Catatan Kompilasi: Tanpa Judul, Grown Up Things, Just, I'm In Love With You, Kontemplasi Drama, Perasaan yang Menyenangkan.
Tanpa judul.
Aku benci ditinggalkan.. Aku benci perpisahan.. Sebelum Aku
mendengarnya maka kuputuskan lebih baik aku-lah yang meninggalkan dan berpisah
dengannya. Apapun itu.
~~~
Grown up things
Ketika beranjak dewasa, beberapa orang akan membuang segala
hal kekanak-kanakan dari dirinya.
Beberapa lagi menyimpan sebagian kecil darinya sebagai
memori.
Sedikit dari mereka yang tetap memutuskan mengenggam semua
hal kekanak-kanakan itu dalam dirinya.
Dan sepertinya aku masuk ke dalam yang sedikit itu. Segala
hal tentang kekanak-kanakan telah membentuk aku yang sekarang.
Aku tidak bisa membuang potongan diriku yang satu itu.
Buruknya adalah, ketika kau hanya mengenali mereka -orang
yang kau kenal baik- di masa kanak-kanak dan tersentak kaget, terjerembab
ketika berhadapan dengan realita yang ada.
Dunia tentang “menjadi dewasa” tidak pernah seindah dongeng
dalam dunia kanak-kanak.
~~~
Just,
JIka ada pembagian jenis sahabat.. Noisy friend dengan silent friend..
Mungkin aku termasuk jenis yang kedua. Menyayangi dalam diam
adalah keahlianku. ^_^
~~~
I’m in love with you
Hari pertemuan semakin dekat. Apakah
aku masih bisa menjadi aku yang mereka kenal dahulu? Apakah kini aku sudah berubah?
Ataukah ini semua hanya pikiranku saja? Karena aku merasa mulai tidak mengenali
diriku sendiri.
Semoga perjalanan perjalanan dan
pertemuan nanti bisa membawaku kembali.
Itulah yang aku pikirkan saat akan memenuhi undangan dari
‘keluarga’. Ya, aku memang terlalu banyak berpikir. Dan ketika semuanya sudah
selesai, yang tertinggal adalah sebuah cerita.
‘Ukhuwah ini begitu
indah’, begitu ucap seorang adik sebelum kepulangan kami dari tempat
menakjubkan itu.
Tempat di manapun sama, hanya saja yang menjadikannya
istimewa adalah orang-orang yang ikut serta hadir di sana.
Masih tergambar jelas dalam ingat, semburat kemerahan
matahari terbenam sore itu. Dan deburan ombak yang menggulung lembut di dekat
kakiku. Suara alam. Menghilangkan semua penat. Ikut menenggelamkan semua rasa
sesal yang sempat terpikir. Inilah harga yang pantas. Tak dapat dinilai oleh
nominal uang yang fana.
Bersama keluarga, momen sepersekian detik itu kami nikmati
bersama. Asyik menjepret sana sini mengabadikan momen yang ada. Bagiku,
selembar foto itu juga fana. Yang abadi ada di dalam sini (hati).
Senyuman mereka, canda tawa, sudah berpisah memang. Semua
sudah bertukar/berganti posisi. Tapi bagiku, bagi kami, semuanya masih tetap
sama. Karena sejatinya slogan itu bukan hanya sekedar merek, tapi sudah terukir
dalam kalbu. Merekalah keluarga. Yang dipersaudarakan oleh islam.
‘‘Dalam kamus apapun, keluarga, tidak
ada kosakata mantan adik atau mantan kakak.’’ ini ucapan seorang adik luarbiasa yang sudah melanjutkan
tongkat estafet dakwah ini ^_^.
Meski hanya sendirian (satu-satunya akhwat ‘golongan tua’
yang datang, hehe) tapi ternyata kehadiran mereka membuat yang asing terasa
begitu dekat. Ada untungnya juga. Seperti kembali ‘muda’. Apapun itu, aku
menikmatinya. Menikmati semua momen yang terjadi di tiga hari dua malam saat
itu.
Aku selalu mengingat kata-kata ini, “Seorang kakak yang baik tidak akan pernah mengecewakan adiknya
tersayang. Ia akan selalu berusaha menjadi ‘yang terbaik’ di mata adiknya”.
Dan itulah yang terjadi padaku. Seorang aku, memasak? XD Jika bisa diibaratkan
ini seperti mimpi buruk. Apakah mereka tahu? Jangan, desakku. Biar bagaimanapun
aku pernah mencoba posisi sebagai konsumsi beberapa kali. Jadi seharusnya semua
tidak ada masalah. Semua tenaga dan pengetahuan yang kudapatkan secara otodidak
tentang memasak, kukerahkan (Yosh!). Dan hasilnya… hm.. aku bisa sedikit
tersenyum. ^_^ Tidak terlalu buruk, tapi juga tidak bisa dibilang sangat baik.
Cukuplah, hhe.
Terimakasih, adik-adikku. Satu lagi kejutan dari mereka. sebuah
pigura dengan foto-foto kebersamaan kami dan satu kata dari setiap orang
tentang aku (peluk cium kalian >_<)
Aku tidak mungkin berekspresi berlebihan di hadapan mereka
ketika mendapatkan hadiah itu. Tapi dalam hati aku melonjak kegirangan. Ada
rasa haru di sana. Keluarga jilid 2. I’m in love with you. (^_<)
~~~
Kontemplasi drama
Orang yang selalu membiarkan dirinya terluka untuk dapat
membuat orang lain bahagia. Orang yang rela pecah berantakan agar dapat membuat
orang yang disayanginya tetap menjadi utuh.
Aku benci orang seperti itu. Karena aku melihat dirinya dalam
cermin pantulan diriku.
Tapi kurasa mungkin ini yang memang seharusnya terjadi.
Kehidupan yang sempurna. Lalu pecah berantakan. Kalau bisa memilih, ia ingin
menjadi pohon di kehidupan berikutnya. Takdir yang ada di antara mereka begitu
rumit. Setelah berputar jauh menjauhi masa lalu, akhirnya kembali bertemu di
titik di mana semuanya dimulai.
Lagi, orang yang sama yang harus berkorban. Parahnya lagi,
tak cukup hanya sampai di sana. Penyakit yang dideritanya semakin hari semakin
memburuk. Cerita ini lebih malang dari kisah Cinderella. Meskipun kisah seperti
ini mungkin hanyalah picisan, dalam semu. Tapi aku bahagia untuknya. Akhir yang
‘pantas’ untuk seseorang sepertinya yang selalu berkorban untuk kebahagiaan
orang lain. “Akhirnya kami bersama”
itu yang diucapkannya di akhir cerita.
Pergi dalam tenang dan kebahagiaan karena berlimpah kasih
sayang dari orang-orang yang mencintainya.
Kisah cinta seperti ini memang tidak akan punya akhir dan
tidak akan pernah berakhir sampai kapanpun. Sudah bisa tebak ini kisah siapa? Kisah
yang diawali dengan gugurnya dedaunan, dan diakhiri dengan bergugurannya daun
maple merah yang ditiup angin.
~~~
Perasaan yang menyenangkan… ^o^
Aku selalu memimpikan hal ini.
Bisa menatap langit setiap hari.
Setiap saat yang kumau.
Menatap langit membuatku mengagumi kebesaranNya.
Bisa menatap langit membuatku mengerti arti kata ‘cukup’ dan
bersyukur.
Dengan menatap langit, aku tersadar bahwa aku ini begitu
kecil. Benda langit yang menjadi bagian dari semesta yang begitu besar.
Seperti malam ini, saat langit membentuk bayangan sempurna
diriku.