Tik..tik..tik..tik..tik… tik.. tik….tik….. Hoah..!! tik..
tik…………………………………………………………………
Teet!!Teet!!Teet!!
Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Hari ini hari Jumat, jam pulang sekolah
sedikit lebih awal dari biasanya. Enam sekawan itu berkumpul di tempat favorit mereka, Mobil yang disulap
menjadi toko takoyaki di depan sekolah.
“Yeah!!!...
Akhirnya minggu penyiksaan berakhir juga!” kata Aiko dengan senyum cemerlang,
secemerlang mentari yang kini berada di atas kepala.
“Bener
tuh! Pokoknya hari ini aku gak mau lihat buku pelajaran!!! Ada yang punya ide?”
Tanya Kuniko.
“Hmmhmhh…..
enaknya sih kita ngenet!?” seru Aiko. Mendengar usulan Aiko, semuanya melirik
dompet masing-masing,, dan..
“Nggak..nggak..
kayaknya bukan ide yang bagus,” ucap Nishi.
“Bener..
bener banget, bukan ide yang bagus. Apalagi setelah aku beli takoyaki ini,
hmm.. makin gak bagus,” Hana menimpali.
“Setuju!”
sambut Sakurako yang mengangkat tangannya tinggi, sementara Yumiko yang tadi
matanya sudah berbinar-binar karena mendengar usul Aiko, kini bagaikan
terhempas angin musim dingin, hyuu~~~
“Trus
sekarang ngapain?? masa pulang??? Hh.. anganku berakhir sudah,,” Kuniko tampak
tidak bersemangat.
Tiba-tiba
sebuah bus nomor 09 melaju di hadapan mereka. Seketika itu juga ide cemerlang
pun muncul di benak Aiko,
“Ayayaya..!
Kenapa tidak terpikirkan dari tadi?!”, Semuanya melihat ke arah Aiko,”gimana
kalo kita main ke rumah Yumiko aja!”
“SETUJUUUUUUUUUUUU…!!!!!”
Teriak semuanya kompak, sampai-sampai teriakan mereka itu membuat orang yang
sedang makan takoyaki di samping mereka pun tersedak, hihihihi….
“ke-ke
rumahku? a,,eng,, enggak pa-pa nih, em,, maksudku,,” Semuanya jadi terdiam dan
lesu mengira Yumiko tidak akan menyetujuinya.
“SETUJUU!!!”
Sambung Yumiko kemudian.
Fiuh..
semuanya menarik napas lega.
Dengan menumpang bus nomor 09 di
halte yang jaraknya 20 meter dari sekolah, mereka berangkat ke rumah Yumiko.
Tak disangka, kirain jarak rumahnya dari sekolah hanya beberapa blok saja tapi
ternyata terletak hampir di perbatasan dengan kota tetangga! Aiko yang dari
tadi berdiri dan berpegangan pada tiang bus di dekat pintu keluar, kakinya
kesemutan. Meski tidak bilang-bilang, sebenarnya Sakurako dan Kuniko pun
demikian.
Aiko terus memandang ke arah Nishi
dan Yumiko yang dapat duduk di kursi belakang, “Enaknya… Kalau Hana… mmmm… Hana
di mana ya? kok dia nggak ada!? Duduk sama Nishi dan Yumiko gak ya? eh,, nggak
juga. Atau berdiri di dekat Sakura dan Kuni? eh,, gak ada.. Trus kalo gitu Hana
di mana dong??? wah,, gawat!! kalo sampai ketinggalan atau dia kesasar dan ga
tahu jalan pulang gimana?? Hana kan baru pindah dari Hokkaido, duhh..”
Ckittt… Brrrrrm….. Bus yang membawa
mereka telah sampai di halte tujuan. Dari sana mereka melanjutkan perjalanan
dengan berjalan kaki. Angin yang semilir membawa kelopak bunga sakura musim
semi yang sebentar lagi akan berakhir.
“Jadi rumah Yumiko di sini? Wah enak
ya udaranya sejuk,” ucap Sakurako sambil menghentikan langkahnya di depan
sebuah rumah bergaya tradisional yang berada tidak jauh dari halte bus tadi.
“e,,eng,, Sebenernya bukan yang ini
tapi yang di sana,,” tunjuk Yumiko. “Di sana”-nya Yumiko itu ternyata 3 blok
dari halte tempat mereka turun tadi J. Kuniko lemas.
“Lho, Hana mana ya?” Tanya Nishi
pada yang lain saat tersadar Hana tidak ada di manapun.
Takut-takut Aiko menjawab dengan
nada yang sedih, “Kayaknya dia ketinggalan deh..”
“Haah!! Ketinggalan! kok baru
ngomong sekarang, kita udah jalan satu blok lebih nih!” keluh Kuniko pasrah.
“Ya udah,, Yuk cari Hana sekarang.
Kalo kelamaan nanti nyasarnya tambah jauh,, ya itung-itung sekalian
jalan-jalan. Tadi katanya mau jalan-jalan??? kalo gitu sekarang ayo kita
jalan-jalan, hehe..” timpal Sakurako yang langsung berjalan memutar balik
dengan santainya,, tralalalala….
“Heheheheh juga…” semuanya tersenyum tawar.
“Teman, kalo aku pingsan nanti
(lebay.com) jangan diseret yaa, jangan lupa telepon 911. Eh, salah. 911 apa 119
ya??” Kuniko mulai error. hehe J
Setelah mencari hampir setengah jam
lebih, dengan langkah gontai dan keringat yang mengucur deras, mereka semua
menghentikan pencarian dan memutuskan pergi ke rumah Yumiko tanpa Hana, Hikz.. Sambil
berharap yang terbaik. Semoga mungkin Hana sudah sampai di rumah Yumiko
terlebih dahulu, atau Hana pulang ke rumahnya, sedang beristirahat.
“Aku pulang!!!” kata Yumiko sambil
memakai sandalnya.
“Selamat datang!” sapa seseorang
dari balik ruang tamu.
Suara yang tidak asing, pikir
mereka. Ternyata itu Hana!
“Ha- ha- ha-…” ucap Yumiko, Kuniko,
dan Aiko berbarengan, tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat. Yang
bersangkutan sedang asyik memasukkan satu bola takoyaki ke dalam mulutnya.
“Hantu kali,, hahaha,” Nishi tertawa
lebar sambil memakai alas sandal,”Masuk yuk!” ajaknya lagi. (Pertanyaannya
adalah, ini sebenarnya rumah siapa ya? hehe)
“Eh, mau takoyakinya ga? Enak loh!”
tawar Hana dengan wajah yang polos.
“Hana, kok kamu udah sampai duluan?
tadi kami kira kamu ketinggalan,” jelas Sakurako.
“Ketinggalan? Kayak Aiko aja si Miss
Ketinggalan, hehe” timpal Nishi.
“Aduh Hana.. tadi di bus kamu duduk
dimana? Aku cariin kok gak ada. Kirain kamu ketinggalan atau kesasar,” ucap
Aiko setengah haru, setengah gembira.
Lain lagi dengan komentarnya
Kuniko,”Yah Hana.. Coba kamu munculnya dari tadi. Pengorbanan aku tadi pasti
nggak jadi sia-sia, hhhh…” kata Kuniko.
“Ibu pulang!!” Dari balik daun pintu
terlihat seorang Ibu dengan wajah yang ramah,”Loh Yu-chan, kok ngobrolnya di
sini? Ajak teman-temanmu ke kamar saja atau di ruang tengah”
“Eh.. iya iya. He..” ucap Yumiko,
”Bu, ini nih yang namanya Kuniko, Nishi, Hana, Sakurako, sama Aiko,” ucap
Yumiko sambil menunjuk mereka satu per satu.
“Salam kenal!” sapa mereka
berbarengan.
“Salam kenal juga. Kalo Hana Ibu
sudah tahu, tadi kan Hana yang sampai duluan. Makanya ibu minta tolong Hana
jaga rumah sebentar karena Ibu ingin pergi belanja.”
Ooooooooooohhhhh…… Batin semuanya
dalam hati. Ternyata…
Hana tersenyum-senyum simpul.
J
“Di sini adem yaa.. nggak sia-sia
kita datang ke sini,” kata Aiko sambil melihat pemandangan di luar lewat
jendela di kamar Yumiko yang terletak di lantai paling atas rumah itu. “Wah,
surat-suratnya banyak banget! kamu suka berkirim surat ya, Yu-chan?” Tanya Aiko
yang berjalan berputar mengelilingi ruangan kamar Yumiko. “Wah, kaset-kasetnya
banyak banget, tapi kok Naruto semua?? Eh ada lagu soundtrack anime gak?” Tanya Aiko lagi sambil melihat tumpukan VCD
di meja samping tempat tidur.
“Eh, Aiko, ngapain di situ terus
kayak detektif aja, selidik sana sini. Mau ice
milk shake nya nggak? Ntar keburu habis loh dimakan sama Nishi, hhe…” ucap
Kuniko.
Nishi langsung melirik tajam ke arah
Kuniko. Kuniko pun senyam senyum sendiri.
Aiko segera bergabung dengan mereka
di meja kecil yang ada di tengah-tengah kamar Yumiko, “He.. Yu-Chan maaf ya..
Abis kalau ke rumah seseorang aku suka kagum aja sama isinya. Kan katanya kamar
itu menggambarkan pemiliknya,” ucap Aiko sambil menyeruput ice milk shake miliknya, “Dasar kukuninikoko!” Aiko menimpali
Kuniko. Kuniko dan yang lainnya tertawa melihat tingkah Aiko.
“Eh Yu-Chan, di sana kayak ada
beranda. Ke situ aja yuk!” pinta Hana.
“Eh, Em boleh. Tapi di sana gak ada
apa-apa,”
“Yumiko, toiletnya di mana ya?”
Tanya Sakurako yang sudah ingin ke toilet sejak mereka naik bus tadi, hehe..
“Eh, bentar ya. Yuk ku anterin,”
ajak Yumiko.
Sementara itu mereka berempat asyik
mengamati ruangan lantai dua rumah Yumiko yang ‘hommy’ banget. Sebagai penyuka anime terutama anime Naruto, Yumiko
boleh dibilang sebagai fans sejati, hampir semua hal yang berbau Naruto ia
pasti memilikinya.
“Ai, di situ ada VCD Naruto apa aja?
Ada game nya nggak?” Tanya Nishi
malu-malu sambil menunjuk ke arah meja belajar Yumiko yang sukses menjadi arena
detektif Aiko tadi.
“Hmm.. iya deh tahu yang penyuka game. Ada tuh banyak. Yumiko dan Nishi
kayak dua sejoli aja nih, samaan kesukaannya,” ucap Aiko
“Huh.. iri ya. Jangan mengatakan hal
yang memalukan, he..” jawab Nishi.
“Eh, Nishi, ikutan dong!” Kuniko
ikut nimbrung. Mereka berdua sibuk melihat koleksi-koleksi game milik Yumiko yang terletak tidak beraturan di atas meja
belajar Yumiko.
“Yah.. ini bukan dua sejoli lagi
namanya, tapi trio sejoli. Huh.. gini nih kalo gak bisa main game,” Aiko ngambek melihat kedua
temannya asyik sendiri. Ia pun menyeruput minumannya dalam-dalam.
Terdengar suara seseorang menaiki
tangga, ternyata itu Yu-Chan.
“Eh, lagi nyari apa? loh Hana sama
Aiko mana?” Tanya Yumiko yang heran memandangi isi kamarnya hanya tinggal Nishi
dan Kuniko.
“Kalo Hana ada di beranda tapi kalau
Aiko…” jawab Nishi yang memandang ke sekeliling kamar Yumiko. “Tadi Ai ada disini,” batin Nishi.
Tiba-tiba seseorang muncul dari
bawah tempat tidur Yumiko, “Yu-Chan, tadi aku lihat di bawah tempat tidur ada
komik Naruto, boleh lihat gak?” pinta Aiko yang kelihatan bersemangat lagi.
Yumiko tersenyum melihat Aiko, “eh..
Boleh kok.. baca aja,” kata Yumiko sambil menyembunyikan tawanya melihat kepala
Aiko yang tertutupi debu dari bawah tempat tidurnya.
Aiko yang tidak sadar kepalanya ada
debu asyik mengambil tumpukan komik dari bawah tempat tidur Yumiko, “Wah..
komiknya banyak banget! Ada no. 1 nya nggak? Aku selalu ngikutin kartun Naruto
di tv, tapi aku nggak pernah nonton episode satunya,”
“hehehe..
Dasar Aiko! ngambeknya cuma tahan 1 menit doang!” Kuniko membatin. “Ai, di kepala kamu
banyak debunya tuh..” seloroh Kuniko sambil tetap asyik dengan koleksi game Yumiko.
“Weits.. lagi ngapain ni? nggak ngajak-ngajak,”
sela Sakurako yang sudah kembali dari kamar mandi.
krik.. krik.. krik.. krik.. suasana
hening. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Sakurako,
“Lagi ngapain sih?” Tanya Sakurako
lagi. Yang lainnya masih saja sibuk sendiri.
“Sa-Chan, sini! Kita lagi
ngobrak-ngabrik kamarnya Yu-Chan, hehe..” ajak Aiko yang baru ngeh kalau
Sakurako dari tadi ada di sampingnya.
Yang terjadi kemudian adalah…
“Hahaha!!! Yu-Chan, Lucuuuuuu!!!!”
ini Aiko yang lagi baca komik Narutonya Yumiko.
“Jangan berkomentar memalukan,,,”
ini Nishi yang sempat-sempatnya komentarin Aiko padahal dia sendiri lagi asyik
lihat game Yumiko.
“weit! yang itu jangan dilihat ya!?”
ini Yumiko yang melihat Sakurako mengintip sebuah kardus yang ada di rak di
samping tempat tidurnya.
“Apa, apa, yang mana? yang mana?”
ini Sakurako yang justru kebingungan mana yang tidak boleh dilihat.
“Mmm.. hahaha… mmm… aneh… mmm…
hihihi…” ini Kuniko yang lagi baca komik Naruto setelah bosan melihat koleksi game Yumiko.
Di sisi ‘dunia’ yang berbeda…
Karena merasa bosan sendirian di
beranda kamar Yumiko, akhirnya Hana memutuskan untuk kembali bergabung dengan
teman-temannya di kamar Yumiko. “Ada
berisik apa sih di situ?” gumam Hana dalam hati. Ketika Hana mengintip ke
dalam kamar dari balik pintu, terlihat Aiko sedang melancarkan jurus
‘ngobrak-ngabrik’ nya ^^. Dan tanpa menunggu lama lagi, Hana langsung masuk
menghampiri Aiko dan Sakurako.
“Eh.. aku punya sesuatu. eng.. em..
tapi kalian mau lihat nggak?” tawar Yumiko.
“eh? apa?!” Tanya Aiko bersemangat
yang membuat Yumiko agak grogi menunjukkannya.
“Eng.. nggak usah deh.. em.. bukan
apa-apa kok! beneran!” ucap Yumiko buru-buru.
“Yang udah dikeluarkan nggak bisa
ditarik lagi,” sela Nishi yang langsung mengambil sebuah buku tebal dari tangan
Yumiko, “ Buku ini album ya?” Tanyanya lagi.
Ai, Sakurako, Kuniko, dan Hana yang
tertarik dengan apa yang dipegang Nishi, tiba-tiba menghentikan segala
‘kesibukan’ mereka dan mengerubungi Nishi dengan buku album itu.
Lembaran pertama terdapat foto
sekelompok orang bermata sipit berkulit putih yang tidak mirip dengan orang
Jepang kebanyakan. Dugaan pertama, itu adalah orang keturunan cina temannya
Yumiko. Lembaran kedua, ada foto sekelompok orang yang sama tapi di belakangnya
ada spanduk bertuliskan huruf hangul Korea. Dugaan kedua, itu pasti pagelaran
acara di Korea Culture Centre atau
kedutaan besar Korea yang sering mengundang perwakilan siswa sekolah untuk
datang. Lembaran ketiga, ada foto sekelompok orang juga tapi kok di belakangnya
ada rumah tradisional tua Korea yang tertutup
salju. Dan lebih anehnya lagi ada seorang anak kecil dengan syal tebal di
lehernya yang tersenyum lebar khas seseorang,,, ternyata itu adalah: Yumiko!!!
Dugaan ketiga…
“Yu-Chan, kok..kok..kok…,” Aiko,
Sakurako, Hana, dan Kuniko tersentak kaget.
“Yu-Chan pernah ke Korea, ya?” Tanya
Nishi santai sambil tetap membolak-balik halaman album tersebut.
“Hehe.. bisa dibilang begitu sih,
em..” Yumiko menjawab dengan grogi. Ini pertama kalinya ia menunjukkan album foto
itu kepada orang lain.
“Yumiko kapan kesananya?” Tanya
Sakurako.
Aiko menimpali, “Sama siapa? dalam
rangka apa? kok bisa?” Aiko memberondongi Yumiko dengan berbagai pertanyaan.
Matanya terlihat sangat berbinar-binar.
“Gimana di sana, keren ga? ketemu
sama pemeran Shin Chae Kyung di drama korea Goong,
ga?” Kuniko ikutan bertanya.
Sementara itu Hana hanya berkomentar
singkat, “keren..”
Dengan bersemangat, Yumiko
menceritakan pengalamannya pergi ke Korea. Ternyata waktu Yumiko kelas enam elementary high school, dia dikirim
mewakili Jepang untuk pertukaran pelajar ke Korea Selatan. Kebetulan saat itu
Yumiko juga mengikuti kursus bahasa inggris. Dan untuk anak seusianya, Yumiko
termasuk anak yang berbakat dan sangat fasih berbahasa inggris. Ditambah lagi
pamannya bekerja di kedubes Korea. Kesempatan untuk pergi ke negeri seribu
drama itupun semakin terbuka lebar. ^^
^_^
Entah kenapa cuaca cerah siang itu
cepat sekali berubah. Awan gelap mulai menggantung di angkasa. Angin pertanda
akan turun hujan berhembus sepoi-sepoi menggoyangkan daun merambat di pagar
beranda rumah Yumiko. Tapi tak ada salahnya untuk tetap menikmati hari.
“Wah.. pemandangannya lebih bagus di
sini. Anginnya juga sejuk!” seru Aiko.
“Angin kayak begini biasanya
pertanda akan turun hujan. Lihat aja, awannya udah mendung kan?” sambung Hana
mengomentari.
“Sa-Chan, rumahmu dari sini jauh
ga?” tanya Aiko sambil memandang jauh ke depan dengan tangannya.
“Nggak begitu jauh deh kayaknya.
Asalkan pulangnya gak jalan kaki aja, hehe” jawab Sakurako sekenanya.
“Eh, aku mau lihat ke dalam dulu ya!
Mau lihat Yu-Chan,” kata Aiko lagi. Ia pun segera meninggalkan Sakurako dan
Hana di beranda.
Yumiko yang dicari ternyata masih
ada di kamar. “Kebetulan nih,” pikir
Aiko. “Tapi sebelum itu, Nishi dan Kuniko
mana, ya? kok nggak kelihatan?” gumam Aiko dalam hati.
Yumiko yang menyadari kehadiran Aiko
bertanya “kenapa?”
“Em..?” balas Aiko yang sedang
mencari sesuatu.
“Eh, bukan ya? Eng cari apa?” Tanya
Yumiko lagi yang jadi ikut-ikutan mencari biarpun sebenarnya Yu-Chan nggak tahu
apa yang harus dicari ^^.
“oh.. itu, mm.. Nishi sama Kuniko
mana ya?”
“hehe.. dikirain cari apa, ternyata
Nishi dan Kuniko. em.. Tuh mereka berdua lagi main game Naruto,” tunjuk Yumiko
ke sebuah ruang yang ada televisinya.
“Waah..,” Aiko langsung berlari ke
arah yang ditunjuk.
“eh, Ai.. aku yang hijau. Si Ku-Chan
yang merah,” jelas Nishi.
Kuniko mendengus kesal, “Ku-Chan,
nama siapa tuh! Nggak kenal, bwee!” dari tadi avatar nya Kuniko kelihatan
kepayahan banget kena jurus-jurus avatar nya Nishi ^^.
Lalu terdengar suara “GAME OVER”
dari game tersebut dengan musik yang khas. Suara itu terdengar jelas ketika
Aiko meninggalkan ruangan televise. Karena penasaran ia pun menengok sebentar
dan terlihat seorang chunin merah bertuliskan “K.O” di atasnya. “Hihihi.. Kukuninikoko kalah,” gumam
Aiko. Saat ia bermaksud untuk pergi ke beranda, ia teringat tujuannya semula
datang ke sana, Yu-Chan!
“Yu-Chan.. lagi ngapain?” Tanya Aiko
begitu melihat Yumiko sedang duduk di atas tempat tidur.
“em..Ini lagi beresin barang-barang,”
jawabnya.
“Hehe.. maaf ya jadi berantakan.
Sini biar kubantu,” tawar Aiko, “eh, Yu-Chan.. Waktu di Korea sana, Yu-Chan
punya teman, ga?”
“Ada. Namanya Park Ha. Dia suka
gambar juga loh. Em.. oh ya, album ini sama buku ini juga dari Park Ha. Hadiah
ultah,” kata Yumiko.
“Oh.. lihat deh,” pinta Aiko sambil
menunjuk sebuah notebook dengan
desain yang unik di tangan Yumiko, “notebook
nya bagus banget. Eh, di foto ini kok ada kue tart gambar doraemon nya,
sih?” tunjuk Aiko ke salah satu foto di dalam album.
“Eng.. kebetulan waktu itu bulan
Desember dan di sana sedang musim dingin. em.. kebetulan juga tanggal 10-nya
aku ultah, he..”
Aiko berucap, “Asyik ya bisa
merayakan ultah di negeri seberang. Trus jadinya setiap tanggal segitu Park Ha
selalu kirimin hadiah ya?”
“Heeh.. Sekarang dia jadi salah satu
sahabat penaku,”
“Pantas banyak kertas surat di meja
belajarmu,” Aiko tersenyum sambil memandang foto lainnya yang ada di album.
“Tapi yang buat aku sebel,
sepulangnya dari sana aku harus ikut ujian semester genap dan pra ujian Negara
susulan, hiks..” kenang Yumiko. Aiko yang melihatnya, menepuk-nepuk pundak
Yumiko, menghibur.
Tiba-tiba terdengar suara ibu Yumiko
yang memanggil Yumiko untuk turun ke bawah. Dengan cepat Yumiko segera bergegas
turun.
Kuniko yang kesal karena
berturut-turut kalah 5-0 dari Nishi, memilih menyerah saja. Dengan muka masam,
Kuniko duduk di samping Aiko disusul Nishi yang tersenyum sejuta kemenangan. ^^
“Kuni-Chan, kayaknya nggak perlu
diragukan lagi. Nishi memang gamer sejati,
hehe.. yang sabar ya,” canda Sakurako yang memang hobi jahilin Kuniko.
hiks…, gumam Kuniko dalam hati.
“Memang kalian main game apa sih, sampai-sampai Kuniko kalah
5-0 gitu?” Tanya Hana kemudian.
Mendengar ucapan Hana, Kuniko makin
meratapi nasibnya, hehe.. kasihan.
Lalu dari lantai bawah terdengar
suara Yumiko yang memanggil mereka semua untuk turun. firasat Aiko langsung
bereaksi alpha beta gitu, dan dia
memprediksikan bahwa Yumiko pasti menyuruh turun untuk makan. Dan benar saja,
baru kaki kiri Aiko menapaki lantai bawah, Yumiko buru-buru menarik lengan Aiko
ke dapur. Aiko memang begitu. Ia langsung turun tangga waktu Yumiko menyuruh
mereka untuk turun, seperti prinsipnya untuk selalu jadi yang pertama, ckck.
“Yu-Chan, ntar aja ya tunggu yang
lain, ya” pinta Aiko yang sudah disodori sepiring nasi.
“Em, eng.. nggak usah.. ee.. Aiko
duluan aja ya! Yumiko temenin deh, ya!” ajak Yumiko kemudian.
Aiko tetap keras kepala memaksa
untuk menunggu yang lain. Sampai-sampai Yumiko kehabisan ide untuk membujuk
Aiko. Tapi sedetik kemudian langkah-langkah kaki terdengar menuruni tangga. fiuh.. syukurlah, batin Yumiko.
“Nah, ee.. yang lain udah turun.
Aiko harus ambil makanannya ya!” ucap Yumiko yang tanpa basa-basi lagi
mendorong Aiko duduk di meja makan. Hehe..
berhasil, Yumiko membatin.
“Hayoo.. kayaknya enak nih!” ucap
Nishi.
“eh, ayo. Silakan makan. Nishi,
Sakurako, Hana, sama Kuniko. Tidak perlu sungkan, ya. Makan yang banyak,” tawar
Ibu Yumiko.
“Terimakasih,” jawab Nishi yang
langsung mengambil sepiring nasi dan memilih tempat duduknya di meja makan. Di
atas meja makan tersedia lauk pauk yang sangat istimewa, “Ehm.. jangan
malu-malu kucing,” canda Nishi. Sakurako, Hana, dan Kuniko jadi salah tingkah
sendiri. Soalnya sedari tadi mereka cuma berdiri saja di pojokan, nakut-nakutin.
ckckck ^^
“Itadakimasu!!!” seru semuanya
sambil melahap hidangan yang tersaji di meja makan.
^_^
Langit kelabu di luar semakin kelabu
saja ketika matahari semakin memantapkan langkahnya menuju ke ufuk barat. Tapi
makhluk-makhluk yang masih imut ini (hehe..) nampaknya belum juga enggan
berlalu untuk menikmati kebebasan hari ini. Maklum, pelampiasan selama satu
minggu melelahkan kemarin yang penuh kerja keras menghadapi ujian.
Di beranda, Aiko asyik melihat-lihat
barisan rumah dan pepohonan di kejauhan. Apalagi langit sore yang semakin
merona, membuat Aiko semakin betah untuk berlama-lama memandanginya. Sementara
Aiko asyik sendiri, Hana, Sakurako, dan Nishi lagi terlibat obrolan seru juga
Kuniko yang sedang patah hati karena game
tadi. Nishi memang tak terkalahkan. Kursi dari bambu yang ada di beranda
jadi tempat yang seru untuk obrolan yang seru juga.
“Ai, ngapain di situ terus. Sini
gabung! Nishi lagi cerita seru nih!” ajak Kuniko.
Yang diajak, mengalihkan
pandangannya ke arah Kuniko dan lainnya, “ehm.. ngomongin apa sih? Bagi-bagi
dong,” kata Aiko sambil menghadap ke arah mereka, membelakangi beranda dan
membetulkan posisi berdirinya, “Hana-Chan, Yu-Chan mana? Di kamar?” Tanya Aiko.
“Kayaknya sih iya,” jawab Hana,
membetulkan letak kacamatanya.
Di antara mereka berenam, cuma Aiko
dan Nishi yang tidak berkacamata ^^
“Ohayou semuanya!” sapa Yumiko dari balik
pintu. Di tangannya tersimpan secarik kertas putih kosong dan satu set spidol
berwarna-warni.
“Dasar Yu-Chan! Ohayou kok sore-sore
gini, hehe” canda Nishi.
“Eh, iya ya..!” Yumiko garuk-garuk
kepala yang sebetulnya tidak gatal.
“Yu-Chan, kok bawa-bawa kertas sama
spidol sih,” Tanya Aiko. Manusia yang satu ini kayaknya selalu ingin tahu sama
apapun ya. Mirip tokoh monyet kecil di kartun “curios George” yang selalu ingin tahu.
Yumiko lantas menaruh kertas dan
spidol yang dibawanya di atas lantai, “ini, aku mau buat manga. Ehm.. minggu
depan Nishi sama aku mau ikutan membuat manga se-Jepang,”
“ehm.. cie Yu-Chan,” ucap Hana yang
dari tadi sibuk membersihkan lensa kacamatanya.
“Cie.. Nishi-Chan,” goda Kuniko.
“Dilarang berkomentar memalukan!”
Nishi buru-buru menjawab.
Alih-alih untuk membuat manga,
kertas yang dibawa Yumiko justru menjadi penuh dengan coretan-coretan Aiko,
Hana, Nishi, Sakurako, Kuniko, dan Yumiko sendiri yang jadi ikut-ikutan
corat-coret, Dan penyebab awal kekacauan ini, siapa lagi kalau bukan Aiko yang
iseng mencoba-coba warna spidol yang dibawa Yumiko. Apalagi penyuka warna
kuning yang satu ini memang hobi tulis menulis alias corat-coret, hehe.. Di
antara kebersamaan ini, semuanya bisa menunjukkan dan menjadi dirinya sendiri.
Sakurako yang sering menjadi “orang terakhir” penerima pesan, mereka tidak lagi
melihatnya sebagai sebuah kekurangan. Nishi yang super cuek dan suka berguyon
di sekolah, ternyata wajahnya langsung memerah kalau dipuji seseorang. Apalagi
Yumiko yang sulit mengungkapkan maksud hatinya dan terkesan kikuk, tidak pernah
merasa sungkan menunjukkannya di hadapan mereka, sahabatnya. Kuniko yang
terkenal sebagai sosok yang selalu menjaga image
di sekolah dengan senyum angkuhnya
yang selalu membuat orang terkesima karena kharismanya. Kalau saja orang-orang
itu melihat Kuniko hari itu, dijamin mereka akan patah hati. Juga Aiko, si Miss
curious ditambah si Miss ketinggalan,
tapi kayaknya julukan yang satu ini nggak perlu diragukan lagi. Di sekolah Aiko
adalah seorang bintang kelas yang selalu menjaga tingkah lakunya, di tempat ini
primadona itu telah berubah. Hanya menjadi ‘Aiko Konoe’. Sensei dan teman-teman
yang mengaguminya pasti terkejut melihatnya detik itu. Bahkan Hana yang paling
pendiam sekalipun, bisa sangat vokal di antara mereka. Kehangatan persahabatan
yang bisa menyatukan perbedaan menjadi hal yang indah. Yang membuat seseorang
dapat bertahan di dunia yang keras hanya dengan memilikinya.
^_^
Mendung semakin menggantung. Pukul
lima tepat, Aiko, Hana, Nishi, Sakurako, dan Kuniko memutuskan untuk berpamitan
pulang sebelum hujan deras mengguyur.
“Hmh… waktunya pulang,” ucap Hana
menghela napas.
“Yu-Chan, terimakasih banyak, ya.
Maaf udah negerepotin, hehe” Aiko tersenyum simpul.
“iya, gara-gara si Miss
ngobrak-ngabrik ini semuanya jadi ikut-ikutan repot deh!” goda Kuniko.
Lama-lama Aiko bisa menang penghargaan nih untuk julukan terbanyak ^^
Aiko menatap tajam. “ huh..
kukuninikoko!”
“Kapan-kapan berkunjung lagi, ya!
Ibu senang di rumah jadi ramai,” kata Ibu Yumiko yang mengantar kepulangan
mereka.
“Semuanya. kita pulang yuk! Sebentar
lagi bus nya datang. Eh, Yu-Chan, jadwal bus nya jam berapa ya?” Tanya Nishi.
“Mm.. kira-kira lima menit lagi!”
jawab Yumiko.
“Yu-Chan, Sayonara!” salam mereka
berlima hampir berbarengan sambil melambaikan tangan. Bayangan mereka pun
menghilang di persimpangan jalan. “hh..
sepi..”, bisik Yumiko dalam hati. Pintu rumahnya kini tertutup bersama
kejadian menyenangkan hari itu yang tersimpan sebagai kenangan.
^_^
“Hrggghhhh.. gara-gara Aiko nih!
Kita jadi harus ngejar-ngejar bus!” ucap Kuniko yang sedikit kesal karena
tasnya sempat ketinggalan di halte saat akan mengejar bus yang mereka tumpangi.
Aiko buru-buru menjawab karena tidak
ingin disalahkan, “Yei! Siapa suruh ngikutin aku ngejar-ngejar bus, huh..
kukuninikoko!” Aiko jadi terdiam. Dia sebenarnya merasa bersalah juga membuat
teman-temannya berlari-lari seperti itu.
“ehm.. yah.. yang penting kan
sekarang kita sudah duduk manis di dalam bus yang nyaman ini. Nikmatin aja!”
ucap Nishi santai.
Hana membetulkan letak kacamatanya,
“Nishi benar!” komentarnya singkat.
“Tahu nih! Jangan merusak suasana
sore yang indah nan mendung ini dong,” sambung Sakurako.
“ehm.. gomen ne, Ai!” ucap Kuniko
akhirnya.
“Aku juga Ku-Chan, hehe..” ucap Aiko
yang membalas uluran maaf dari Kuniko dan tertawa lebar, “Tapi sebenarnya..,”
Aiko hati-hati mengucapkan kata berikutnya, “Tadi saat kita berlari, di
belakang kita ada bus No.10 lainnya, jadi…”
“Apaaaaaaa!!!!!”
^_^
Hehe.. ceritanya cukup sampai di
sini ^^
contd. Chapter 3.