twitter




Dunia baru, lingkungan baru, orang-orang yang baru. Seperti yang sudah-sudah, aku harus beradaptasi dengan sekelilingku. Hal itu selalu membuat hatiku getir dan seluruh tubuhku berkeringat dingin. Sepanjang ingatanku, aku bukan orang yang mudah bergaul. Label pendiam sudah melekat kuat pada diriku betatapun aku berusaha kuat untuk menghapusnya. dan aku memang mengakui bahwa aku sangat menikmati kesendirian itu. Tapi adakalanya hal tersebut terasa menakutkan bagiku.
Dunia baru ini tidak pernah kuniatkan ingin kujalani. Walaupun mungkin dulu sempat terbersit dalam khayalanku menjalani kehidupanku di tempat ini. Kukira itu hanyalah angan angin lalu. Ada sedikit rasa kecewa di sana, tapi aku berusaha untuk bertahan dan memantapkan diri menerima semua kehendak-Nya. Mau marah-marah, atau mogok makan sekalipun, tidak akan mengubah kenyataan bahwa aku adalah bagian dari tempat ini sekarang. Bagiku itu cuma buang-buang tenaga.
Tempat ini, ah.. lebih tepatnya kampus ini adalah satu-satunya kampus PTN di ibukota negaraku. Kota metropolitan dengan segudang cerita perjuangan hidup di dalamnya. Nama kampus ini tertera besar-besar di tugu gerbang pintu masuknya.
Di sana tertulis almamater ku sekarang. Kampus yang terkenal telah menetaskan beribu-ribu lulusan potensial sebagai sumbangan bagi dunia pendidikan. Maka, orang-orang pun heran tiap kali menanyakan jurusan yang kupilih., Akuntansi murni tanpa embel-embel kependidikan. Dengan tanpa gelar SPd. tentunya bila aku lulus nanti.
Jurusan yang kuimpikan akan kudapatkan di PTN paling mahsyur di bumiku, kini ‘terpaksa’ kudapatkan di tempat ini. Aku –Azalea.
***
Hatiku berdegup kencang saat jemariku meng-klik pointer mouse di laman yang tiba-tiba jadi popular bila musim ujian masuk perguruan tinggi di mulai. Akibatnya membutuhkan kesabaran ekstra tinggi untuk menunggu halamannya terbuka.
Tapi tak apa, aku akan menunggu selama yang dibutuhkan. Aku sering membayangkan diriku mengenakan almamater PTN terfavorit se-negaraku tercinta. Dan aku selalu berharap dan berdoa mendapatkan jurusan impianku, yang selalu kutuliskan di semua daftar mimpiku. Yang selalu kubagikan kepada orang-orang di sekitarku ketika mereka bertanya jurusan apa yang akan kuambil selepas SMA. Dengan mantap kukatakan “Jurusan Komunikasi”. Dan aku sudah mempersiapkan diriku dengan mengoleksi semua buku komunikasi yang mungkin akan kubutuhkan saat memulai studiku nanti. Semuanya sempurna.
Akhirnya halaman laman terbuka. Namaku tertera di sana. Sedikit menggulung ke bawah untuk dapat melihat hasil ujiannya. Debaran jantungku semakin cepat dan tanganku menjadi gemetaran. Sejenak aku tutup kedua mataku, menarik napas panjang seraya mengucapkan lafadz bismillahirrohmanirrohim.
Kubuka mataku kembali. Dan di depanku ada sebuah tulisan. Sebuah tulisan asing yang tak ada dalam kamus pikiranku saat ini. Tulisan itu aneh atau mungkin salah ketik. Ah.. atau mungkin aku sedang bermimpi saat ini, gumamku sambil mencubit pipi kanan yang ternyata terasa sakit. Mungkinkah…
Tapi saat ku gerak-gerakkan pointer mouse, tidak ada yang berubah. Namaku tertera di sana, begitupun dengan tulisan aneh itu.
Seperti mimpi, mimpi buruk tepatnya. Seluruh tubuhku terpaku. Tiba-tiba aku tidak tahu harus melakukan apa. Dan tanpa aku sadari, ada tetesan air hangat membasahi pipiku. Lewat linangan airmata itu sekali lagi kuberanikan diri melihat tulisan aneh tersebut. Samar-samar tertulis “Selamat Anda diterima sebagai calon mahasiswa pilihan ke 2. Akuntansi (Non Kependidikan)-U**”. Hebatnya, sekeras apapun aku berusaha mengubah fokus mataku, tulisan itu tak berubah satu huruf pun.
Ya Robbi, inikah jawaban-Mu atas semua doa-doaku?. Aku-Zahra.
***
Waktu terus berjalan, tanpa bisa menengok lagi ke belakang. Bagi Azalea, dua sampai tiga kali dia mendatangi tempat itu tetap terasa asing. Selalu ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya. Seluruh tubuhnya terus berkeringat dingin melihat berkas-berkas di tangannya yang baru ia dapatkan dari dalam kaca kecil yang kaku dan tanpa perasaan di gedung administrasi kampusnya. Dua, tiga kali pula ia selalu pulang ke rumah dengan membawa perasaan tidak nyaman di hatinya. Satu-satunya hal yang menjadi penghiburannya adalah sambutan hangat dan bersahabat dari kakak-kakak kelas-panitia penyambutan calon mahasiswa baru-yang selalu dapat membuat perasaannya sedikit lebih baik. 
Dua sisi cermin yang berseberangan, kiri menjadi kanan, kanan menjadi kiri. Itulah yang dapat menggambarkan Azalea dan Zahra. Lain cerita, kedatangan Zahra di gedung administrasi itu justru telah menimbulkan lebih banyak kenangan menyenangkan baginya. Entah kebetulan atau memang takdir, di sana ia bertemu dengan kawan pertama yang dikenalnya. Kawan itu bernama Yusuf. Dan entah bagaimana caranya, Zahra dan Yusuf ternyata satu program studi dan satu kelas pula, pun nomor registrasi mahasiswa mereka saling berurutan. Setidaknya hal itulah yang dapat menjadi penghiburan bagi Zahra.
***
Hari itu acara penyambutan mahasiswa baru dimulai. Azalea sekuat tenaga membiasakan dirinya di lingkungan yang baru. Hatinya terus berkata “jalani saja. tidak akan sesulit kelihatannya,” mencoba meyakinkan diri bahwa segalanya akan baik-baik saja. 
Allah swt sangat baik padanya. Ia telah memilihkan fakultas dan jurusan yang benar-benar menerima Azalea. fakultasnya kini tidak seperti fakultas lain yang masa orientasi-nya sangat ribet dan menyebalkan. fakultasnya justru lebih mengutamakan orientasi bermuatan akademik dan pembiasaan nyaman dengan wawasan serba “kampus”. Ya, walaupun istilah ‘ribet’ itu tidak dapat dipisahkan dari acara-acara semacam ini dimanapun. Bukannya tanpa tantangan, Azalea sempat dihukum karena datang terlambat berturut-turut, oleh kakak kelas yang agak ‘galak’ dan bikin keki. Tapi siapa yang menyangka setelah waktu berjalan, kini Azalea justru berteman baik dengan kakak yang ‘galak’ itu, ^_^
Hanya berbeda beberapa baris dari tempat Azalea duduk mendengarkan materi wawasan kampus, Zahra tidak menemukan kesulitan yang berarti. Ia segera bisa menyesuaikan diri dan menemukan peer group tempat di mana ia merasa nyaman untuk mengeksistensikan diri di tempat baru yang sama sekali tidak pernah ia impikan akan berada di sana. Zahra-lah yang pertama kali mengajak Azalea berkenalan. Tapi seperti banyak orang lainnya, tidak sampai lima menit kemudian, Azalea sudah melupakan nama dan wajah orang yang baru mengajaknya berkenalan tadi.
***
Tiba hari terakhir rangkaian seluruh masa orientasi mahasiswa baru yang di adakan di gedung kampus yang terpisah dari kompleks kampus utama. Acara tersebut merupakan acara puncak sekaligus penutupan. Zahra membatin dalam hati, jika saja tulisan di layar komputer tempo hari bukan tertulis Akuntansi U** melainkan komunikasi U*, ia pasti kini sedang mengenakan jaket berwarna sewarna matahari, bangga, dengan lambang akar pohon menghujam di dadanya. Bukan dengan jaket berwarna sewarna hijau lumut kusam dengan lambang burung hantu menyeramkan di dadanya dengan sedikit warna matahari di sana yang kini ia kenakan. “kuharap ini akan sementara,”, gumam Zahra dalam hati.
kuharap akan ada rasa bangga nantinya bagiku untuk bisa mengenakan jaket almamater ini,” gumam Azalea dalam hati. Mencoba meyakinkan diri bahwa tidak ada jalan untuk kembali lagi sekarang. Azalea teringat akan kata-kata orang bijak yang pernah ia dengar, jika kau sudah memutuskan, maka jalankan dengan sepenuh hatimu atau kau akan menyesal seumur hidupmu. Paling tidak, mimpi yang dulu kutulis di buku mimpi sudah terwujud sekarang, yakni memiliki sebuah blazer yang keren. Definisi kata ‘keren’ itu tergantung bagaimana caraku memaknainya kan?, ucap Azalea menghibur diri.
Rasa lelah menyelimuti Azalea dan Zahra karena harus berangkat pagi-pagi buta dari rumah mereka yang terletak di pinggiran kota, bahkan sebelum adzan shubuh berkumandang. Azalea menguap melepaskan rasa kantuknya, begitupun Zahra yang juga menguap untuk melepaskan kantuknya dan terus menerus berharap semua kejadian itu hanya bunga tidur. Yang sulit untuk terbangun.
***
 to be continued... ^_^

0 komentar:

Posting Komentar