twitter


Sedari kecil kita pasti sering disuguhi dengan cerita-cerita dari negeri dongeng dengan awalan yang selalu sama apapun dan bagaimanapun ceritanya. "Pada jaman dulu kala di negeri antah berantah.." ya kan? ^_^
Semua dari cerita itu selalu berakhir dengan bahagia. Aku sering bertanya-tanya, apa iya dunia dewasa milikku nanti akan bisa seperti dalam cerita dongeng. Sayangnya aku kecewa. Tapi tak mengapa, cerita dongeng itu seperti penghiburan bukan?

Hm.. tapi apa pernah terlintas? Sebenarnya cerita dongeng yang selama ini diceritakan dan ditonton tidak sepenuhnya tentang dunia polos milik kanak-kanak. Cerita-cerita itu sepenuhnya diterjemahkan dari dunia milik orang dewasa. Butuh pemahaman ekstra untuk memahami jalan ceritanya jika kau mau meluangkan sedikit waktu untuk itu. Kau bisa menemukan pesan tersirat dari pesan tersurat yang ada dalam cerita-cerita itu. Tapi kisah-kisah itu diceritakan dengan sederhana dan indah. Hingga mungkin pesan-pesan itu tertanam dalam bawah sadar sang anak. Yang tidak akan dia sadari karena sudah terbentuk begitu saja dalam pola berpikirnya.

Pernah membaca atau menonton kisah Alice in wonderland? Meski diceritakan dengan gaya khas negeri dongeng, tapi cerita tersebut kurasa bukan sepenuhnya dongeng tentang anak-anak. Ia seperti refleksi dari dunia tentang menjadi dewasa. Seseorang yang harus menghadapi dunia nyata dan mencoba keras untuk meyakini keberadaan dunia tersebut dan menjalaninya. Walau itu berarti dengan keterpaksaan. Lalu berharap dalam hati, semua hal dingin dan kaku di depan pandang  berubah menjadi dongeng, epik, dan sihir. Tentang seseorang yang mencoba "lari" dari dunia yang tinggalinya, lalu menukarnya dengan dunia dongeng impian masa kecil. Mengikuti kelinci putih yang setengah berlari, melintas di hadapannya lalu terbawa ke dunia lain. Suara lonceng sapi di peternakan berubah menjadi suara dentingan lonceng negeri sihir. Kelinci putih yang sedang berlari untuk bersembunyi di lubang berubah menjadi kelinci putih yang berlari sambil membawa jam di tangannya. Suara eluhan sapi berubah menjadi suara teriakan dari monster raksasa. Dan begitulah.

Setelah semua cerita berlanjut, dan petualangan Alice di wonderland hampir selesai, apa yang terjadi? Ternyata semuanya hanya mimpi. Dunia nyata tetap harus dihadapi bukan? ^_^

Itu tentang Alice, lalu tentang dongeng MOMO. Pernahkah membacanya? Aku sangat merekomendasikan untuk membacanya. Buku itu tidak sengaja kubaca saat SMA karena melihat covernya yang unik dan cerita singkat di belakang sampul bukunya yang menarik. Kuputuskan untuk memimjamnya dari perpustakaan sekolah.

(sumber gambar: http://www.aleki.uni-koeln.de/lesebar/bilder/gr/momo.jpeg)
 
Ini sebuah kisah dongeng tentang sang pencuri waktu. Awalnya aku berpikir ini murni tentang dongeng anak-anak, tapi sang penulis Michael Ende justru menceritakan dengan apik tentang waktu lewat tokoh seorang anak kecil bernama Momo. Momo yang digambarkan begitu senang mendengarkan cerita orang sekalipun orang tersebut pendiam, juga hewan bahkan tumbuhan. Setiap orang yang bercerita kepadanya akan merasa sangat lega meski Momo tidak mengatakan atau menanggapi cerita tersebut dengan kata-kata. Momo hanya suka mendengar cerita.  Dua sahabat baiknya yakni Beppo dan Guido juga senang dengan Momo. Guido dan Beppo memiliki karakter yang saling bertolak belakang. Guido yang menjadi pemandu wisata begitu periang dan senang bercerita sementara Beppo yang seorang penyapu jalan begitu pendiam. Guido biasa memandu rombongan wisata dan bisa menceritakan beragam kisah dari satu tempat yang sama. Orang-orang tidak akan pernah menemukan kisah yang sama setiap kali berkunjung ke tempat yang sama untuk kedua kalinya. Lain Guido, lain Beppo, saking pendiamnya, Momo sampai harus menunggu berhari-hari ketika bertanya sesuatu pada Beppo. Tapi Beppo adalah penyapu jalan paling unik dan paling tulus yang pernah ada. Dia selalu menyapu dengan sepenuh hati bak Michael Angelo yang sedang menyapukan kuas tintanya pada kanvas lukis. Setiap hari berlalu dengan ritme yang sama dan menyenangkan bagi Momo dan penduduk kota.

Hingga suatu hari segerombolan orang berpakaian abu-abu, bertopi, memakai sepatu hitam, dan berkacamata datang ke kota dan menawarkan orang-orang untuk menabung di bank penyimpan waktu. Dan mulailah satu per satu penduduk kota merasa tidak puas dan mulai mengeluhkan banyak hal dalam hidup mereka yang selama ini tidak pernah mereka lakukan. Dalam sekejab dunia damai itu berubah menjadi dunia yang dingin dan kaku. Orang-orang melakukan rutinitas yang sama setiap hari dengan ritme yang sama tanpa senyuman ataupun menikmatinya. Semua orang mulai berpakaian sama, seragam abu-abu. Dunia menjadi abu-abu. Momo tetap di sana. Tidak kemanapun, tetap dengan dunia orisinal miliknya sendiri hingga ia tersadar bahwa orang-orang di sekitarnya berubah menjadi aneh ketika tidak ada seorang pun lagi yang mendatanginya untuk berbagi cerita dengannya.
 
Kesanku terhadap novel ini mendalam sekali, banyak pesan tersirat dari yang tersurat. Banyak pemahaman, banyak perenungan. 
 
Biar bagaimanapun, cerita dongeng, animasi, kartun dan sebagainya, masih menceritakan tentang dunia kanak-kanak. Tapi akan ada bagian yang merupakan terjemahan dari dunia menjadi dewasa karena pembuatnya adalah seorang yang dewasa. Aku selalu takjub dengan mereka yang bisa menulis cerita dongeng yang menyimpan banyak makna. Sesuatu seperti bunyi "klik" saat kau membaca atau menontonnya. Itu membuktikan kedalaman pengalaman dan tulisan penulisnya. 

referensi: http://ratnasaridewi.com/blog/?p=466

0 komentar:

Posting Komentar