Setiap pertanyaan punya
jawabannya masing-masing. Ini seperti mendapatkan sebuah jawaban dari setiap
pertanyaan yang muncul dari kalbu. Jawaban itu datang dengan sendirinya,
sementara pertanyaan atas jawaban muncul dari kealpaan dan kehilangan yang menjadi
nyata.
Kuperkenalkan kepadamu tokoh
cerita ini, dialah Azalea. Potongan kehidupan yang Azalea miliki ini seperti
puzzle berbentuk hati yang sering diibaratkan menjadi lambang dari cinta.
Tadinya ia hanyalah potongan-potongan kecil, lalu menjelma menjadi sebuah
gambar hati merah sempurna. Setiap orang dalam cerita memegang potongannya
sendiri. Azalea memegang satu bagian. Mereka yang lainnya. Tak pernah ada yang
meminta siapa akan disatukan dengan siapa. Semua sudah ada tempatnya tersendiri
di sini.
Dan mengalirlah cerita tentang
Azalea dan mereka. Ini tentang Pesan-pesan singkat yang selalu dapat menjadi
jawaban atas setiap pertanyaan. Kecemburuan, kegembiraan, kesalahpahaman,
kesedihan, kealpaan, juga kebersamaan yang sederhana..
“Kau begitu berharga. Maka biarlah di sekat-sekat masalah, di sela-sela
ujian, di batas-batas kelemahan, menempamu di ruang-ruang malam penghambaan
kepada zat yang menjadikan mu berharga. Selamat beristirahat kawan, selepas
weekend ini pasti kita akan sedikit melupakan istirahat. Jangan mempersulit
diri, ayo apa harapanmu di sini. Kita kerja sama ya, bukannya sama-sama kerja
;) 02:43:38 23/03/2013” ucap sang jenderal cinta.
Azalea baru saja pulang,
baru saja merebahkan diri di atas sofa kesayangan saat menerima pesan singkat ini. Ya
benar, kita harus bekerjasama, batinnya. Semangat!! ^o^/ Kelelahan yang
menyergap Azalea selepas acara rapat kerja 3 hari yang lalu tiba-tiba saja
menguap entah kemana seperti juga uap air yang hilang ke udara saat dipanaskan.
Dipertemukan oleh orang-orang asing seperti mereka, Azalea merasa canggung tapi
juga menarik. Jalan cerita ini belum tahu akan bagaimana ujungnya.
Seiring berjalannya waktu,
pertemuan-pertemuan di antara mereka telah membangun sebuah kebersamaan.
Kebersamaan yang akan kau temukan jika kau sering bertemu dengan orang-orang
yang sama dengan minat yang sama. Azalea dan kesembilan orang lainnya sama
sekali tidak ada kesamaan jurusan ataupun disiplin ilmu. Tapi kecintaan dengan
dunia pendidikan lah yang menyatukan hati-hati mereka. Seperti jargon yang
selama tiga bulan terakhir itu selalu mereka serukan, “karena mendidik adalah
cinta”. Tidak peduli latarbelakang, kesamaan itulah yang akhirnya menyatukan
mereka.
Tapi hukum alam selalu mengambil
bagiannya di saat-saat terlemah. Siapapun tidak dapat memungkiri, tidak
selamanya putaran rantai roda berada di atas. Kejenuhan akan selalu datang di
saat lemahnya iman. Dan akan bertambah-tambah ketika satu per satu dari teman
mu pergi meninggalkan tanpa alasan yang pasti. Seperti yang terjadi pada
Azalea. Tanpa bermaksud meninggalkan, nyatanya lembaran miliknya berhenti di
tengah jalan, dunia berbicara. Keangkuhan akan materi mengambil alih kendali.
Untuk sesaat, Azalea ‘terpaksa’ meninggalkan cinta-nya.
Dan bukan hanya ia yang pergi
tanpa pamit, yang lainnya pun demikian. Sembilu rasanya hati sang Panglima
cinta. ditinggalkan prajurit-prajurit terbaiknya di medan perang. Di saat
pedang dan langkah kaki harusnya memburu, tapi hanya sedikit yang bertahan
tinggal di sisi.
20:37:52 23/04/2013, sang
panglima berbicara, “Hanya ingin
menyampaikan kalianlah yang terbaik. Menetesnya airmata (mungkin) penyembuh
perih hati. Bersegeralah kepompongnya menjadi kupu-kupu dan berharap bunga itu
akan segera mekar. Mudah-mudahan bisa bersua kembali. Untukmu keluarga. Para
pencinta pendidikan”. Bahkan sebenarnya sang panglima bisa saja berteriak,
menegur tegas jundinya yang mundur teratur dalam medan perang. Tapi ia tahu,
tegas tak selamanya harus berarti kata-kata tajam dan ‘ringan tangan’. Hati
adalah bagian yang paling rapuh sekaligus yang paling kuat.
Butuh waktu memang, tapi satu
demi satu teman-temannya kembali. Azalea merasa yang paling bersalah. Tidak
hanya dia, setiap orang dari mereka pun merasakan hal yang sama. Saatnya
kembali dan menjalankan mimpi yang telah mereka lambungkan dahulu. Tak ada yang
bertanya masa lalu, alasan kepergian. Air muka bisa menjelaskan segalanya yang
tak bisa dijelaskan oleh lisan. Sang panglima telah menemukan kembali
prajuritnya.
Spedometer semangat telah kembali
ke jalurnya. Kebersamaan itu kembali menyapa. Beruntung sekali Azalea
ditakdirkan menjalani jalan ini dengan orang-orang yang luarbiasa. Yang selalu
dapat menjadi alarm ketika ia lengah.
Azalea memegang puzzle miliknya.
Potongan itu laksana tenang serupa guguran daun yang jatuh di aliran sungai.
Seseorang yang masih berjalan dengan kompas tergenggam erat di tangan. Karena
itu tak jarang ia sering tertinggal dari teman-temannya. Tapi kesedihan akan
itu sirna ketika sang jenderal cinta mengatakan padanya bahwa bersama tak harus
selalu sama.
Tokoh berikutnya pemilik puzzle
ini adalah sang bunda cinta. Ialah yang memegang alarm pengingat bagi semuanya.
Tak jarang ia harus berjuang sendirian ketika yang lainnya kelelahan. Tak
jarang juga ia berkorban lebih saat yang lainnya terlalu sibuk memikirkan diri
sendiri. Tapi senyum dan canda tak pernah hilang dari wajahnya. Saat yang lain
berbalik, ia selalu ada di belakang mereka untuk meminjamkan waktunya
mendengarkan keluh dan kesah. Tapi tak pernah sekalipun dari mereka yang pernah
melihatnya berkeluh kesah atau menampakkan kegundahan. Semua punya dapurnya
masing-masing, itu yang sering diucapkannya. Mungkin dapur miliknya hanyalah
kepada Sang Penggengam Jiwa.
Beberapa dari pesan-pesannya, “Semoga percikan air wudhu pagi tadi selalu
mengingatkan kita atas amanah yang ada. Kepercayan adalah harapan, tinggal
bagaimana kita mau mengemasnya dengan ikhtiar sungguh-sungguh,05:36:09” “Jika popularitas jadi parameter diri di
hadapan manusia, maka biarlah diam dalam kerja nyata dan mujahadah jadi
pemantas kualitas ketaqwaan diri kita di hadapan Allah. Ayolah semangat!
Kepercayaan adalah harapan, 06:19:28 07/05/2013”
“Hiduplah untuk umur kita hari ini karena memang inilah umur kita yang
nyata. Dengannya kita selalu teringat untuk menciptakan keindahan, berbuat
baik, dan bermanfaat. Sebab dalam hati kita selalu ada
kekhawatiran atas pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak ^^, 08:43:59
22/05/2013”
“Ukhuwah dan amanah beum sempurna tertunaikan. Semoga peluh suka duka
yang ada, semata harapkan ridhoNya. Bila nanti kita jauh berpisah, jadikan
rabithah pengikatnya, jadikan doa ekspresi rindu.. Semoga kita bersua di surga.
^Terimakasih telah membuat keping-keping indah di hati. 21:32:14 24/05/2013”
“Semakin mengenali manusia yang makin akrab bagi kita pastilah
aib-aibnya. Sedang mengenali Allah pasti membuat kita mengakrabi
kesempurnaanNya. 21:46:08 28/05/2013”
Pesan-pesannya seperti oase di
tengah gurun yang kering. Tanpa bermaksud menghakimi tapi caranya adalah dengan
pengingatan yang ‘cantik’. Melihat ke dalam diri sendiri. Sang Bunda cinta
memang selalu begitu. Mewarnai semua orang tapi tidak banyak terwarnai. Dia
idola semua orang! ^_^
“Setiap kesulitan jika disikapi dengan senyuman sungguh menjadi
kekuatan. Akan ku ukir pelangi hidup dalam lembar baru. Kuncinya adalah ukhuwah
karena Allah. Karena Allah-lah yang mengikat hati manusia.21:16:25 16/05/2013”
Pesan di atas datang dari seorang
pemilik potongan puzzle yang tak pernah kehabisan asa dan semangatnya untuk
pendidikan. Dialah sang pemimpi. Bukan tanpa alasan aku menyebutnya begitu. Dia
memang memiliki banyak mimpi yang selalu berusaha untuk diwujudkannya. Setiap
mendengarnya bercerita membagikan asa miliknya, kesembilan pemilik potongan
puzzle yang lain akan tersetrum oleh virus semangat sang pemimpi. Seakan tak
ada hal yang mustahil untuk dilakukan. Semuanya mungkin jika berazzam dengan
sebenarnya. Satu menit saja orang yang kehilangan harapan hidup bila duduk di
dekatnya akan langsung lupa alasan mengapa ia bisa kehilangan harapan dan selanjutnya
kembali bangkit melanjutkan hidup yang memang tentang masalah dan masalah.
Prinsipnya satu, sang pemimpi
tidak suka jika hanya menghabiskan waktu berkutat dengan konsep palsu tanpa
kerja nyata. Ia selalu ingin menyentuh objek yang membutuhkan sentuhan cinta
dari pendidikan. Tidak perlu beretorika dengannya, karena kau pasti akan
kalah. Sekali waktu uzur mungkin
menyapanya, ketika kehilangan harapan menggebu tentang cita-cita besar
pendidikan. Ia padam, yang lainnya pun seakan ikut padam. Seolah sulit untuk
percaya, orang sepertinya juga bisa merasakan kelelahan. Ini adalah
tanggungjawab semua orang. Bukan hanya satu atau dua orang. Kenapa ia bisa
kelelahan? karena teman-temannya meninggalkan ia sendiri. Azalea kembali
merenung. Selama ini ia berada di mana. Tapi sang pemimpi tidak pernah ambil
pusing dan perhitungan. Mimpi yang ia lambungkan mungkin saja terlalu tinggi
untuk dicapai, butuh waktu dan kerja keras.
“Yang paling terampil mengendalikan hati/perasaan dan pikirannya adalah
orang yang paling mudah bahagia. Mari, terima dengan lapang hati, ridho dengan
episode yang harus dijalani, berbaik sangkalah kepada Allah, niscaya akan lega
hati ini. Bukankah kita sedang menjalankan skenario Allah? ;-) Bersemangatlah
kawan! Semoga Allah menguatkan.., 15:54:35 22/05/2013” pesan ini dikirim
untuk saudara seperjuangannya yang selalu yakin bahwa mendidik adalah cinta.
Seyogyanya, pesan tersebut juga ditujukan untuk dirinya sendiri, sang pemimpi.
Kawan, terkadang kita lupa untuk
berhenti sejenak. Melihat ke sisi siapa yang masih membersamai kita. Melihat ke
belakang siapa yang sedang kelelahan tak kuat melanjutkan perjalanan. Urusan
mundur teratur di medan juang ternyata meninggalkan luka tak terlihat di hati
sang bungsu cinta. Asanya yang mengangkasa, tiba-tiba saja dirundung kecewa
ketika kakak-kakak yang disayanginya perlahan pergi tanpa penjelasan.
Meninggalkan ia bermain sendiri memegang puzzle miliknya. Derai air mata tidak
tertahan justru jatuh di atas pundak seorang yang asing. Kemana orang-orang dekatnya?
Dalam kesibukan masing-masing, sebuah pesan singkat masuk. Pendek, tapi
menjelaskan panjang kata yang tidak terucap.
“Terkadang kita butuh jarak, agar memahami rasa sebenarnya. Seperti
kata-kata yang butuh spasi, agar sanggup terbaca dengan baik, 19:33:46
27/05/2013”
Sejatinya ia kesepian. Hanya
ditinggalkan begitu saja bersama bayang-bayang kesepian. Ketika ditanya tentang
keluarganya, orang-orang yang dipertemukan dengannya untuk mengemban amanah di
dunia pendidikan ini, sang bungsu hanya bisa menggeleng dan menangis.
Jarak yang ada sudah begitu jauh,
mereka pun tersadar. Kembali merapat dalam barisan. Azalea dan lainnya. Meski
luka mungkin akan meninggalkan bekas, namun biar bagaimanapun kata maaf itu
meluncur dan berusaha untuk menebus kesalahan. 6 bulan sudah terlewati.
“Kita berjalan bersisian kali ini. Tapi entah bagaimana, harapan terasa
melarung, jauh. –persimpangan, silang hati- 18:26:23 06/07/2013”
Tak pernah ada yang sempurna dalam semua hal.
Kecuali Dzat yang Maha Sempurna itu sendiri.
Sang Panglima cinta, sang
jenderal cinta, sang bunda cinta, sang pemimpi, Azalea, sang bungsu, enam
puzzle sudah terkumpul. Empat lainnya akan segera menyusul membuat sebuah
paragraf baru
dari cerita yang belum diketahui bagaimana akhirnya ini.
> Sang professor, sang
penggerak, sang penetral, sang bayang,