pepohonan di kejauhan. Apalagi langit sore yang semakin merona, membuat Aiko semakin betah untuk berlama-lama memandanginya. Sementara Aiko asyik sendiri, Hana, Sakurako, dan Nishi lagi terlibat obrolan seru juga Kuniko yang sedang patah hati karena game tadi. Nishi memang tak terkalahkan. Kursi dari bambu yang ada di beranda jadi tempat yang seru untuk obrolan yang seru juga.
“Ai, ngapain di situ terus. Sini gabung! Nishi lagi cerita seru nih!” ajak Kuniko.
Yang diajak, mengalihkan pandangannya ke arah Kuniko dan lainnya, “ehm.. ngomongin apa sih? Bagi-bagi dong,” kata Aiko sambil menghadap ke arah mereka, membelakangi beranda dan membetulkan posisi berdirinya, “Hana-Chan, Yu-Chan mana? Di kamar?” Tanya Aiko.
“Kayaknya sih iya,” jawab Hana, membetulkan letak kacamatanya.
Di antara mereka berenam, cuma Aiko dan Nishi yang tidak berkacamata ^^
 “Ohayou semuanya!” sapa Yumiko dari balik pintu. Di tangannya tersimpan secarik kertas putih kosong dan satu set spidol berwarna-warni.
“Dasar Yu-Chan! Ohayou kok sore-sore gini, hehe” canda Nishi.
“Eh, iya ya..!” Yumiko garuk-garuk kepala yang sebetulnya tidak gatal.
“Yu-Chan, kok bawa-bawa kertas sama spidol sih,” Tanya Aiko. Manusia yang satu ini kayaknya selalu ingin tahu sama apapun ya. Mirip tokoh monyet kecil di kartun “curios George” yang selalu ingin tahu.
Yumiko lantas menaruh kertas dan spidol yang dibawanya di atas lantai, “ini, aku mau buat manga. Ehm.. minggu depan Nishi sama aku mau ikutan membuat manga se-Jepang,”
“ehm.. cie Yu-Chan,” ucap Hana yang dari tadi sibuk membersihkan lensa kacamatanya.
“Cie.. Nishi-Chan,” goda Kuniko.
“Dilarang berkomentar memalukan!” Nishi buru-buru menjawab.
Alih-alih untuk membuat manga, kertas yang dibawa Yumiko justru menjadi penuh dengan coretan-coretan Aiko, Hana, Nishi, Sakurako, Kuniko, dan Yumiko sendiri yang jadi ikut-ikutan corat-coret, Dan penyebab awal kekacauan ini, siapa lagi kalau bukan Aiko yang iseng mencoba-coba warna spidol yang dibawa Yumiko. Apalagi penyuka warna kuning yang satu ini memang hobi tulis menulis alias corat-coret, hehe.. Di antara kebersamaan ini, semuanya bisa menunjukkan dan menjadi dirinya sendiri. Sakurako yang sering menjadi “orang terakhir” penerima pesan, mereka tidak lagi melihatnya sebagai sebuah kekurangan. Nishi yang super cuek dan suka berguyon di sekolah, ternyata wajahnya langsung memerah kalau dipuji seseorang. Apalagi Yumiko yang sulit mengungkapkan maksud hatinya dan terkesan kikuk, tidak pernah merasa sungkan menunjukkannya di hadapan mereka, sahabatnya. Kuniko yang terkenal sebagai sosok yang selalu menjaga image  di sekolah dengan senyum angkuhnya yang selalu membuat orang terkesima karena kharismanya. Kalau saja orang-orang itu melihat Kuniko hari itu, dijamin mereka akan patah hati. Juga Aiko, si Miss curious ditambah si Miss ketinggalan, tapi kayaknya julukan yang satu ini nggak perlu diragukan lagi. Di sekolah Aiko adalah seorang bintang kelas yang selalu menjaga tingkah lakunya, di tempat ini primadona itu telah berubah. Hanya menjadi ‘Aiko Konoe’. Sensei dan teman-teman yang mengaguminya pasti terkejut melihatnya detik itu. Bahkan Hana yang paling pendiam sekalipun, bisa sangat vokal di antara mereka. Kehangatan persahabatan yang bisa menyatukan perbedaan menjadi hal yang indah. Yang membuat seseorang dapat bertahan di dunia yang keras hanya dengan memilikinya.    
^_^
Mendung semakin menggantung. Pukul lima tepat, Aiko, Hana, Nishi, Sakurako, dan Kuniko memutuskan untuk berpamitan pulang sebelum hujan deras mengguyur.
“Hmh… waktunya pulang,” ucap Hana menghela napas.
“Yu-Chan, terimakasih banyak, ya. Maaf udah negerepotin, hehe” Aiko tersenyum simpul.
“iya, gara-gara si Miss ngobrak-ngabrik ini semuanya jadi ikut-ikutan repot deh!” goda Kuniko. Lama-lama Aiko bisa menang penghargaan nih untuk julukan terbanyak ^^
Aiko menatap tajam. “ huh.. kukuninikoko!”
“Kapan-kapan berkunjung lagi, ya! Ibu senang di rumah jadi ramai,” kata Ibu Yumiko yang mengantar kepulangan mereka.
“Semuanya. kita pulang yuk! Sebentar lagi bus nya datang. Eh, Yu-Chan, jadwal bus nya jam berapa ya?” Tanya Nishi.
“Mm.. kira-kira lima menit lagi!” jawab Yumiko.
“Yu-Chan, Sayonara!” salam mereka berlima hampir berbarengan sambil melambaikan tangan. Bayangan mereka pun menghilang di persimpangan jalan. “hh.. sepi..”, bisik Yumiko dalam hati. Pintu rumahnya kini tertutup bersama kejadian menyenangkan hari itu yang tersimpan sebagai kenangan.
^_^
“Hrggghhhh.. gara-gara Aiko nih! Kita jadi harus ngejar-ngejar bus!” ucap Kuniko yang sedikit kesal karena tasnya sempat ketinggalan di halte saat akan mengejar bus yang mereka tumpangi.
Aiko buru-buru menjawab karena tidak ingin disalahkan, “Yei! Siapa suruh ngikutin aku ngejar-ngejar bus, huh.. kukuninikoko!” Aiko jadi terdiam. Dia sebenarnya merasa bersalah juga membuat teman-temannya berlari-lari seperti itu.
“ehm.. yah.. yang penting kan sekarang kita sudah duduk manis di dalam bus yang nyaman ini. Nikmatin aja!” ucap Nishi santai.
Hana membetulkan letak kacamatanya, “Nishi benar!” komentarnya singkat.
“Tahu nih! Jangan merusak suasana sore yang indah nan mendung ini dong,” sambung Sakurako.
“ehm.. gomen ne, Ai!” ucap Kuniko akhirnya.
“Aku juga Ku-Chan, hehe..” ucap Aiko yang membalas uluran maaf dari Kuniko dan tertawa lebar, “Tapi sebenarnya..,” Aiko hati-hati mengucapkan kata berikutnya, “Tadi saat kita berlari, di belakang kita ada bus No.10 lainnya, jadi…”
“Apaaaaaaa!!!!!”
^_^
Hehe.. ceritanya cukup sampai di sini ^^ 

contd. Chapter 3.