Haru/Musim Semi (Maret,
April, Mei)
Simfoni musim semi sudah terlukis di
langit hari ini. Akhirnya festival ohanami yang telah lama ditunggu tiba juga.
Nishi, Aiko, Hana, Kuniko, dan Sakurako sangat bersemangat. Apalagi Yu-Chan.
Pagi-pagi sekali Aiko membuka tirai beranda kamar dan menghirup dalam-dalam
udara musim semi yang hangat. Yang lainnya pun tidak mau kalah untuk bangun
pagi-pagi sekali.
Acara pembukaan hari ini membuat hati semuanya berdebar-debar. Yu-Chan berkali-kali menghapal naskah pidato sambutan yang akan disampaikannya. Hidangan sarapan buatan Sakurako pun sudah tersaji di meja makan. Hana menyempatkan diri menyirami tanaman yang ditanaminya. Bunga-bunga sudah bermekaran. Dari semua bunga, yang paling kusukai adalah bunga sedap malam yang ditanamnya. Wanginya sampai memenuhi ruangan pada malam hari.
Acara pembukaan hari ini membuat hati semuanya berdebar-debar. Yu-Chan berkali-kali menghapal naskah pidato sambutan yang akan disampaikannya. Hidangan sarapan buatan Sakurako pun sudah tersaji di meja makan. Hana menyempatkan diri menyirami tanaman yang ditanaminya. Bunga-bunga sudah bermekaran. Dari semua bunga, yang paling kusukai adalah bunga sedap malam yang ditanamnya. Wanginya sampai memenuhi ruangan pada malam hari.
Nishi pergi kesana kemari dengan skateboard-nya di dalam gedung asrama untuk membagikan tanda panitia yang telah rampung dibuatnya. Tanda panitia itu berupa baju. Kelihatan keren kalau dipakai bersama-sama dengan semua panitia. Ada gambar wajah tersenyum di sisi depan baju, dan di bagian belakangnya ada bentuk kepala (yang dilihat dari sisi belakang). Kalau kata Aiko, gambar itu mirip wajah pembuatnya, Nishi-Chan, hehe…
Selesai sarapan dan mengenakan baju panitia itu dengan bangga, mereka berenam pergi meningalkan kamarku. Untuk sementara waktu aku akan merasa kesepian. Tapi tidak lagi kalau melihat wajah bersemangat mereka. Tak lupa Kuniko membawa serta laptop kesayangannya. Gara-gara itu, ia tertinggal dari teman-temannya. Ketika menuruni tangga dan sampai di aula asrama, ia berpapasan dengan Bu Kepala Asrama.
“Ibu Kepala Asrama, selamat pagi!” sapa Kuniko sambil menjinjing laptop di tangannya.
“Pagi,” jawab Ibu Kepala Asrama
penuh senyum, “Kesempatan terakhir menjadi panitia ya, bersenang-senanglah!”
ucapnya lagi.
“Terima kasih! Saya berangkat dulu!”
ucap Kuniko.
Dari tempatku, aku melihat Kuniko dan teman-teman yang menunggunya, melangkah menuju tempat festival ohanami. Warna merah muda samar kulihat dari kejauhan. Aku merasa pohon sakura yang mekar pertama di sekolah kami tahun ini, adalah yang terindah yang pernah kulihat.
-HT-
“Hana, serius sekali belajarnya,”
ucap Aiko waktu makan malam di hari pertama festival ohanami.
“Mau bagaimana lagi, seminggu
setelah festival nanti akan diadakan ujian kenaikan tingkat kan?” jawab Hana.
Aiko terkejut bukan main, “Haah!
Yang benar?!”
“Iya, di blogku semuanya penuh
dengan pembicaraan ini, fiuh” sambung Kuniko sambil sibuk dengan laptopnya.
“Kapan pemberitahuannya? Aku kok
tidak tahu?” Tanya Aiko.
“Di buletin sekolah hari ini.
Dibagikan saat festival tadi. Ai-Chan tidak dapat?” ucap Sakurako sambil
meletakkan pudding buah di atas meja di ruang tengah.
“Tidak.. tadi aku..”
“Ini untukmu,” ucap Nishi sambil
menyodorkan buletin sekolah hasil liputannya di pers sekolah, “sisa tadi”.
Aiko lalu membolak-balik halamannya.
“Mm.. padahal aku sudah memohon pada
Kepala Sekolah agar diundur sedikit lagi karena acara festival ini, tapi susah
sekali,” keluh Yu-Chan, “Maaf ya teman-teman,”
Nishi menimpali,”Nol besar kalau
meminta kepsek mengubah keputusannya. Tapi dari yang aku tahu, ini semua untuk
mengejar ujian perguruan tinggi yang jadwalnya dimajukan,”
“Hehe.. bagaimana ini? Aku bahkan
belum ada persiapan,” ucap Aiko lesu.
“Anggap saja seperti mengerjakan
tugas biasa,” ucap Nishi sambil menggigit keripik kentang kesukaannya.
“Tenang saja. Kalau bagiku,
semangkuk latihan, sepiring doa yang tak henti, dan sebatang coklat yang manis
adalah resep keberuntungan yang lezat,” sambung Sakurako.
Benar-benar miss koki sejati! (Sakurako suka sekali mengaitkan kehidupan dengan masakan, hehe..)
Benar-benar miss koki sejati! (Sakurako suka sekali mengaitkan kehidupan dengan masakan, hehe..)
“Oh ya, festival ohanami besok, mohon bantuannya lagi ya!” ucap Yu-Chan.
“Kuniko, besok mohon bantuannya
untuk konsumsi ya!” ucap Hana.
“Em! Akan kuusahakan,” jawab Kuniko
dari balik laptopnya.
“Kuusahakan yang bagaimana itu?
Bahkan seharian ini saja kamu hanya berkutat di depan laptop itu,” seloroh
Sakurako.
“Memangnya kenapa? Aku tidak merasa
menganggu siapapun,” jawab Kuniko spontan.
“Bagiku itu sangat mengganggu,”
balas Sakurako kesal.
“Kalau begitu jangan menghiraukanku,”
ucap Kuniko dengan santainya.
Sakurako lantas bangkit dari tatami. Dari raut wajahnya ia kelihatan sangat kesal,
“Aku mau ambil roti dan susu di
bawah,” ucapnya saat ia membuka pintu kamarku dan menutupnya. Suasana di kamar
tiba-tiba menjadi begitu hening.
“Mm.. Roti dan susu?” Tanya Yu-Chan
heran. Setahuku sekarang masih malam,
kan? gumam Yu-Chan dalam hati.
“Apa Sa-Chan marah?” bisik Aiko pada
Hana yang didengar oleh Nishi, Yu-Chan, dan Kuniko. Atau aku ralat saja kata “bisik”
itu ya, hehe..
“Aku akan melihatnya sebentar,” ucap
Hana yang langsung menyusul Sakurako.
Aiko memandang Kuniko dari laptopya,
“ Ku-Chan…”
“Aku mau tidur,” potong Kuniko
sebelum Aiko sempat melanjutkan kalimatnya.
Aiko menghela napas panjang.
“Sudahlah. Karena tinggal kita
bertiga, berarti tugas kita untuk menghabiskan pudding buah dan semua makanan
ini,” ucap Nishi. Aiko dan Yu-Chan pun tertawa mendengarnya. Malam hari ini pun
ditutup dengan tidak menyenangkan.
-HT-
Seperti kemarin, pagi-pagi sekali mereka sudah keluar kamar untuk briefing panitia dan persiapan lainnya. Hari kedua dari lima hari festival ohanami. Berbagai perlombaan diselenggarakan. Tapi yang paling ditunggu adalah hari puncak festival nanti. Selain Yu-Chan, sekarang Aiko-lah yang paling sering berada di luar. Tugasnya yang bertanggung jawab bagian pertunjukkan acara puncak nanti, cukup membuatnya sibuk kesana kemari seperti Nishi yang selalu berkelana meliput dan mengabadikan setiap momen dalam festival dengan kamera yang tergantung di lehernya.
“Mm.. Wah, makan malam! Hm..” seru
Yumiko sesampainya di kamarku.
Di meja ruang tengah tersaji beberapa makanan konsumsi yang tersisa di festival hari ini, beberapa lauk buatan Sakurako, dan teh hijau racikan Nishi.
“Sakura, maaf ya selalu merepotkanmu
setiap makan malam,” ucap Nishi sungkan.
Benar saja, setiap mereka pulang dari kegiatan festival ketika hari sudah gelap, Sakurako pasti sudah menyiapkan makan malam untuk mereka. Padahal ia juga panitia di festival.
“Tidak perlu sungkan. Aku
melakukannya dengan senang hati kok. Hitung-hitung sekalian latihan untuk ujian
kenaikan tingkat,” jawab Sakurako penuh senyum, “Aiko mana?” Tanya Sakurako
yang justru melihat ke arah tempat tidur Kuniko yang juga belum sampai.
“Sebentar,, Ehm..” Hana menarik
napas panjang, “ Aiko!!! Ayo Turun!!! Makan malam!!!” teriak Hana. Sesudahnya
ia kembali menyumpit makanan ke dalam mulutnya sambil membaca buku tebal di
samping lengannya. ^^
(Terdengar suara langkah kaki
menuruni tangga)
Yang dipanggil terlihat menuruni tangga dari arah teras atap dengan binder note di tangan kanannya. Dasar Aiko!
“Aku pulang!” teriak seseorang yang ternyata Kuniko.
“Kemana saja, jam segini baru
sampai,” ucap Sakurako. Ia merasa kesal sekaligus lega karena sahabatnya yang
satu itu sudah pulang.
Kuniko lantas menghampiri meja ruang
tengah, “ dari sekolah,” jawabnya sambil mengambil tempat di atas tatami.
“Sekolah yang mana? Dari tadi aku
dan Hana mencarimu kemana-mana,” sambung Sakurako lagi.
“Mm.. Kuniko ayo makan malam dulu,”
tawar Yu-Chan mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Eh, Hana, kamu ini. Nikmati saja
makanannya. Setelah itu baru berkawan dengan buku itu lagi,” kata Nishi, “ Buku
itu gak akan pergi kemana-mana, tenang saja,” canda Nishi.
“Iya, aku tahu,” jawab Hana.
“Memang kapan ujiannya?” Tanya Aiko
dengan mulut penuh es krim coklat.
“Musim panas ini. Ujiannya memang
lebih cepat dari perguruan tinggi lainnya, karena musim dingin berikutnya
pendidikan sudah dimulai. Kalau mengingat hal itu, aku jadi gugup. Tidak ada
waktu untuk bersantai,” jelas Hana sambil menghela napas.
“Mm.. aku yakin, Hana-Chan pasti
bisa!” hibur Yumiko berapi-api.
“Iya, semangat!” timpal Aiko.
(Terdengar suara tuts keyboard yang diketik)
“Kuniko! Bisa tidak kau matikan laptop itu
dulu waktu makan malam?” tegur Sakurako.
“Kamu ini kenapa sih?” celetuk
Kuniko dengan santainya.
“Hh.. kalau saja kamu seperti Hana,
pasti nilai tugasmu musim panas kemarin tidak akan mendapat teguran,” ucap
Sakurako.
“Bukan urusanmu, kukira,” Kuniko semakin
cepat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Wajahnya yang biasa terlihat santai
kini terlihat sangat kesal, “ Aku selesai, terimakasih makan malamnya,” ucap
Kuniko.
Ia pun tanpa menoleh lagi, menuju meja belajar dan kembali tenggelam dalam laptopnya. Terlihat jelas bagiku, Sakurako berusaha menahan tangis. Seandainya aku adalah “nyata”, aku sangat ingin menghiburnya saat ini.
-HT-
Ujian grade 3 bukanlah ujian yang mudah dilewati bahkan bagi siswa terpandai sekalipun. Ujian tahun ini sedikit berat bagi Aiko dan yang lainnya yang musim dingin kemarin sibuk mempersiapkan acara festival ohanami. Aku tahu ini berat, pikiran mereka semua terbagi dua antara belajar dan mnegurus festival juga memastikan tidak ada satupun dari dua hal itu yang terlupakan.
Musim dingin kemarin di kamarku benar-benar berantakan. Buku, kertas berserakan di mana-mana. Rasanya lebih mirip disebut gudang, hehe.. Tapi saat salju mulai meleleh dan udara hangat serta hijau pepohonan dan birunya langit terlihat, membuat kamar ini telah kembali seperti semula.
festival ohanami kemarin berjalan dengan sangat sukses. Itulah yang bisa kulihat dari ramainya pengunjung di kejauhan dan wajah sumringah keenam sahabatku.
Kini mereka telah menjadi siswi grade 3. Walau pengecualian bagi Kuniko yang terpaksa mengambil kelas tambahan di musim panas nanti untuk memperbaiki nilai ujiannya. Semuanya berawal saat Kuniko mulai sering menghabiskan waktu di depan laptop. Di waktu luang musim dingin kemarin dan ketika awal musim semi, saat yang lain sibuk belajar Kuniko justru asyik berselancar di dunia maya.
Puncak kekesalan Sakurako pada Kuniko saat festival ohanami hari kelima. Hari itu adalah rangkaian terakhir dari seluruh festival ohanami. Semua orang lebih sangat sibuk dari hari festival sebelumnya. Dan hari itu kamarku sangat lengang. Hanya ada Kuniko yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Tapi bukankah dia seharusnya ada di festival.
“Hari ini sangat, sangat, sangat
melelahkan sekali,” ucap Aiko saat memasuki kamar asrama.
Segera Aiko mengambil buku notes di meja belajarnya. Sementara itu Sakurako yang ikut dengannya mengambil tumpukan karton kotak makan yang dipesan Hana karena persediaan di festival sudah menipis.
“Eh, Sa-Chan, sini biar kubantu,”
tawar Aiko.
“Makasih Ai,” Sa-Chan sedikit
menghela napasnya, “Aku tidak habis pikir, apa sih hal penting yang sedang
dikerjakan oleh Kuniko sampai ia tidak ada di saat sepenting ini?!” ungkap
Sa-Chan.
Ketika itu Aiko sempat melihat sekeliling karena mendengar suara yang aneh. Dan saat ia menemukan asal suara itu dari Kuniko yang sedang mengetik di laptopnya, tidak sengaja Aiko menyerukan nama Ku-Chan dan Sakurako pun mendengar. Ia lekas menghampiri Kuniko,
“Sedang apa kamu di sini?
Mengerjakan tugasmu sebagai panitia konsumsi?” Tanya Sa-Chan dengan nada kesal.
“Sakurako? Maaf, aku…”
“Ah, aku tahu. Kamu pasti sedang
belajar. Iya kan?! Karena nilai buruk di semester kemarin,” lanjut Sa-Chan.
“Bukan, aku hanya sedang-”
“Aku mengerti,” potong Sakura, “ Hal
ini kan yang lebih penting bagimu? Kau tidak tahu sulitnya tugas kami di festival.
Kita kekurangan personil, kami sangat mengharapkanmu. Bahkan kau tahu, saat ini
Hana sedang menunggumu berharap kau akan datang untuk membantu karena kau sudah
berjanji padanya. Tapi apa yang kau lakukan sekarang? Bersantai di depan
laptopmu sementara yang lainnya kelela-“
“Cukup!!” teriak Kuniko, “ Kenapa
kau tidak pernah memberiku kesempatan untuk menjelaskan? Aku minta maaf karena-“
Sakurako segera pergi meninggalkan mereka, keluar kamar dengan tumpukan karton di tangannya. Sekilas, kulihat butiran air mata meleleh dari kedua matanya.
Dan hari berikutnya, Sakurako tidak terlihat sedang sibuk memasak di dapur kesayangannya, bahkan tidak juga terdengar suaranya yang selalu mengajak semua untuk sarapan. Di hari terakhir festival, Sakurako, lagi, mendapat kabar kalau ibunya jatuh sakit. Kali ini sepertinya sakit Ibu Sakurako lebih parah dari sebelumnya, karena ia langsung pergi tanpa berpamitan dengan yang lain dan hanya meninggalkan secarik kertas yang ditempelkan di kulkas,
“Maaf, aku pergi tanpa pamit pada
kalian. Ibuku jatuh sakit lagi. Kuharap kalian mengerti. NB: Jangan lupakan
sarapan, yup! ^o^” –Sakurako-
-HT-
“Hana-Chan, aku bosan…” ucap Aiko sambil menutupi wajah dengan buku teori ekonomi tebalnya. Alunan lagu terdengar samar dari pemutar Mp3 yang ada di meja Aiko. Ia memang suka belajar sambil mendengar lagu seperti itu.
Hari ini cuaca mulai terasa panas, tanda musim semi akan segera berakhir. Grade 3 bukanlah tempat untuk bersenang-senang karena siswa grade 3 hanya punya setengah tahun untuk menyelesaikan studinya. Setengah tahun sisanya dihabiskan untuk persiapan ujian perguruan tinggi dan persiapan lainnya. Benar-benar tahun yang berat untuk mereka. Aku jadi kasihan melihatnya.
Hana terlihat sangat serius. Kalender di depannya penuh dengan jadwal-jadwal kelas bimbingan dan minggu depan, satu hari yang dilingkari spidol merah di sana adalah hari ujian masuk Sekolah Tinggi Statistik impiannya.
Di meja tengah, Nishi asyik berselancar di dunia maya sambil mendengarkan lagu dengan headset. Makhluk satu ini memang makhluk paling santai di dunia. Aiko memutuskan untuk membuang wajah jauh-jauh dari buku di depannya. Kepalanya sudah penat dan kedua alisnya jadi bertemu satu sama lain.
“Rasanya aku jadi mirip Adam Smith,
bahkan mimpi pun aku melihat rumus-rumus elastisitas dan kurva ekonomi yang
meliuk-liuk kesana kemari, hii.. Nishi-Chan.. jangan-jangan rambutku juga mulai
botak seperti Adam Smith…” kata Aiko sambil memandangi wajahnya di cermin.
Ia menghampiri Nishi di meja ruang tengah dan meninggalkan meja belajarnya yang berantakan.
“Hei, Ai.. kuharap si, juga begitu,” canda Nishi sambil memasukkan
keripik kentang ke dalam mulutnya.
“Huuh.. dasar! fiuh.. kamu santai
sekali Nishi-Chan. Coba lihat, Hana serius sekali. Aku jadi malu sendiri. Aku
yakin dia pasti bisa lolos seleksi bahkan mengerjakan soal pun tinggal memejamkan
mata,” ucap Aiko dengan suara pelan.
Nishi melirik sebentar ke arah Hana,
“Dia belajar terlalu keras,”
Aiko tanpa sadar mengiyakan ucapan Nishi, Hana memang terlalu memaksakan diri. Aiko memandang Hana dari belakang. Bagi Aiko, melihat Hana yang seperti itu, ia melihat sosok dirinya di masa lalu. Aiko mengenang masa lalunya yang berat yang terlalu ambisius dan terlalu memaksakan diri. Menuntut diri untuk selalu sempurna, hingga ia harus kehilangan dirinya yang sebenarnya.
Dulu Aiko adalah seorang bintang prestasi di sekolah semasa Junior High School. Suatu hari saat prestasinya mendadak turun drastis dikarenakan keegoan dan kesombongannya, Aiko sempat tidak ingin melanjutkan sekolah. Akhirnya takdir mempertemukan Aiko dengan sekolah ini dan tinggal di kamar asramaku juga bertemu dengan sahabat yang baik.
“Hana…” gumam Aiko pada dirinya
sendiri.
-HT-