twitter



Waktu Kecilku: Vespa berwarna biru.
Waktu kecilku, aku ingat vespa berwarna biru itu. Birunya seperti biru telor asin. Papa selalu mengajakku berkendara dengannya sekedar hanya untuk mengitari komplek rumah kami. 

Waktu itu, walau hanya dibonceng papa naik vespa, rasanya aku senang sekali. Aku masih ingat semilir angin yang mengelus lembut anak-anak poniku. Rambutku yang pendek dengan belah tengah. Waktu itu sepertinya aku masih duduk di taman kanak-kanak. Dan singgasanaku selalu di depan bagian vespa, tempat pijakan kaki Papa. Aku selalu duduk di depan, sampai adikku mulai bisa berjalan dan tempat singgasana akupun digantikan olehnya. 

Aku ingat, sepanjang perjalanan, Papa pasti selalu menceritakan banyak hal. Waktu itu, aku sangat menikmati semua ceritanya. Seru sekali. Sesekali Mama yang duduk di belakang akan membetulkan bajuku bila tertiup angin.  Aku ingat, malam itu adalah malam terakhir aku duduk di depan, kami berempat pulang ke rumah. Aku duduk dengan Mama dibelakang dan adikku yang bawel mengambil tempat kesayanganku. Mulai dari saat itu timbul pemahaman baru di benakku, mulai sekarang akan ada yang berubah. Aku adalah seorang kakak. Sebuah nama yang hadir dengan tanggung jawab di dalamnya.

Waktu kecilku: Catatan di sampul buku

Waktu kecilku, setiap berulangtahun aku selalu diajak mama pergi ke minimarket dekat rumah. Dan ada tiga hal yang pasti selalu aku beli di sana. Permen karet Barbie rasa anggur dengan stiker berhadiah di dalamnya, stiker boneka, dan manisan gula-gula kapas. Mama sampai hapal apa yang akan kubeli. Senangnya setengah mati. Anak kecil polos yang puas dengan belanjaan tiga macamnya.

Tapi ulangtahunku tahun itu, aku ingat membeli sebuah diary kecil. Mungkin waktu itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar.  Diary yang bergambar tokoh kartun kesayangan. Sepulangnya dari sana, aku menyodorkan buku itu pada Papa. dan minta untuk dituliskan kata ucapan selamat ulang tahun. Karena di kelasku waktu itu sedang trend menulis ucapan dari teman-teman sekelas. Jadilah, papa yang bingung memandang buku itu lama. Aku masih ingat sekali apa yang ditulisnya:

Pesan Papah.
Tahun 2001 s/d hari tua...
Sipat manusia adalah
-ingin melihat/ingin tahu sekecil apapun.
-Jika kamu ingin menjadi orang yang pintar
-Bagi waktumu sebaik-baiknya. Seperti pohon buah semakin besar semakin kokoh akarnya.

Waktu kecilku: Topi merah berkepang dua

Waktu kecilku, mama hobi sekali membelikan baju dengan model sama tapi ukuran berbeda untuk aku dan adikku yang bawel. Tidak hanya baju, bahkan tas, sepatu, mainan,  buku, sampai urusan aksesori rambut. Aku baru sadar hal ini baru-baru ini. Ketika melihat banyak gambar diriku di album poto berpakaian dengan model hampir sama dengan adikku yang bawel dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kata mama biar ga ada yang iri. Aku senang-senang saja waktu itu. Anak kecil yang polos.

Nah, yang jadi urusan di sini adalah perkara aksesori rambut. Kira-kira adikku yang bawel itu usianya baru tiga atau empat tahun. Kami sekeluarga sedang berlibur ke pantai ancol. Di masanya, tempat tersebut sangat prestisus. Jarang-jarang kami bisa ke tempat seperti ini.

Ada sebuah topi berwarna merah dengan kepang dua di sisi kiri dan kanannya. Lagi trend saat itu. Aku dan adikku yang bawel seperti biasa dibelikan sepasang oleh mama. Punya adikku yang bawel, kepangnya hanya satu di belakang. Tapi ia menghilangkannya. Dan jadilah sejak saat topinya hilang, adikku yang bawel itu semena-mena menjadikan topi milikku sebagai miliknya. Tak terkecuali hari itu. Aku masih ingat, aku sedang menulis sesuatu di pasir, lalu tiba-tiba muncul ide jahil di otakku. Aku merebut topi (yang seharusnya punyaku) dari kepala adikku yang bawel. Dan dengan sekuat tenaga, ia menangis sejadi-jadinya dengan keras sekali membuat mama, para tante, juga  adik sepupuku yang lain langsung mengerubungi kami dan menjadikan aku tertuduh tunggal ,hehe. Jadi kakak itu memang merepotkan. Gara-gara teriakannya itu, aku terpaksa menyerahkan topi milikku kembali untuk adikku yang bawel. Dan setiap malam sejak hari itu, ketika adikku yang bawel sudah tertidur, aku sering terbangun hanya untuk mencoba mengenakan topi berkepang dan mematut diri di depan cermin. Mengagumi betapa cocoknya topi berkepang dua itu untukku.

Setelah dewasa, aku baru menemukan sesuatu. Ternyata dalam insiden itu ada omku yang iseng menggambil gambar aku dan adikku yang bawel yang matanya sembab beserta topi berkepang dua di kepalanya, kami sedang duduk saling membelakangi di bawah naungan pohon kelapa.

Waktu kecilku: balada warung

Waktu kecilku, mama sering sekali meminta tolong pada aku kecil yang usianya masih tiga tahun pergi ke warung untuk membeli pisang goreng, rokok untuk papa, dan aneka barang dapur lainnya. Samar aku mengingat, rumahku saat itu bercat putih dengan tempelan ubin di dindingnya. Ada banyak tanaman hias rimbun di teras rumah.

Aku kecil dengan santainya melangkah pergi ke warung, dengan menggenggam erat uang di tangan kananku sambil mengemut lollipop dengan berpakaian ala kadarnya, ala anak kecil yang cuek dan polos. Sambil berteriak pada ibu penjaga warung, “beliiii…. bellii pishang goleng buuu,” Lucu sekali.

Waktu kecilku: Meniru televisi

Waktu kecilku, aku suka sekali menonton televisi (sampai kini kebiasaan itu belum berubah). Aku belum masuk sekolah. Itu kepindahan rumahku yang kedua. Aku sedang menonton televisi, dan ada salah satu iklan permen karet yang sangat aku suka. Karena memakai bahasa yang terdengar asing di telingaku saat itu. Sekarang kuketahui kalau itu adalah bahasa inggris.

Papa sedang duduk menonton bersamaku, mama juga ada di sana. Dan setiap ada iklan itu muncul di televisi, dengan spontan aku langsung berdiri dan menyanyikan jingle lagu iklan permen karet sambil berjoget ria. Dari satu iklan, merembet ke iklan lainnya. Jadilah, setiap iklan mengambil alih acara, aku akan berdiri dan meniru setiap ucapan yang ada di setiap iklan dengan sempurna dan lancar sambil berteriak dan berseru, hehe..  

Waktu kecilku:…,

Ah, semua itu sudah lama berlalu. Bahagianya masa kecil. Aku seperti ingin kembali ke masa itu. Masa ketika aku masih bisa menemukan vespa biru dengan papa memboncengku. Masa ketika permen karet Barbie adalah hal yang paling menyenangkan di alam semesta. Masa ketika masih kutemukan topi merah berkepang dua terlihat manis di kepalaku. Masa di mana aku bisa menemukan mama dan papa selalu tersenyum dan tertawa melihat tingkahku yang lucu. Masa-masa yang kini sudah menjadi kerlip bintang di hatiku yang sepi.  Yang tersisa dalam bingkai kenangan.

0 komentar:

Posting Komentar