Anak kecil selalu bisa menemukan dunianya sendiri. Dia selalu bisa memenuhi dunianya dengan mimpi dan angan-angan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita orang dewasa. Sepeda motor yang sedang lewat di depannya, di mata Rara bisa berubah menjadi sepeda terbang milik nenek sihir yang datang untuk mencari anak yang bandel. Semut-semut yang sedang membuat barisan rapi di halaman rumah, mungkin dilihatnya sedang melakukan kerja besar untuk menaklukkan dunia. Dunia anak-anak itu istimewa.
Terkadang kita sendiri tidak ingat perasaan saat itu, saat di mana dunia masih terlihat sejernih langit biru dan sewarna indah pelangi. Kita terlalu sibuk dengan dunia menjadi dewasa.
Rara asyik memainkan rambut pendeknya. Diputar kesana, diputar kesini. Kepalanya mengangguk-angguk lucu setiap kali tangannya memainkan rambut pendek dengan potongan bob. Mengingatkanku pada salah satu tokoh kartun yang selalu bertanya "mau kemana kita?"
Di sebelah sang ibu takjim melihat jalanan yang terpantul lewat kaca pengemudi. Entah apa yang sedang dilihatnya. Rara tak hentinya menarik perhatian sang Ibu. Begitulah anak-anak. Para ibu/orangtua sering mengeluh ketika mendapati anaknya terus bertanya dan bertingkah yang menurut mereka mengganggu. Tapi tidakkah pernah terpikir kalau masa-masa seperti itu sangatlah singkat dan amat berharga? tanpa disadari anak-anak akan tumbuh besar. Dan tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan "menjengkelkan" itu. Lantas kita baru akan merasa, cepat sekali waktu berlalu di saat-saat kita melewati masa tua sendirian dan mungkin terlupakan.
Mobil yang kami tumpangi melaju dengan lancar. Lalu lintas setelah hujan tidak terlalu padat. Hembusan angin dingin setelah hujan berkali-kali membuat kedinginan dan perasaan mengantuk. Tapi tidak demikian dengan Rara. Rupanya dia sudah fasih membaca. Setiap melewati deretan toko yang memasang banner, Rara dengan lancar mengeja tulisannya keras-keras, menarik-narik tangan sang ibu untuk ikut memperhatikan tulisan itu. Satu toko terlewati, toko berikutnya pun tak luput dari perhatiannya. Tambah bersemangat, Rara menarik baju Sang Ibu. Tanpa berpaling, beliau lantas menghempas tangan kecil Rara dan mengatakan untuk tidak menganggu, sambil mengelus-elus perut yang membesar yang menyimpan kehidupan murni lainnya. Rara kecil terdiam. Kesenangan yang tadi terlihat jelas di wajahnya, seketika hilang.
Rara kecil duduk rapi kembali. Kembali melihat jalanan lewat kaca di belakang mobil yang kami tumpangi.
Tapi dunia Rara begitu istimewa. Entah bagaimana, senyum itu kembali lagi dengan cepat. Rara lalu bernyanyi. Lagu yang tidak kupahami. Entah lagu itu tidak pernah aku dengar atau memang tidak pernah ada, lagu karangan Rara. Terbawa oleh lagunya, jemariku juga ikut bersenandung.
Sesekali kedua bola matanya yang kecil melirik ke arahku, akupun tersenyum lebar. Lewat senyuman kuharap aku bisa "menemaninya". Dan mulailah Rara menguntai dunia miliknya lagi. Ia bercerita, cerita yang tak dapat dipahami, hanya dirinya yang mengerti. Kaki-kaki kecilnya menendang kesana dan kemari, tangannya pun ikut mengetuk-ngetuk bangku tempatnya duduk. Rara kecil yang lucu. Aku ingin mengajakmu berceloteh, ikut mencicipi duniamu, tapi aku urung.
Lambat laun, ketukan kakinya melemah. Ketika kualihkan pandang, Rara kecil sudah tertidur. Tangan kirinya ada di dasbor mobil bagian belakang, tangan kanannya menjuntai di atas bangku sementara kedua kakinya seperti beku dari tarian aneh miliknya. Rara kecil manis sekali. Jika ada yang bilang anak kecil yang sedang tidur itu seperti malaikat, maka aku setuju dengannya.
Terantuk kepalanya sendiri yang menyentuh dasbor, Rara mengganti gaya tidurnya. Dengan gaya yang sedikit "cool" menopang kepalanya menggunakan tangan kiri. Tapi baru beberapa menit, ia kembali terjatuh dan sadar. Tidak habis akal, Rara lalu duduk tegak dengan punggungnya, baru sepuluh detik berlalu, ia terbangun lagi karena hampir tersentak jatuh. Dan Rara kecil tiba pada pilihan yang terbaik, kesal karena terus terbangun, sekalian saja Rara membaringkan kepalanya di atas bangku dengan kaki yang masih terjuntai. Rara kecil tertidur dengan nyenyak. Selamat tidur, Rara...,bisikku.
Tidak berapa lama, mobil berhenti. Tempat tujuan Rara sudah sampai. Sang ibu membangunkan Rara dengan sedikit mengguncangkan tubuh kecilnya, "de, ayo udah sampai. kita turun," kata Ibu. Lucunya, Rara kecil yang baru setengah tersadar lantas membuka mata dan mengikuti Ibunya turun dari mobil, sang ibu sibuk membayar tumpangan. Rara kecil juga sibuk menggapai tangan ibunya untuk menuntunnya dengan mata yang masih setengah terbuka. Dan Rara kecilpun berlalu.