Pernah mengalami hal ini?
Di dalam dua sisi mata uang cuaca. Sebenarnya saat itu hampir-hampir ragu untuk melanjutkan perjalanan. Mendung dan awan gelap pekat sudah menggantung pasti. Titik-titik air juga perlahan mulai jatuh membuat gambar abstrak di atas kaca jendela belakang mobil angkutan perkotaan yang aku tumpangi. Ditambah suara guntur yang berdentum bersahutan membuat suasana menjadi agak 'mencekam'. Sudah dapat kubayangkan kemungkinan akan jadi seperti apa langit hari itu.
Menyesal sekali saat teringat payung merah tua berenda yang berkubah transparan, hadiah dari seorang sahabat, yang tidak terbawa serta saat berangkat tadi. Walaupun ukurannya yang besar dan terbilang tidak praktis untuk dibawa bepergian, tapi payung itu sangat membantu dalam guyuran hujan deras.
Mobil yang kutumpangi semakin melaju, pun hujan semakin melaju menderas. Kalau saja tidak sedang berada di bawah atap mobil ini, aku pasti sudah kuyup oleh curahan air dari langit sore itu.
Bagaimana ini? tidak mungkin kan kalau pergi ke tempat mengajar dengan pakaian kuyup?, gumamku saat itu.
Sambil terus berdoa, semoga saja langit berbaik hati menangguhkan curahnya sebentar saja hingga nanti aku tiba di tujuan.
Dan...
Allah akan selalu mengabulkan do'a hamba-Nya.. ^_^
Seperti keajaiban, langit hitam pekat itu seketika tersibak, tepat sesaat sebelum aku harus berhenti di tempat tujuan. Aku tidak pernah tahu kemana kumpulan awan kumulonimbus pembawa hujan deras itu pergi. Yang kutahu pasti, Ia pergi menjauh digantikan oleh sinar matahari sore kejinggaan yang merona begitu indahnya.. Subhanallah...