Siang hari ini, saat aku pulang aku tidak menemukan nenek. Yang ada hanya pintu rumah yang terbuka lebar seperti biasanya dan aki yang senantiasa duduk di kursi favoritnya di dekat pintu masuk rumah. Selesai mengucap salam keras keras, deruman suara perut yang sudah tidak tertahankan lagi menuntun kakiku melangkah cepat ke dapur. Tapi sedari awal tadi memang ada bau aneh menyengat yang tercium dari dalam rumah. Mirip sesuatu yang dibakar. Dan benar saja, di tempat cucian piring ada dandang nasi yang berisi sisa nasi berkerak hitam pun bawah dandangnya tidak kalah hitamnya, hihi.. sudah pasti nenek lupa sedang memasak nasi dan lupa mematikan kompornya. Fiuh.. melihat sekeliling syukurlah selain dandang itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hal seperti ini kadang memang membuat kelucuan tapi rasa khawatir juga. Kalau sudah begini hanya bisa berharap hal yang buruk tidak akan terjadi.
Esok paginya saat bangun pagi, aku menemukan sebuah kertas putih ditempel di atas kasa dapur dengan tulisan di atasnya. Nenek, gumamku dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri.
0
komentar
Posted in
Label:
awaken by song,
azalea
Dari radio kayu tua, mengalun merdu lagu yang dulu kami nikmati bersama. Padang hijau, langit berbintang, terbit matahari, semua bersamanya. Aku penasaran, apakah ia juga melihat yang kini kulihat? Bulan keemasan yang bersinar terang dan satu bintang kecil yang selalu menemaninya. Suatu waktu, saat bersama, kutuliskan sebuah surat untuknya. Lagu di hati yang akan terus berulang. Menyanyikan bait-bait lagu yang sama. Lagu yang kusuka. Lagu yang mengingatkanku kepadanya. Lagu yang ku senandungkan dengan perlahan dan rahasia. Senyumannya terbayang saat chorus tiba. Satu lagu yang kusuka. Ketika kulupa tentangnya, lagu yang kusuka akan membawa kembali memori tentangnya. Surat yang pernah kutuliskan untuknya. Selamanya, mungkin ia tak akan membacanya. Surat yang suatu hari nanti ingin kutunjukkan padanya. Tentang sempurnanya saat-saat bersama. Tentang mimpinya, tentang dirinya. Suatu hari nanti.. (Inspired by song, LiSA-itsuka no tegami)
0
komentar
Posted in
Label:
azalea
Tetaplah bersikap seperti biasanya. Tak perlu ada yang berubah. Aku sudah nyaman dengan itu. Tak perlu berubah perhatian bila biasanya tidak. Tak perlu bertanya bagaimana kabar bila biasanya menyapa pun tak pernah. Tak perlu memaksa berubah untuk peduli bila sebelumnya acuh. Tetaplah seperti biasanya. Seperti sebiasanya dirimu. Karena perubahan itu tidak cocok untukmu. Aku muak melihatnya. Biar saja seperti biasa. Acuh, tak ada basa basi, sibuk dengan masing2. Karena aku sudah terbiasa. Dan itu terasa lebih nyaman. Menangis sendiri, mengadu sendiri. Terjatuh sendiri, bangkit sendiri. Terluka sendiri, mengobati sendiri. Tak perlu khawatir, karena aku sudah terbiasa. Pun bila suatu hari aku tidak mengetuk pintumu lagi, tak perlu panik, khawatir hanya sia-sia. Karena aku tidak mau menjadi beban siapapun terutama dirimu. Jika ada malam dimana aku tidak kembali, jangan mencariku. Pikirkan saja aku berada di tempat yang baik dan nyaman. Pun bila akhirnya aku tidak pernah kembali, jangan bersedih. Berharap saja yang terbaik, meski itu akan merepotkanku. Atau anggap saja aku sebagai angin lalu. Bersikap saja seperti biasanya. Aku akan baik-baik saja. Mungkin saat itu keadaan aku jauh lebih baik dari dirimu. Tidak perlu menangis, karena aku benci mereka yang menangis untukku. Sudah, lupakan saja. Lanjutkan esok. Aku baik-baik saja.
0
komentar
Posted in
Label:
awaken by song,
azalea
Bilamana hatimu selalu mencelos setiap saat kau melihat bagian dari dirinya.
Bilamana pijakan kakimu selalu goyah setiap saat kau berpapasan dengannya. Hanya dengan melihat potongan dari namanya, degup jantungmu selalu memburu. Dan sekelebat wajah yang mirip dengannya selalu berhasil membuatmu tercekat, lupa bagaimana caranya bernapas. Cinta itu gila. Bagaimanapun ia selalu berhasil membuatmu menjadi "orang gila"
0
komentar
Posted in
Label:
azalea
Menghadapi diri sendiri itu jauh lebih berat daripada menghadapi orang lain. Karena ketika kau menghadapi orang lain, ada sosok lain yang berdiri di hadapanmu, dan itu jauh lebih mudah. Tapi ketika harus menghadapi diri sendiri kau hanya akan melihat pantulan dirimu sendiri di cermin. Tidak ada orang lain. Tiada sesiapapun. Ketika kau membenci orang lain, kau bebas mengatakan yang tidak kau sukai padanya. Tapi ketika kau membenci diri sendiri. Kau berbicara hal-hal yang tidak kau sukai pada pantulan dirimu sendiri, dan itu jauh lebih sulit karena ia tidak memberikan jawaban selain pantulan sempurna dirimu yang saat itu sedang berbicara. Dan yang paling sulit adalah ketika kau bertarung dengan dirimu sendiri. Saat kau meyakini apa yang kau yakini, tapi bagian dari dirimu mengatakan untuk tidak meyakininya, bahwa itu semua sia-sia, bahwa yang kau yakini semua omong kosong. Itu jauh menyulitkan. Karena bertarung dengan diri sendiri butuh keberanian besar, dan itu adalah hal yang semua orang lakukan.
1 komentar
Posted in
Label:
azalea
Pasti menyenangkan memiliki tempat persembunyian pribadi di mana tak ada seorang pun yang bisa menemukanmu. Pasti menyenangkan. Kadang aku membayangkan hal itu. Di tempat itu, kau bebas menjadi dirimu. Di tempat itu kau bebas mengekspresikan semua rasa, dan tak ada pandangan sinis, menyelidik, dari orang lain. Mereka terlalu banyak ingin tahu segala hal. Dan aku tak pernah bisa menjawab semua pertanyaan itu. Pada akhirnya, aku menutup pintu rapat-rapat. Pintu hatiku. Eodi ga? Di mana pintu itu berada? Jika ia memang benar ada, aku ingin sekali masuk ke dalamnya. Itu yang egoku sering katakan. Di tempat itu aku tak perlu mendengar pernyataan siapapun tentang diriku. Entah benar atau tidak. Suatu kali aku melintas di atas sebuah jembatan. Mungkinkah jika aku melangkah ke bawah sana, aku akan mampu menemukan tempat itu? Sesaat itu terlihat seperti solusi yang "terbaik". Menuliskannya sesaat membuatku merinding. Betapa ego begitu mengerikan. Lalu, setelah aku menemukannya, apa yang akan aku lakukan di sana? Mungkin untuk bersembunyi selamanya. Bersembunyi dari kenyataan. Bersembunyi dari realita. Itu hal menyenangkan, tapi juga pengecut. Aku menyadarinya. Sesekali, tempat seperti itu dibutuhkan. Tapi tidak untuk selamanya. Kau tahu? Bagaimanapun, saat ini, aku hidup bersama kenyataan. Sesuatu yang harus diperjuangkan. Walau ia terasa amat berat untuk dihidupi. Karena aku hanya punya satu kehidupan sebelum kehidupan lainnya. Yang abadi.
0
komentar
Posted in
Label:
awaken by TV
Kupikir, di waktu yang seperti ini tidak adil rasanya jika aku tidak menulis sesuatu. Tiba-tiba saja datang kepadaku.
Semalaman suntuk aku mengulang kembali film yang pernah aku tonton. Film yang aneh, karena selalu menimbulkan perasaan aneh yang hangat saat melihatnya. Pernahkah kalian merasakan hal yang sama? Seolah seluruh bagian dari cerita di dalamnya merasup ke setiap bagian dalam hati dan pikiranmu. Dan untuk beberapa waktu ke depan kau tidak dapat melepaskan diri dari daya tariknya yang besar seperti benda yang tidak bisa mengelak jatuh ke bawah karena gaya tarik gravitasi bumi. Hm.. Pernah dengar kisah serigala dan domba? Ia menceritakan segalanya. Mewakili bagaimana kisah dalam film ini mengalir. Karakter tokoh utama pria dan wanitanya begitu kuat. Ketika kau berbohong tentang perasaanmu yang sesungguhnya, maka hatimu yang akan memberikan jawaban lewat rasa sakit.
0
komentar
Posted in
Label:
azalea
Monster-aku, sebuah kata yang digunakan penulis Serdar özkan dalam karyanya "when the life lights up". Kata-kata itu juga yang kupinjam untuk menggambarkan perasaanku saat ini. ego yang menyeret kita ke pusaran terdalam sebuah lembah tak berdasar di dalam diri manusia. Terkadang tanpa disadari ego itu yang membawa kita justru menjauh dari cahaya. Sebetulnya cahaya itu sudah tepat berada di depan. Hanya saja, status quo yang melenakan ini terasa jauh lebih nyaman dibandingkan dengan apa yang harus dilewati untuk mencapai cahaya.
Allah SWT selalu mengikuyi prasangka hambaNya bukan? Itulah kenapa manusia harus selalu berbaik sangka padaNya. Hanya saja, ego ini terus mengatakan hal-hal buruk padaku. Bayangan-bayangan buruk yang berputar menjadi kabut badai tak berkesudahan di dalam kepalaku. Rasa-rasanya sudah keterlaluan. Ego menguasaiku. Aku belum, monster-aku masih belum bisa ditaklukkan. lalu sampai kapan status quo yang melenakan tapi berbahaya ini akan menempel pada hidupku. Aku ingin berubah. Keputusan yang sulit, tidak semudah mengucapkannya. Tapi aku tahu, kalau hari ke depan, ketika aku sudah mengalahkan monster-aku, aku bisa dengan kebanggaan mengatakan, "aku sudah pernah melewatinya. Dan yang kuhadapi tidak sesulit yang kubayangkan".
0
komentar
Posted in
Label:
awaken by movie,
story
Suatu pagi, Seorang guru tiba-tiba saja memberikan sepucuk surat kepada semua muridnya dan mengatakan itu sebagai pesan terakhir darinya karena umurnya tidak akan lama lagi, paling lama 3 bulan. Eh?? Adegan apa ini? Pikirku mula-mula, dan begitu juga pikiran semua murid di kelasnya.
Maeda sensei selama ini dikenal sebagai wali kelas yang dingin, terkesan tidak peduli dengan muridnya apalagi berbincang dengan murid-muridnya. Sang ketua kelas, Takamina merasa sia-sia saja, dan mengabaikan surat itu pun teman-teman yang lain. Tapi satu per satu dari mereka mulai mengerti maksud dari isi surat tersebut yang ternyata sangat personal dan menggambarkan diri mereka, keadaan yang sedang mereka hadapi. Tanpa mereka sadari, sebenarnya Maeda sensei tidak pernah sekalipun mengabaikan mereka. Ia mengamati dari jauh, memerhatikan dengan caranya sendiri karena ada masa lalu yang pahit yang membuatnya menjaga jarak dalam berinteraksi dengan murid.
Sesaat setelah Maeda sensei memberikan surat-surat tersebut, ia segera menjalani perawatan di rumah sakit. Tepatnya menunggu waktu "ajalnya", karena selain rumah sakit Maeda sensei merasa tidak punya (rumah) tempat untuk dituju. Nah dari sanalah perlahan misteri surat itu terungkap, hihi. Walau tidak runut, melompat dari satu potongan cerita ke potongan cerita murid yang satu dan yang lain, tapi pada akhirnya ada benang merah dan itu yang membuat film ini menarik untuk diikuti karena alurnya yang tidak membosankan.
Maeda Sensei punya satu kebiasaan unik yang selalu ditanyakan oleh muridnya. Ia selalu telaten mengurus dan merawat sebuah pohon sakura yang ditanam di halaman sekolah semenjak sekolah itu berdiri sebagai lambang Sakura gakuen, tidak pernah sekalipun pohon sakura itu berbunga. Seakan maeda sensei lebih peduli mengurus pohon dibanding mengurus muridnya. Kalau aku jadi muridnya pasti juga merasa jealous kan.. Masa pohon aja diperhatiin sampai segitunya, hehe...
Tapi Maeda sensei punya alasan khusus yang baru akan terungkap di akhir episode. Yang sebenarnya, Maeda sensei merasa bersalah karena tidak bisa memerhatikan dan memberikan perhatian yang selayaknya pada murid-murid yang sangat ia sayangi. Sebagai ganti dan rasa permintaan maafnya, ia ingin saat murid-muridnya lulus tiga bulan dari sekarang, mereka akan dapat melihat pohon sakura dengan bunga-bunganya yang indah bermekaran mengantar mereka di hari kelulusan saat dirinya tidak bisa berada di sana untuk menemani mereka di momen terpenting itu.
Pas Takamina dkk tahu alasan yang sebenarnya, itu sedih banget momennya. Hikz... Dan beramai-ramai mereka menghentikan petugas yang diutus sekolah untuk menebang pohon sakura yang sangat berarti bagi sensei mereka. Mereka berjanji akan menyerah jika pada hari kelulusan pohon sakura itu tidak juga berbunga. Dan sekolah boleh menebang pohon tersebut. Duh... Mariko sama keren banget di adegan ini, berperan sebagai sensei pengganti yang cakap dan berpihak pada muridnya.
Singkat cerita, sampai hari kelulusan, walaupun sudah mencoba berbagai cara, pohon sakura itu tidak juga berbunga. Tapi Takamina dkk tidak kehabisan akal. Sebagai ganti bunga sakura, mereka membuat bunga-bunga replika dari kertas krep dan hiasan yang isinya ucapan terimakasih untuk Maeda sensei. Kalau boleh jujur, pohonnya jadi lebih indah, hehe... Dibanding yang asli. Aku terharu sekali waktu lihat hasil akhir pohon sakura ala mereka.
Takamina dan Yuko sebelumnya berusaha untuk menemukan anak perempuan Maeda sensei yang bernama Atsuko san, Acchan... >o<. Jadi usut punya usut, dulu ada seorang murid yang mengalami kesulitan dan Maeda sensei sebagai wali kelas, as usual, membantunya. Tapi karena kesalahpahaman, hal tersebut membuat Atsuko san jadi salah pengertian dan menganggap ayahnya tidak ada saat anaknya sendiri membutuhkannya sementara Atsuko tidak punya sesiapa lagi selain ayahnya karena ibunya sudah meninggal. Dari yang aku tangkap si kayaknya Atsuko san ini di sekolahnya sering di bully oleh teman-temannya. Sampai akhirnya Atsuko san kecewa dengan sikap ayahnya dan memutuskan untuk keluar dari rumah dan hidup mandiri. Bahkan memutus kontak dengan sang ayah.
Dari semua hal, inilah yang paling disesali oleh Maeda sensei. Hingga ia trauma dan mulai menjaga jarak dengan para muridnya. Jadi udah tahu kan alasannya kenapa Maeda sensei bersikap superzz dingin. Karena ia tidak ingin mengecewakan anak perempuannya lagi. Namun sampai saat terakhir hidupnya, hal yang sangat ingin ia lakukan adalah melihat senyum Atsuko san kembali seperti dulu belum terpenuhi. Takamina meminta Maeda sensei juga menulis surat untuk anaknya Atsuko san. Jika surat dari sensei saja bisa mengubah kami, maka aku yakin hal yang sama juga akan bisa menggerakkan hati Atsuko san, begitu ucap Takamina. Aih.. Ketua kelas yang mengagumkan ya, hihi. No wonder because she is the AKB48 general manager ^_^.
Nah, Takamina dan Yuko berhasil menemui Atsuko dan memberikan surat tersebut. Awalnya Atsuko tentu aja menolak, tapi melihat kesungguhan mereka berdua, Atsuko yang selama ini bekerja di sebuah toko bunga pun, hatinya meleleh dan ia menemui ayahnya untuk meminta maaf untuk semua hal yang pernah terjadi. Begitu pula dengan Maeda sensei. Well, its a happy ending story.
Di hari kelulusan, mereka semua berkumpul di lapangan pohon sakura dan mengundang Maeda sensei ditemani Atsuko san. Atsuko san menyampaikan rasa terimakasihnya karena mereka telah membuatnya sadar hal paling berharga yang ia lupakan. Murid-murid berbaris rapi dan suara dentingan piano mulai terdengar. Itu adalah alunan dari lagu "sakura no ki ni narou" (salah satu lagu andalan akb48 yang berhasil masuk tangga chart oricon, yei...) yang ditulis Maeda sensei long ago untuk dinyanyikan muridnya dulu saat upacara kelulusan.
Maeda sensei terharu.
Ketika lagu hampir habis, mereka semua berkumpul mengelilingi Maeda sensei yang duduk di kursi roda dan menyanyikan potongan reff bersama. Lalu entah darimana tiba-tiba ada kelopak-kelopak bunga sakura yang berguguran. Sambil memandang ke arah pohon sakura, mereka semua tersenyum bahagia.
After a few years past by, mereka kembali bertemu di lapangan sekolah sakura gakuin. Tentu saja Maeda sensei tidak lagi bersama mereka. Beberapa waktu setelah pertemuan di hari kelulusan, Maeda sensei menghembuskan napas terakhirnya. And i'm pretty sure, he is gone peacefully :).
Setelah bertahun-tahun, akhirnya pohon sakura itu berbunga. Dan hari di mana sakura itu bermekaran, mereka semua kembali ke sana untuk mengenang kenangan indah yang tersimpan abadi bersama kokohnya pohon sakura. Sakura kara no tegami (sepucuk surat dari bunga sakura).
~~Eien no sakura no ki ni narou...
0
komentar
Posted in
Label:
azalea,
story
Aku jadi ingat. Dulu, saat aku harus berhemat dengan tidak makan ke kantin saat istirahat. Sesuatu yang terus kulakukan sejak SD, SMP, bahkan SMA. Bagiku kantin sekolah adalah tempat yang asing. Pun ketika kuliah. Jarang sekali aku mampir ke sana kalau tidak sedang diajak teman atau apa. Waktu SMP dulu cukup bekal dari rumah yang kusantap. Kalau tidak sempat membuat bekal, maka aku akan "puasa" makan siang dan mengisi waktu dengan pergi ke masjid, perpus, atau sekedar membaca buku pelajaran di kelas. Saat itu, bagiku bisa pergi ke kantin adalah sebuah kemewahan. Tak jarang aku harus menabung untuk bisa sekadar jajan di kantin. Lucu sendiri mengingatnya.
Waktu SMA sampai lulus, aku selalu membayangkan lezatnya soto mang acil atau lembut dan gurihnya bubur mang ade tanpa sekalipun pernah mencobanya. Sampai aku sudah kuliah dan bisa punya uang sendiri, keinginan itu teringat kembali. Tapi sayang saat ke sana lagi, kantin sma nya sudah berubah, hehe...
Aku baru tahu nikmatnya bisa jajan di kantin waktu kuliah karena sudah ada uang sendiri dari kerja part time ngajar privat. Pergi ke kantin dan icip2. Walau hanya berbilang jari kunjunganku ke sana, tetap saja terasa menyenangkan.
Sesederhana itu. Pun jika terkadang aku teringat dengan semua hal itu, aku bersyukur karena pernah mengalaminya. Masa-masa yang penuh kesederhanaan. Saat sepotong roti coklat pemberian teman ketika perut lapar terasa sangat berharga melebihi sepotong emas.
0
komentar
Posted in
Label:
azalea,
story
Pagi ini aku mendapat pesan singkat dari kakak kelasku di kampus. Bukan kakak kelas biasa, tapi ia istimewa. Kami dulu sudah seperti saudara kandung. Kuharap akan tetap begitu.
Selepas kereta jurusan Jakarta yang kunaiki melaju, aku teringat dengan pesan singkat yang belum kubaca. Awalnya aku tidak tahu siapa yang mengirimkan. Lalu kemudian, airmata ini hampir meleleh.. Begini bunyi pesannya: Hari ini ku teringat padamu gadis kereta..
iya kamu..yang selalu memilih kereta daripada bis,
yang lebih memilih menahan lapar dengan alasan sudah sarapan pagi,
yang darimu kutemukan arti kesederhanaan,kesahajaan n kesabaran yang penuh..
Ah..Gadis kereta,apa kau masih ingat padaku?. Tanpa kusadari aku menjawab dalam hati. Tentu saja, Ka. Tentu saja aku ingat.
0
komentar
Posted in
Label:
awaken by song,
story
Ni modeun sungan, nayeoseumyeon. Every moment of you.
Setiap kali aku melihat sekitar, aku selalu berharap ada wajahmu di sana.
Dulu aku baik-baik saja menikmati waktu.
Tapi kini semua waktuku terbagi sebelum dan setelah mengenalmu.
Setiap melihat kau melintas di sampingku, degup jantungku berdebum
dan napasku tercekat hingga aku merasa sulit untuk bernapas.
Tapi kau terlihat baik baik saja, sementara aku tidak.
Tidakkah kau mendengar suara hatiku yang memanggil namamu?
Jika akan semenyakitkan ini ketika berpisah denganmu,
lalu kenapa kau harus muncul di hadapanku.
Tahukah kau, rasanya sulit sekali menjalani hari setelah aku mengenal dirimu
dan mengenal perasaan ini.
Seperti musim semi yang tetiba datang di tengah musim panas yang melelahkan.
Lalu kau pergi, dan duniaku menjadi musim dingin berkepanjangan.
Tak bisakah kau kembali datang dan membawa kehangatan seperti yang kau lakukan dulu.
Meski hanya dengan senyuman, meski hanya dengan senyuman.
Tahukah dirimu?
Kini aku tidak bisa menikmati waktu,
karena bayanganmu selalu ada di manapun aku menghadapkan wajahku.
Berharap dan terus berharap entah bagaimana kau akan muncul tetiba di hadapanku.
Bisakah?
Untuk semua waktu yang kulewatkan bersama kehadiranmu,
seluruhnya, terima kasih. Walau menyakitkan, terimakasih.
Karena untuk sesaat aku tahu bagaimana indahnya musim semi.
Musim semi yang akan aku simpan, selamanya.