twitter




Ketika bertemu saudara, tak kan habis perbincangan di antara keduanya. Waktu seakan berhenti. Terhadap yang dikasihi, terhadap yang sudah lama tidak berjumpa. Bagaikan bertemu dengan potongan diri kita yang lain. Perasaan seperti ini. Ukhuwah islamiyah yang mempertemukan kita.
Sore itu, aku kembali bertemu denganmu, wahai sahabat. Bagaimana kabarmu setelah sekian lama? apakah kamu baik-baik saja? apakah kamu masih seperti sahabat yang aku kenal dulu. Si kecil yang bersemangat dan tidak kenal lelah. Kaukah itu yang selalu mengenggam tanganku ketika aku sudah lelah berlari mengejar mimpi, menyebarkan kebaikan.
Bagiku, waktu membeku di saat terakhir kita bertemu. Kau yang kukenal adalah kau yang saat itu. Kau yang kukenal adalah kau yang ada di dalam foto itu saat kita pergi bersama mendaki Tangkuban Perahu. Di antara udara beku yang berasap-asap. Melepas lelah setelah seharian ditempa dengan ujian kesabaran dan keyakinan. Dalam foto itu, ah, aku tidak bisa melupakan senyumanmu yang begitu lepas. Bahkan setiap kali, sejak saat itu, ketika aku kembali lelah dan  kau tidak lagi berada di sisiku untuk menyemangatiku seperti dulu, aku akan melihat fotomu, dan semangat itu secara ajaib akan mendatangiku.
Sahabat, masihkah kau, sahabat yang kukenal dulu? Aku selalu mencari diriku di dalam sorot matamu. Kau adalah orang yang mampu membuatku menangis jika teringat dengan kelalaian yang pernah kulakukan terhadap amanah-amanah ini. Hanya dengan melihatmu, aku bisa mengingat bahwa di pundakku terdapat amanah yang tidak seberapa jika dibandingkan denganmu. Dan aku pasti bisa menunaikan semua amanah itu.
Masihkah kau ingat, saat pertama kali kita menjajaki perjalanan mental itu? Tanganmu yang selalu terulur ketika aku hampir jatuh tergelincir di tanah basah yang liat. Juga pelukan yang kau berikan untuk saudarimu tanpa memedulikan kotornya baju berlumpur saat itu. Itu yang aku ingat. Waktu bagiku, seperti membeku. Potongan dirimu ada di sana.
Sore itu ketika aku bertemu denganmu, rasanya tenggorokanku seperti tercekat. Sinar matamu tak lagi sebinar dahulu. Aku menyesal, mungkin saja. Maafkan aku yang sudah membiarkanmu memikul beban amanah besar ini sendirian. Apakah kau merasa sendiri? si kecil yang bersemangat. Mungkin saja, aku turut andil menyebabkanmu seperti ini. Maafkan aku, yang tidak selalu bisa mengenggam tangamu ketika kau kelelahan. Maafkan aku yang ingkar janji padamu. Rasa penyesalan ini seperti bongkahan batu besar yang terhujam di hati. Rasanya sesak sekali. Tapi aku tidak tahu lagi jalan mana yang harus kupilih untuk kembali.
Sahabat, kau yang sore itu. Aku tidak melihat lagi si kecil yang selalu bersemangat. Sahabat, apakah kau bisa mendengarku?  Aku melihat kau kini tergeletak lemah di tempat tidur. Sorot mata bersemangatmu tidak lagi terpancar di sana. Tapi aku bisa melihat seulas senyuman sekaligus kesedihan di wajahmu. Terdiam. Adakah kau mendengarku?



Pengorbanan itu tidak semanis secangkir coklat panas.. lebih mirip kopi pahit tanpa gula. Tapi anehnya, pengorbanan itu akan menimbulkan kekuatan yang ajaib dari semesta. Seperti rasa nikmat gurih kopi yang tertinggal di belakang rasa pahitnya.

Ketika mencoba untuk melakukannya, berkali-kali berkata pada diri, ini adalah hal bodoh yang pernah dilakukan. Sudah jelas tidak akan sempat berada di tempat berbeda dalam satu waktu yang hampir bersamaan, tapi tetap saja memaksakan diri untuk datang menyapa apa yang kami sebut sebagai "cinta". Berharap semoga ada keajaiban seperti hari-hari lalu. Sayangnya hidup tidak selalu seperti cerita sihir dalam komik, atau cerita picisan dalam kotak tv. Hari ini kembali harus menghadapi realita.

Kata perpisahan yang berat untuk diucapkan. Ini untuk yang kesekian kalinya, datang sebelum pertunjukkan dimulai dan pulang sebelum layar panggung ditutup. Padahal jelas-jelas, seharusnya berada di sana hingga pertunjukkan selesai.

Kaki pun terseret-seret dilangkahkan. mengejar kesempatan, merayu waktu agar mau berdamai. dan sampai ke pemberhetian berikutnya dengan tanpa hal. masih berharap ada keajaiban, atau waktu bisa berhenti berputar. lagi, tanpa tahu arah, tak bisa membaca peta pula, berani sekali menyetop metromini yang ambigu jurusannya. entah dia pergi ke tempat yang dituju, atau justru membawaku ke tempat yang lain. Perlahan meninggalkan semuanya di sana. mungkin saja kealpaan kali ini juga tidak meninggalkan jejak, semua mungkin saja berjalan seperti biasa tanpa tergantikan. itulah di mana aku berpijak saat ini. yang tergantikan.

Parahnya lagi, keangkuhan sesaat itu, berubah menjadi efek domino. tanpa kusadari, metromini yang ditumpangi justru membawaku semakin menjauh pergi dari tujuan. Ada apa ini? masih dengan angkuhnya, tetap berusaha seperti tidak terjadi apa-apa. Bersyukur ada tempat yang dikenali, lalu langsung memutuskan berhenti di sana. sebelum semuanya memburuk, batinku.

dimana ini? itulah kalimat pertama yang terlintas di dalam kepala. asing. aku adalah alien. mencoba menekan tuts-tuts di telepon selular, mencari bantuan. tapi tak ada sambutan. asing.

Beranikan diri untuk bertanya, syukurlah, ternyata ini sudah jalan yang tepat. tapi... masih ada keraguan di sana. suara kecil itu, yang kutepis, nantinya akan jadi sebuah penyesalan.

satu jam, aku telah membuang waktu satu jam milikku yang berharga. kalau kau ingin tahu betapa berharganya satu jam itu, tanyalah pada orang yang terjebak macet dijalan, berputar-putar tak tahu arah dengan asing, padahal dengan satu jam itu ia harusnya sudah tiba di separuh jalan menuju tujuannya. jam di telepon seluler sudah hampir menunjukkan tempat pertemuan. aku harus tiba di sana sekarang. tapi, hanya bisa mengandalkan bus sesak penumpang ini. aku sepenuhnya menyandarkan pada kemana bus ini akan membawaku. sepenuhnya aku menyandarkan semuanya pada Pemilik Rencana. karena logika manusia tidak akan berarti sekarang. dengan waktu 30 menit, harus tiba di belahan jakarta bagian timur, padahal saat itu aku tengah berada di belahan jakarta tepat di jantungnya.

waktu berjalan tanpa kompromi. ilmu negosiasi yang dimiliki tak berguna saat ini. Teringat kata salah satu pejuang "cinta" tadi, 'penyesalan itu selalu ada di akhir, ka.. kalo datangnya di depan, namanya bukan penyesalan tapi pendaftaran' akupun tertawa dalam diam. rasa lelah ini membuatku tertidur.

Akhirnya, langkah tiba di tujuan. jangan paksa aku untuk melihat cermin. wajah itu pasti sangat tidak sedap dipandang. hilang semua pemahaman baik tertelan oleh anomali. Entah apakah ini sebuah kado dariNya. ia tahu, tidak ada hal yang lebih kusukai dari langit. Langit senja sore itu, aku melihat matahari terbenam, bersembunyi perlahan dari balik kumpulan awan. jelas sekali. ini jakarta. tapi pemandangan itu sungguh indah. aku tersenyum. dan mencoba mengais serpihan hikmah, hal yang selama ini sering terlupakan.

Biarlah, hari ini terjadi. Aku tidak tahu apakah amanahku di hari ini sudah tertunaikan, hanya saja jika jujur, aku merasa tidak mencapai apapun. semuanya berantakan. Mungkin dia ada sebagai pelajaran. Pulang tadi, sebuah pesan singkat masuk,  'yang mau gabung, kita mau makan nih di sini. #jangan pernah meremehkan sebuah pertemuan. karena bisa saja itu menjadi kunci dari banyak pintu yang terkunci selama ini'.

Aku sungguh berharap...

PS: Ada yang bisa meminjamkanku pintu kemana saja-Doraemon?


http://www.youtube.com/watch?v=FavbFuH0O7U
soyokaze no you ni yasashii kimochi
mamoritai kara  sotto
taisetsu na koto o  oshiete kureru
mizugiwa no machi  itooshikute

setsunai hodo  atatakai nukumori no naka de
massugu mae o mite  aruku no

ashita mo yuugure made
sasayaka na omoi  tsumuideru no

soba ni iru dake de egao ni nareru
wakachiau koto  tsutaetakute

ooki na sora  narande miageru hoshitashi
egaita yume no hanashi  kikasete

kore kara hitotsu hitotsu
yorokobi no kagi o  meguriau hito ni
sunao na kokoro no mama  kitto
todoketai  kono basho kara

kisetsu ga kawaru koto  irozuiteku koto
te ni toru you ni kanjite itai
ima o  kono toki o

ashita mo yuugure made
sasayaka na omoi  tsumuide agetai
dareka ga  kureta hohoemi ga
shiawase o  dokomade mo  tsuzutte yuku

ashita mo
yuugure ni 


(sumber lirik: http://www.animelyrics.com/anime/ariaova/ashitayuugure.htm)



Ketika itu Akari bertanya pada Kak Alicia (seniornya di aria company), "apa alasan Kak Alicia memilihku sebagai juniormu?" Akari teringat bagaimana dulu ia pertama kali tiba di aria company dengan tertidur di atas sampan yang ditumpanginya. Yang ditanya pun terdiam. ,"sebenarnya saat pertama kali aku memilihmu, aku juga tidak yakin. Tapi melihatmu yang selalu mendengarkan semua bimbinganku dan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, tanpa sadar kaulah Akari yang membuatku menemukan kepercayaan diriku, dan merasa bersyukur bahwa kau pernah datang di hidupku. Dan aku bersyukur bisa membimbingmu, Akari.," jawab Kak Alicia tersenyum sambil memandang langit malam Neo Venezia di atas menara Neo Campanile.

Kak Alicia melanjutkan, "dulu, saat aku ragu untuk mengambil junior atau tidak, Akira-lah yang mengajakku ke sini bersama Athena," "kau tahu Akari, dulu aku pernah mengatakan hal yang egois pada Grandma saat beliau akan pergi dari aria company. Aku berkata agar ia jangan pergi dan tetap di sini bersamaku. tapi, Grandma menatapku dan mengatakan, 'kini adalah waktumu melukis kisah lainnya, dengan penerus yang baru. Masaku telah lewat. Alicia, tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja', "saat melihat punggung Grandma dari belakang, aku merasa aman, punggung Grandma. Dan aku merasa takut, aku tidak akan bisa memberikan apa yang Grandma dulu pernah ajarkan padaku kepada orang lain (junior.red) sebaik Grandma dulu membimbing dan mengajariku," 

Akari memandang wajah seniornya dengan saksama. Sebagian wajahnya disinari temaramnya bias lampu. kota. "Akira mengatakan padaku, dulu di man-home (bumi sekarang), kota Venezia ini berkali-kali diterjang banjir dan berkali-kali pula mereka membangun kota ini kembali menjadi Neo Campanile yang baru karena mereka tidak ingin kehilangan setiap kenangan yang berharga dari tempat ini. Jika saja orang-orang dulu berhenti membangun kembali, mungkin hari ini tidak akan ada warisan seindah kota Neo Venezia yang kita lihat saat ini, Akari," Ka Alicia balik memandang wajah Akari. "karena alasan itulah, undine ada di sini. untuk menunjukkan betapa indahnya kota yang kita diami saat ini, Neo Venezia, kepada para pelanggan kita. Dan untuk itulah alasan dirimu ada, Akari. Untuk mewariskan keindahan ini, kau dan undine-undine junior penerus kami-lah, Neo Campanile yang baru"

Airmata meleleh membasahi pipi Akari. Dengan lembut, ia memeluk lengan Kak Alicia dan menyandarkan kepalanya.
"Aku tahu suatu saat nanti aku akan harus berpisah dengan Kak Alicia seperti Kak Alicia dulu dengan Grandma. Tapi biarkan aku menikmati kebersamaan kami yang sekarang, waktu saat ini. Perasaan sederhana yang menyenangkan ini, biarkan aku merasakannya sedikit lebih lama lagi," Aku-Akari.

(*mengingatkanku pada hana-tomodachi dan the seven fighters :')...) kakak.. teman-teman, apa kabar kalian di titik yang berbeda satu sama lain? ^_^ -esta arzu-


Malam ini bulan hampir mencapai purnama. Azalea terjaga, mata tak bisa terpejam. Ide gila datang menyelusup, terpikir untuk menyapa sang malam. Perlahan menaiki tangga bambu yang berbunyi mengerikan ketika dipijak. Malam itu hanya dia dan bulan. Di atas atap rumah bertemankan sebuah notebook dan coklat panas. Jari jemarinya mulai menari, merekam dialog antara dirinya dan pancaran semu..
 
A: Ingin jadi ujung tombak perubahan, nyatanya malah jadi ekor perubahan. Hati rasanya tidak pernah sesakit ini saat dulu pernah melupakan. (uap panas secangkir coklat panas membumbung mengangkasa)

S: Sungguhkah ingin menjadi ujung tombak? itu membutuhkan pengorbanan yang luarbiasa..

A: iya, aku tahu. Kau tahu, Derap langkah ini rasanya ingin sekali membersamai mereka. tapi raga belum mampu menyejajarinya. Tak pernah rindu seperti ini, rasa akan dakwah begitu membuncah seperti akan tumpah. Dan sesal tiada bertepi datang melengkapinya.

S: memang seperti apa rasa dari dakwah? semanis coklat di cangkir itukah? bukankah dulu kau pernah dengan lantang meneriakkan di hadapan adikmu, apapun yang terjadi, Allah dulu baru yang lain. Dan itu membutuhkan pengorbanan, rasa yang tidak selalu manis.

A: sungguhkah aku pernah mengatakan itu? (wajahnya menengadah ke langit. Bulan tersenyum)
ah ya, aku ingat. dulu, semangat ini begitu menggelora, selalu jadi yang pertama.selalu rela mendepankan semua untuk dakwah dan tak pernah ragu untuk itu.

S: lalu bagaimana?

A: Benarkah yang kulakukan sekarang ini yang dinamakan telah berdakwah? menyeru kebaikan? atau hanya sekedar tampil di hadapan makhluk yang fana'? Benarkah seperti ini? Atau hanya hanya sebuah label yang tersemat agung dalam pancaran semu tanpa fakta.

S: mungkin saja. terkadang manusia memang seperti itu kan? terlalu sibuk memikirkan label? bangga dengan status semu. seperti aku. Lalu lupa dengan tujuan semula ketika semangat menggelora menyeru kebaikan. 

A: itukah diriku?

S: tergantung, apa niatmu dahulu ketika memutuskan melangkah bersama mereka.

A: sepertinya aku sudah tidak ingat lagi dengan ikrarku dulu. dapatkah kau mengingatkanku? perjalanan ini terlalu berliku, hingga aku hanya sibuk di satu titik.

S: bagaimana dengan impian pelangi?

A: pelangi? skenarioku terdahulu?

S: ya, sekarang bukankah kau punya karton kosong lainnya untuk kau lukis menjadi pelangi?

A: (menatap bulan lagi. tanpa sadar, airmatapun meleleh) karton milikku, kenapa justru aku lupa? kenapa justru aku yang diingatkan oleh orang lain? karton putih milikku kini masih belum tersentuh goresan warna seindah pelangi yang kuimpikan. Dilema.

S: siapa yang kau tuntut? yang lain? kenapa bukan dirimu? pena itu ada di tanganmu. mintalah Dia untuk membantumu menggoreskannya.

Ping!! (sebuah pesan singkat masuk)
"kita bersama di sini, sejatinya kita tidak harus menjadi sama. Setiap orang memiliki potensi masing-masing. karena itu, maksimalkan dan tunjukkaa potensi yang kita punya. dan satu lagi, karena apa yang kita lakukan disini semuanya karena cinta)

S: lihat, kau kembali diingatkan. betapa indah persaudaraan bukan? persaudaraan yang terikat karenaNya.

A: karena cinta. itukah jawaban yang aku cari selama ini? karena cinta akan meminta segalanya darimu, waktu luangmu, tidurmu, hidupmu bahkan dalam mimpi-mimpimu. (ia mengulang ucapan yang pernah ia katakan dahulu pada saudara-saudaranya).

S: sekarang bergeraklah. akan ada hal yang sangat berat jika kau terus memikirkannya. tapi, akan ada hal yang teramat ringan jika kau mulai mengerjakannya.

A: perasaan bersalah ini. hati yang sedang merasa mengecewakan. berada di titik seperti ini, membuatku terpikir akan banyaknya pilihan dan posisi ketika kau mau melihatnya dengan hikmah. lucu, dulu aku pernah mati-matian menangani pesakitan macam diriku saat ini, sekarang aku justru yang duduk menjadi terdakwa di kursi pesakitan itu. lucu, sosok yang kubenci, kini aku menjelma menjadi dirinya.

S: semuanya akan baik, jika kau mau sedikit saja mengubah cara pandang. bukankah kau fasih dengan itu?

A: rasanya ada saat dimana aku seperti bicara dengan bisu, mungkin dengan batu.. hati sudah terlalu sesak diperlakukan seperti ini dan itu. mungkinkah rasa sesak ini yang telah membuatku menjadi sosok yang kubenci, sekarang? karena terlalu sering dikecewakan? lalu mengecewakan orang lain?

S: seharusnya itu bukan sebuah jawaban. cinta-lah jawaban sebenarnya. tak masalah kalau kau tak mampu menjadi sama. luruskan niat hanya untuk mencari ridhoNya. lalu dengan bantuanNya, mulailah menggores sketsa pelangi di karton milikmu perlahan. ketulusan yang akan mengalahkan segalanya. tapi ingat, semuanya membutuhkan pengorbanan, kau bisa mulai belajar untuk itu. mengurangi waktu-waktu istirahatmu mungkin, atau pikirkan hal yang bisa kau lakukan.

A: aku sudah tahu... goresan di atas karton dan mewarnainya seindah pelangi. apa warna yang lebih indah dari pelangi?

S: jawabannya ada di dalam hatimu. 

Bulan diatas sana masih tetap sama, tapi hati Azalea malam ini tidak pernah lagi menjadi sama. Ia dan pancaran semu. sebuah refleksi yang menyenangkan.


1. Hari Senin dan Kamis
Apa saja keistimewaannya?
- Hari diperiksanya amal manusia
Dari Abu Hurairah Radhilallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ
Diperiksa amal-amal manusia pada setiap Jumat (baca: setiap pekan) sebanyak dua kali; hari senin dan hari kamis. (HR.  Muslim No. 2565)
- Hari dianjurkannya puasa
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya: bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Amal-amal manusia diperiksa setiap hari Senin dan Kamis, maka saya suka ketika amal saya diperiksa saat saya sedang berpuasa. (HR. At Tirmidzi No. 747, katanya: hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan: shahih. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 747)
- Hari dibukanya pintu-pintu surga dan diampunkannya hamba
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
“Pintu-pintu Surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, maka saat itu akan diampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terjadi permusuhan. Lalu dikatakan: ‘Tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai, tundalah pengampunan terhadap kedua orang ini sampai keduanya berdamai.” (HR. Muslim No. 2565, Al Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 411, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6626)
- Senin adalah hari lahir, hari wafat, dan hari diutusnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menerima wahyu pertama
Dari Abu Qatadah Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Nabi ditanya tentang hari senin. Beliau menjawab: “Itu adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus menjadi rasul, atau diturunkan kepadaku (wahyu).” (HR. Muslim No. 1162)
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa dia ditanya:
أَيِّ يَوْمٍ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ
Hari apakah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat? Beliau menjawab: “Hari senin.”(HR. Bukhari No. 1387)
- Kamis adalah hari yang nabi sukai untuk bepergian
Dari Ka’ab bin Malik Radhiallahu ‘Anhu:
ان رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا أراد أن يسافر لم يسافر الا يوم الخميس
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika hendak safar, Beliau tidak bersafar melainkan pada hari kamis.(HR. Ahmad No. 27178. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 27178)
- Kamis adalah hari disebarkannya Ad Dawwab (hewan)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ
Allah membanyakkan Ad Dawwab di bumi pada hari Kamis.(HR. Muslim No. 2789)
2. Hari Jumat
Apa saja keistimewaannya?
-  Dijelaskan dalam riwayat berikut lima keutamaannya:
عَنْ أَبِي لُبَابَةَ بْنِ عَبْدِ الْمُنْذِرِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَيِّدُ الْأَيَّامِ وَأَعْظَمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَهُوَ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ فِيهِ خَمْسُ خِلَالٍ خَلَقَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ وَأَهْبَطَ اللَّهُ فِيهِ آدَمَ إِلَى الْأَرْضِ وَفِيهِ تَوَفَّى اللَّهُ آدَمَ وَفِيهِ سَاعَةٌ لَا يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا الْعَبْدُ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ مَا لَمْ يَسْأَلْ حَرَامًا وَفِيهِ تَقُومُ السَّاعَةُ مَا مِنْ مَلَكٍ مُقَرَّبٍ وَلَا سَمَاءٍ وَلَا أَرْضٍ وَلَا رِيَاحٍ وَلَا جِبَالٍ وَلَا بَحْرٍ إِلَّا وَهُنَّ يُشْفِقْنَ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Dari Abu Lubabah bin Abdil Mundzir, dia berkata: Bersabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya hari Jumat adalah Sayyidul Ayyam (pimpinan hari-hari), keagungannya ada pada sisi Allah, dan dia lebih agung di sisi Allah dibanding hari Idul Adha dan Idul Fitri. Padanya ada lima hal istimewa: pada hari itu Allah menciptakan Adam, pada hari itu Allah menurunkan Adam ke bumi, pada hari itu Allah mewafatkan Adam, pada hari itu ada waktu yang tidaklah seorang hamba berdoa kepada Allah melainkan akan dikabulkan selama tidak meminta yang haram, dan pada hari itu  terjadinya  kiamat. Tidaklah malaikat muqarrabin, langit, bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan mereka ketakutan pada hari Jumat.”(HR. Ibnu Majah No. 1083. Ahmad No. 15547, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 4511, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 2973, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 817, Al Bazzar No. 3738. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 2279)
- Dianjurkan membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat:
عن ابي سعيد الخدري ان النبي صلى الله عليه وسلم قال مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
Dari Abu Said Al Khudri bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka dia akan disinari oleh cahaya sejauh di antara dua Jumat.” (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra  No. 5792, Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 3392, katanya: shahih. Dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6470)
- Dibebaskan dari fitnah kubur bagi yang wafat pada malam Jumat dan hari Jumat  
Dari Abdullah bin Amr, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Tidaklah seorang muslim yang wafat pada hari Jumat atau malam Jumat, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah kubur. (HR. At Tirmidzi No. 1073, Ahmad No. 6582, Ath Thahawi dalam Syarh Musykilul Aatsar No. 277)
Syaikh Al Albani Rahimahullah berkata tentang hadits ini: “Dikeluarkan oleh Ahmad (6582-6646) melalui dua jalan dari Abdullah bin Amr, dan oleh At Tirmidzi melalui salah satu dari dua jalur, dan hadits ini memiliki syawahid (beberapa penguat) dari jalur Anas, Jabir bin Abdullah, dan selain keduanya. Maka, hadits ini dengan kumpulan semua jalurnya adalah hasanatau shahih.” (Lihat Ahkamul Jazaiz, Hal. 35)
Selain disebutnya Senin, Kamis, dan Jumat, disebutkan pula oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa semua hari yang tujuh memiliki peristiwanya sendiri.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي فَقَالَ خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَام بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ الْخَلْقِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memegang tangku lalu bersabda: “Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan tanah pada hari Sabtu, dan menciptakan padanya gunung-gunung pada hari Ahad, menciptakan pepohonan pada hari Senin, menciptakan sesuatu yang dibenci pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan hewan melata pada hari Kamis, menciptakan Adam ‘Alaihissalam setelah Ashar pada hari Jumat, di akhir penciptaan pada akhir waktu-waktu Jumat antara Ashar menuju malam. (HR. Muslim No. 2789)
3. Hari ‘Asyura (9 dan 10 Muharram)
Berikut ini keistimewaannya:
Hari diselamatkannya Nabi Musa ‘Alaihissalam dan Bani Israel dari kejaran Fir’aun dan tentaranya
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, katanya:
قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة فرأى اليهود تصوم عاشوراء.
فقال: ” ما هذا؟ ” قالوا: يوم صالح، نجى الله فيه موسى وبني السرائيل من عدوهم، فصامه موسى فقال صلى الله عليه وسلم: ” أنا أحق بموسى منكم ” فصامه، وأمر بصيامه
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa ‘Asyura. Beliau bertanya: “Apa ini?” mereka menjawab: “Ini hari baik, Allah telah menyelamatkan pada hari ini Musa dan Bani Israel dari musuh mereka, maka Musa pun berpuasa.” Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Saya lebih berhak terhadap Musa dibanding kalian.” Maka, beliau pun berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa (‘Asyura).”(HR. Muttafaq ‘Alaih)
- Hari dianjurkannya berpuasa
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَصَوْمُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Dan berpuasa ‘Asyura, sesungguhnya saya menduga atas Allah bahwa dihapuskannya dosa setahun sebelumnya.” (HR. Abu Daud  No. 2425, Ibnu Majah No. 1738. Syaikh Al Albani mengatakan shahih dalam Al Irwa, 4/111, katanya: diriwayatkan oleh Jamaah kecuali Al Bukhari dan At Tirmidzi Shahihul Jami’ No. 3806)
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah –setelah merangkum semua dalil yang ada tentang puasa ‘Asyura:
وعلى هذا فصيام عاشوراء على ثلاث مراتب : أدناها أن يصام وحده ، وفوقه أن يصام التاسع معه ، وفوقه أن يصام التاسع والحادي عشر والله أعلم .
“Oleh karena itu, puasa ‘Asyura terdiri atas tiga tingkatan: 1. Paling rendah yakni berpuasa sehari saja (tanggal 10). 2. Puasa hari ke-9 dan ke-10. 3.  Paling tinggi   puasa hari ke-9, 10, dan ke-11. Wallahu A’lam” (Fathul Bari, 6/280. Lihat juga Fiqhus Sunnah, 1/450)
4. Ayyamul Bidh (tanggal 13,14,15 tiap bulan Hijriyah)
Ayyamul bidh artinya hari-hari yang putih terang, karena saat itu hari di waktu bulan sedang purnama. Ini juga hari-hari istimewa dalam Islam.
Saat itu dianjurkan bagi kita untuk berpuasa
Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata:
أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
Kekasihku (Nabi) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berwasiat kepadaku tiga hal: berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat ketika Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.(HR. Bukhari No. 1981, Muslim No. 721. Lafaz ini adalah milik Bukhari)
Kapankah tiga hari itu? Dari Abu Dzar Al Ghifari Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُومَ مِنْ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk berpuasa dalam satu bulannya sebanyak tiga hari, ayyamul bidh: tanggal 13, 14, dan 15.(HR. An Nasa’i No. 2422, 2423, lihat juga dalam As Sunan Al Kubranya An Nasa’i No. 2730, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3848, Ibnu Hibban No. 943, lihat Mawarid Azh Zham’an. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No.673)
- Nilai puasanya sama seperti puasa Ad Dahr (sepanjang tahun)
Dari Jarir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau bersabda:
صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Berpuasa tiga hari setiap bulannya, adalah puasa sepanjang tahun, dan hari ayyamul bidh yang terang benderang itu adalah pada hari 13, 14, dan 15. (HR. An Nasa’i No. 2420. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam At Ta’liq Ar Raghib, 2/84)
5. Hari Idul Fitri (1 Syawwal) dan Idul Adha (10 Dzulhijah)
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ketika hari Id:
إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
“Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita.”  (HR. Bukhari No. 952, Muslim No. 892)
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, beliau berkata:
كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى
“Dahulu orang jahiliyah memiliki dua hari untuk mereka bermain-main pada tiap tahunnya.” Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke Madinah, dia bersabda: “Dahulu Kalian memiliki dua hari yang kalian bisa bermain-main saat itu. Allah telah menggantikan keduanya dengan yang lebih baik dari keduanya,  yakni hari Fithri dan hari Adha.”  (HR. An Nasa’i No. 1556, lihat juga As Sunan Al Kubra No. 1755)
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan hadits ini sanadnya shahih.   (Fathul Bari, 3/371). Syaikh Al Albani juga menshahihkannya. (Ash Shahihah No.2021)
Dua hari raya inilah hari bagi umat Islam untuk bersenang-senang dan bermain, sebagaimana yang nabi alternatifkan dalam hadits Anas bin Malik di atas.
6. Enam hari di Bulan Syawwal
Pada enam hari di bulan Syawwal kita dianjurkan untuk berpuasa setelah kita menunaikan puasa Ramadhan. Keutamaannya adalah senilai dengan puasa setahun penuh.
Dari Abu Ayyub Al Anshari Radhiallahu ‘Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian menyusulnya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan dia berpuasa setahun penuh.” (HR.  Muslim  No. 1164, At Tirmidzi  No. 759, Abu Daud  No. 2433, Ibnu Majah No. 1716, An Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra No. 2866, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8214, dan As Sunan As Shaghir No. 1119, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 3908, 3909, 3914, 3915, Abdu bin Humaid dalam Musnadnya No. 228, Abu Ja’far Ath Thahawi dalam Musykilul Aatsar No. 1945, Al Baghawi dalam Syarhus SunnahNo. 1780)
Kapankah enam hari Syawwal itu? Imam At Tirmidzi Rahimahullah menceritakan:
وَاخْتَارَ ابْنُ الْمُبَارَكِ أَنْ تَكُونَ سِتَّةَ أَيَّامٍ فِي أَوَّلِ الشَّهْرِ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ إِنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ مُتَفَرِّقًا فَهُوَ جَائِزٌ
Imam Ibnul Mubarak memilih berpuasa enam hari itu di awal bulan. Diriwayatkan dari Ibnul Mubarak bahwa dia berkata: “Berpuasa enam hari bulan Syawal secara terpisah-pisah boleh saja.” (Lihat Sunan At Tirmidzi komentar hadits No. 759)
Syaikh Sayyid Sabiq -Rahimahullah rahmatan waasi’ah- berkata:
وعند أحمد: أنها تؤدى متتابعة وغير متتابعه، ولا فضل لاحدهما على الاخر. وعند الحنفية، والشافعية، الافضل صومها متتابعة، عقب العيد.
Menurut Imam Ahmad: bahwa itu bisa dilakukan secara berturut-turut dan tidak berturut-turut, dan tidak ada keutamaan yang satu atas yang lainnya. Menurut Hanafiyah dan Syafi’iyah adalah lebih utama secara berturut-turut, setelah hari raya. (Fiqhus Sunnah, 1/450)
Syaikh ‘Athiyah Shaqr Rahimahullah mengatakan:
وهذا الفضل لمن يصومها فى شوال ، سواء أكان الصيام فى أوله أم فى وسطه أم فى آخره ، وسواء أكانت الأيام متصلة أم متفرقة ، وإن كان الأفضل أن تكون من أول الشهر وأن تكون متصلة . وهى تفوت بفوات شوال .
Keutamaan ini adalah bagi yang berpuasanya di bulan Syawal, sama saja apakah di awalnya, di tengah, atau di akhirnya, dan sama pula apakah dengan hari yang berturut atau dipisah-pisah. Hanya saja lebih utama di awal bulan dan secara bersambung. Anjurannya berakhir jika sudah selesai bulan Syawal.  (Fatawa Darul Ifta Al Mishriyah, 9/261)
7. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah
Disebutkan dalam Al Quran:
وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2)
Demi fajar, dan malam yang sepuluh. (QS. Al Fajr (89): 1-2)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan maknanya:
والليالي العشر: المراد بها عشر ذي الحجة. كما قاله ابن عباس، وابن الزبير، ومجاهد، وغير واحد من السلف والخلف.
(Dan demi malam yang sepuluh): maksudnya adalah sepuluh hari pada Dzulhijjah. Sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas, Ibnu Az Zubeir, Mujahid, dan lebih dari satu kalangan salaf dan khalaf. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/390. Dar Ath Thayyibah)
Ada juga yang mengatakan maksudnya adalah sepuluh hari awal Muharram, ada juga ulama yang memaknai sepuluh hari awal Ramadhan. Namun yang benar adalah pendapat yang pertama. (Ibid)  yakni sepuluh awal bulan Dzulhijjah.
Keutamaannya pun juga disebutkan dalam As Sunnah, bahwa ibadah saat itu senilai dengan mati syahid. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
“Tidak ada amal yang lebih afdhal dibanding amal pada hari-hari ini.” Mereka bertanya: “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak pula oleh jihad, kecuali seseorang yang keluar untuk mengorbankan jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan sesuatu apa pun (mati syahid).”(HR. Bukhari No. 969)
Imam Ibnu Katsir mengatakan maksud dari “pada hari-hari ini” adalah sepuluh hari Dzulhijjah. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/390. Lihat Syaikh Sayyid Ath Thanthawi, Al Wasith, 1/4497. Mawqi’ At Tafasir)
8. Hari ‘Arafah (9 Dzulhijah), Hari penyembelihan qurban – Idul Adha (10 Dzulhijah), dan hari-hari taysrik (11,12,13 Dzulhijah)
Hari-hari ini dengan tegas oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebut sebagai ‘iduna (hari raya kita).
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari ‘Arafah, hari penyembelihan qurban, hari-hari tasyriq, adalah hari raya kita para pemeluk Islam, itu adalah hari-hari makan dan minum. (HR. At Tirmidzi No. 773, katanya: hasan shahih, Ad Darimi No. 1764, Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: isnaduhu shahih. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 1586, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim, tetapi mereka tidak meriwayatkannya.”)
9. Tanggal 17 Ramadhan
Pada tanggal ini ada dua peristiwa istimewa yang terjadi sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, yakni perang Badar (disebut dengan yaumul furqaan dan yaumut taqal jam’an – hari bertemunya dua pasukan) dan turunnya Al Quran, disebut dengan wa maa anzalnaa ‘ala ‘abdinaa (dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami).
Allah Ta’ala berfirman
و اعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آَمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, Yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Anfal (8): 41)
Imam Ibnu Jarir Rahimahullah meriwayatkan demikian:
قال الحسن بن علي بن أبي طالب رضي الله عنه: كانت ليلة “الفرقان يوم التقى الجمعان”، لسبع عشرة من شهر رمضان.
“Berkata Al Hasan bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu: Adalah ‘malam Al Furqan hari di mana bertemunya dua pasukan’ terjadi pada 17 Ramadhan.” (Jami’ Al Bayan, 13/562. Muasasah Ar Risalah)
10. Lailatul Qadar
Malam ini terjadi pada sepuluh malam terakhir, kemungkinannya pada malam-malam ganjil sebagaimana telah diketahui bersama.  Keistimewaan malam ini diterangkan dalam Al Quran:
{ إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنزلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5) }
 “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr (97): 1-5)
Ada banyak keutamaan Lailatul Qadar, di sini kami sebutkan dua saja:
Pertama, malam turunnya Al Quran. Lalu bagaimana dengan 17 Ramadhan? Bukankah juga waktu diturunkannya Al Quran? Dan bukankah keduanya merupakan waktu yang berbeda?
Maka untuk mentaufiq (kompromi) antara dua keterangan ini (Lailatul Qadar dan 17 Ramadhan), sebagian ulama mengatakan Al Quran diturunkan dua kali tahap. Tahap pertama diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah  di langit dunia pada Lailatul Qadar secara langsung, tahap selanjutnya,  diturunkan dari langit dunia ke kehidupan manusia secara bertahap selama hampir 23 tahun, yang diawali pada 17 Ramadhan di Gua Hira. Inilah pendapat Ibnu Abbas.  Dengan demikian antara dua ayat ini tidak ada pertentangan sama sekali, justru saling mendukung. Inilah pendapat yang benar.
 Berkata Imam Ibnu Jarir tentang surat Al Qadar ayat 1:
إنا أنزلنا هذا القرآن جملة واحدة إلى السماء الدنيا في ليلة القَدْر
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al Quran ini secara satu kesatuan menuju langit dunia pada Lailatul Qadar.”
Beliau mengutip dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma:
نزل القرآن كله مرة واحدة في ليلة القدر في رمضان إلى السماء الدنيا، فكان الله إذا أراد أن يحدث في الأرض شيئًا أنزله منه حتى جمعه.
“Seluruh Al Quran diturunkan  sekali turun pada  Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan menuju langit dunia, jika Allah hendak ‘berbicara’ sesuatu di bumi Dia menurunkannya sampai semuanya (lengkap).”
Beliau juga mengatakan:
نزل القرآن في ليلة من السماء العليا إلى السماء الدنيا جملة واحدة، ثم فُرِّق في السنين، وتلا ابن عباس هذه الآية:( فَلا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ ) قال: نزل متفرّقا.
“Allah menurunkan Al Quran pada malam (Al Qadar) dari langit paling tinggi menuju langit dunia dalam satu kesatuan, lalu membaginya dalam waktu bertahun-tahun.” Lalu, Ibnu Abbas membaca ayat:   “Maka aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.” Artinya: Al Quran turun secara terbagi-bagi.
Asy Sya’bi Rahiallahu ‘Anhu mengatakan:
نزل أول القرآن في ليلة القدر.
“Allah menurunkan Al Quran pertama kali pada Lailatul Qadar.”
Dari Asy Sya’bi juga:
بلغنا أن القرآن نزل جملة واحدة إلى السماء الدنيا
“Telah sampai kepada kami bahwa Al Quran diturunkan dalam satu kesatuan ke langit dunia. (lihat semua dalam   Jami’ Al Bayan, 24/531-532)
Kedua, nilai Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan.
Imam Mujahid Rahimahullah berkata tentang ayat tersebut:
عملها وصيامها وقيامها خير من ألف شهر.
“Amal pada malam itu, puasanya, dan qiyamul lailnya, lebih baik (nilainya) dari seribu bulan.”
Imam Mujahid juga menjelaskan:
كان في بني إسرائيل رجل يقوم الليل حتى يصبح، ثم يجاهد العدوّ بالنهار حتى يُمْسِيَ، ففعل ذلك ألف شهر، فأنزل الله هذه الآية:( لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ) قيام تلك الليلة خير من عمل ذلك الرجل.
“Dahulu pada Bani Israil ada seorang laki-laki yang shalat malam hingga pagi hari, kemudian dia pergi jihad melawan musuh pada siang harinya hingga sore, dan dia melakukan itu hingga seribu tahun. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini: (Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan), qiyamul lail pada malam itu lebih baik dibanding amal laki-laki tersebut.” (Ibid)
Sementara Amru bin Qais Al Mala’i Rahimahullah berkata:
عملٌ فيها خير من عمل ألف شهر.
“Amal pada malam itu (nilainya) lebih baik dari amal seribu bulan.” (Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wilil Quran,  24/ 533)



Ini adalah sunnatullah dalam suatu perjuangan..
Sama-sama memulai garis start, tapi bisa jadi ketika peluit tanda dimulainya pertandingan (baca:amanah) ada dari teman-teman seperjuangan kita yang larinya sudah begitu jauh sampai tidak terlihat pandang. Ada pula dari mereka yang sudah jauh berlari lalu berhenti di tengah jalan karena kelelahan dan sejenak menarik napas panjang. Sementara peserta yang lain menyusul mendahului lajunya. Ada pula yang baru berlari sejarak pandang tapi lalu kembali lagi ke garis awal bahkan meninggalkan pertandingan. Tak sedikit pula yang sudah jauh di depan, bercucuran keringat tanpa ada peserta lain yang menyusulnya untuk membagi air minum pelepas dahaga dengannya, lantas tak pernah muncul lagi di garis finish. Pun ada orang-orang yang masih berlari pelan-pelan atau malah berjalan sambil berusaha menyusul ketertinggalan.

Percayalah kawan, janganlah bersedih untuk itu. Jika merasa sudah terlalu jauh melangkah tanpa ada seseorang yang mampu menyandingi, mungkin itulah saatnya untuk mengatur kembali langkah kaki agar tidak begitu jauh dari teman di belakangnya, untuk memberikan semangat padanya bahwa ia pasti bisa menyaingi dirinya dan berjuang bersama kembali. Atau ketika sudah terlalu lelah berlari (memikul amanah), mungkin ada baiknya sejenak menarik napas. Tapi tidak berhenti, setelah tenaga dan napas teratur, maka kembali berlari melanjutkan pertandingan. Tidak ada salahnya untuk meminta bantuan apabila diperlukan. Dan untuk sahabat seperjuangan yang masih terlalu jauh langkahnya di belakang, jangan lantas menyerah dan hanyut oleh perasaan bersalah. Percayalah bahwa masih ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan. Berusaha untuk menyejajari mereka yang sudah terlebih dahulu berlari kencang dengan memberikan usaha terbaik yang dimiliki. 

Lalu ketika tiba di sebuah shelter pemberhentian, rapatkan kembali barisan. Susun strategi bersama, satukan suhu. Menyiapkan bekal terbaik, lantas kembali melangkah menunaikan amanah yang ada hingga kaki menjejak syurga-Nya. "Inilah yang dimaksud, when we done (ketika kita 'selesai')"


Hari ini dapat dua cerita hikmah tentang "persepsi", check this out...

Pernah membaca atau mendengar kisah tentang Abu Nawas, putranya, dan seekor keledai? Suatu ketika Abu Nawas dan putranya sedang berjalan di pasar dengan keledai yang mereka miliki. Pada Awalnya Abu Nawas-lah yang menaiki keledai tersebut, lalu kumpulan orang pertama yang melewati dan melihat hal itu, mengatakan bahwa Abu Nawas adalah ayah yang buruk karena membiarkan putranya kelelahan menuntun jalan keledai sementara ia sendiri asyik duduk di atas keledai tersebut. Maka turunlah Abu Nawas dan  menyuruh anaknya untuk gantian duduk di atas keledainya. 

Mereka pun meneruskan perjalanan, lalu bertemu kembali dengan kumpulan orang kedua. Mereka mencemooh Putra Abu Nawas karena membiarkan Sang Ayah yang sudah tidak muda lagi berjalan kaki menuntun keledai yang ia naiki. Mendengar hal itu, maka turunlah Sang Putra dan bersama Sang Ayah menuntun keledai tersebut. 

Tiba di suatu tempat, kumpulan orang ketiga yang melihat keledai yang kosong tanpa penghuni itu menertawai Abu Nawas dan putranya karena begitu bodoh tidak menunggangi keledai tersebut yang memang di masa itu diperuntukkan untuk membawa penumpang atau barang-barang. Maka sudah bisa ditebak kan? Lagi-lagi mendengar tertawaan tersebut, Abu Nawas dan Putranya bersama-sama menunggangi keledai tersebut untuk meneruskan perjalanan. 

Namun di tengah jalan, mereka bertemu lagi dengan kumpulan orang keempat yang mencaci maki kedua Ayah dan anak itu habis-habisan karena dianggap tidak ber"peri-kebinatangan" atau ber"peri-kehewanan". Dan mereka berdua pun turun dari atas keledai tersebut. Begitulah seterusnya berulang-ulang. 

Jadi kawan, memantaskan diri dengan "pandangan" atau "standar" atau "nilai" orang lain tidak akan ada habis-habisnya. Selalu terdapat cela di sana dan yang ada jadi capek sendiri kan? kasihan Abu Nawas dan putranya :). Alangkah indah apabila kita memantaskan diri dengan nilai-nilai yang sudah Allah tetapkan melalui tauladan Rasul-Nya, firman-Nya dalam Al-Qur'an, dan petunjuk Rasulullah dalam sunnah.

Kisah hikmah yang kedua...
Alkisah, di suatu tempat sedang ada pembangunan masjid. Seorang anak kecil tengah berlari-larian dan bermain dengan girang di sana. Ketika melihat seorang bapak tukang di dekatnya, ia pun bertanya, "Bapak lagi ngapain?. Sang Bapak yang ditanya pun menjawab, "Bapak sedang mengaduk semen, Dik," Jawaban yang diberikan begitu singkat dan sederhana sesuai dengan apa yang sedang ia kerjakan.

Anak itu pun berlarian lagi dan bertemu dengan bapak tukang yang kedua, "Bapak lagi ngapain?" tanyanya. Bapak yang ditanya menjawab, "Bapak lagi mencari nafkah, Dik, supaya bisa membeli beras dan menyekolahkan anak Bapak". Jawaban yang diberikan Bapak ini lebih panjang dan agak rumit (untuk ukuran seorang anak kecil). 

Mendengar jawaban Bapak yang kedua, Si Anak pun berlalu pergi dan mendekati bapak tukang yang ketiga dan melontarkan pertanyaan yang sama. Bapak tukang ketiga menjawab, "Bapak sedang membangun mesjid, Dik," jawaban yang diucapkan lebih rumit lagi dan luas. 

Dan tibalah Si Anak bertanya kepada bapak tukang yang terakhir, "Bapak lagi ngapain, sih?" Sang Bapak tukang yang ditanya pun menoleh, tersenyum, dan menjawab, "Bapak sedang membangun sebuah tempat yang akan menjadi cikal bakal peradaban islam, Dik,"

Subhanallah, pertanyaan yang sama namun empat jawaban yang berbeda yang menunjukkan sudut pandang orang yang mengartikan pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Kelihatannya sepele bukan? cuma ngaduk semen, tapi bapak tukang keempat mampu melihat pekerjaan yang dilakukannya jauh ke depan dan alhasil melakukan pekerjaan tersebut dengan kebanggaan. Jadi gak ada pekerjaan yang remeh temeh kan di dunia ini? semuanya punya peran masing-masing jika kita mampu melakukannya dengan sepenuh hati dan dengan pemahaman yang utuh.

Petugas pembersih sampah misalnya, jangan menyebut mereka sebagai "tukang sampah" justru merekalah yang memungut dan membersihkan sampah dari para "tukang sampah" sebenarnya, :) Dalam salah satu buku fiksi anak-anak yang pernah saya baca (judulnya "MOMO"), penulis cerita tersebut menuturkan "bahkan jika perlu, sekalipun ia adalah petugas penyapu jalanan, menyapulah laiknya Michael Angelo yang sedang memahat karyanya". 

Indah bukan jika kita mampu mengubah sudut pandang ke visi yang lebih baik ^_^ 


"Dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Ia memerintahkan kepada para Rasul. Allah swt. berfirman, 'Hai para Rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan lakukanlah pekerjaan yang baik.' (QS. Al-Mukminun:51) Allah swt. juga berfirman, 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik dari yang telah Kami rezekikan kepadamu,' (QS. Al-Baqarah:172)
Kemudian Rasulullah bercerita tentang seseorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor. Ia menadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa, 'Ya Rabb, ya Rabb,' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya kenyang dengan barang haram, maka bagaimana mungkin doanya akan dikabulkan," (HR. Muslim)

Dari hadits di atas, dapat dijelaskan:
1. Sesungguhnya Allah swt. itu Maha Baik, maka hanya menerima yang baik. Di sini termasuk amal perbuatan, dan makanan yang dimakan haruslah halal.

2. Syarat amal perbuatan diterima Allah swt. adalah, :
- Makanan yang dimakan halal, QS Al-Baqarah:172. 
Makanan haram yang dimakan dapat menjadi penggugur amal. Ada testimoni, bahwa menemukan makanan yang halal di luar negeri itu jauh lebih mudah daripada di negeri sendiri. Ini karena di sana sudah ada halal guide dari lembaga sejenis MUI setempat. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan, terutama makanan yang belum ada label sertifikasi "halal" dari MUI dan jenis makanan lain yang ada indikasi atau dikhawatirkan mengandung zat yang haram. Buat  jaga-jaga, bisa gabung di grup atau milis yang membahas tentang makanan halal, seperti halal corner. Dan yang terpenting adalah baca "bismillah" sebelum makan untuk melindungi diri dari hal-hal yang belum kita tahu. Ini untuk jenis makanan kakilima pinggir jalan ya, tapi kalo di tempat makan yang memang jelas/masih ada kekhawatiran tentang kehalalannya jangan lantas menggampangkan dengan membaca bismillah...

3. Makanan yang tidak halal dapat menjadi perusak amal.

4. Seorang muslim berlepas diri dari harta yang haram. 
-  Doa yang dikabulkan Allah swt, adalah:
1) orang yang lama bepergian. Kenapa? hal ini dikarenakan, dalam bepergian sangat mungkin adanya penderitaan ketika melakukan perjalanan. Seperti rasa lelah, dan lapar. Apalagi buat mereka yang harus merantau ke pulau seberang bahkan mungkin ke negeri orang yang berbeda bahasa dan budaya sehingga membutuhkan penyesuaian yang tidak mudah. Mungkin saja akan terdapat ujian dalam bergaul, dalam ekonomi, dsb. Contoh sederhana dari ini adalah para musafir.
 
2) Dalam pakaiannya, bersikap sederhana (zuhud). Kita cek bareng-bareng yuk apakah pakaian yang kita kenakan dalam berdoa adalah pakaian yang didapat dengan cara yang halal? ataukah ada dari sesuatu yang melekat dari diri kita yang berasal dari sumber atau zat yang haram.

3) Menadahkan tangan ke langit. Ini merupakan salah satu adab dalam berdoa. Sesungguhnya Allah senang dengan seorang mukmin yang berdoa kepadanya, Dan Allah malu apabila ada dari hambaNya yang menadahkan tangan berdoa padanya tapi ia kembali dengan nihil (tidak mendapat apa-apa). Jadi yuk kita berlomba-lomba berdoa pada Allah dengan penuh kekhusyuan ^_^. Berdoa juga menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kuasa apapun atas diri kita dan ada Dzat lain yang Maha Kuasa dari kita.

4) Mendesah kepada Allah agar doa dikabulkan. Doa itu seperti "sum-sum" ibadah. Sum-sum itu gimana sih? dia bagian yang paling bergizi kan. Nah, seperti itulah doa. Doa adalah senjatanya orang mukmin. Yuk kita luangkan waktu untuk berdoa padanya, baik di saat sempit maupun di saat lapang.

-Yang menghalangi doa dikabulkan:
1) Makanan dan pakaian yang haram   
Untuk membersihkan diri dari harta, di dalam Al-Qur'an sudah tertera caranya. Yakni dengan berzakat, infak, dan shadaqoh. Berinfaklah dengan harta yang halal. Ketika kita menemukan uang misalnya, jangan langsung diambil. Sedekahkan uang itu bila tidak memungkinkan bagi kita untuk menemukan pemilik dari uang tersebut. Atasnamakan infak itu untuk si pemilik uang yang kehilangan. ^_^ Juga hindari berinfak dengan utang karena akan menimbulkan masalah baru. 

Semoga bermanfaat.. 
(Sumber: Buku Al Wafi', Syarah Hadits Arba'in. Penerbit: Pustaka Al Kautsar)


Lima tahun kau membunyikan simfoni indah itu, yang membimbingku dan teman-teman. Mengantarkan kami menapaki jalan keridhoan-Nya. Kau ajari kami banyak hal. Kau bagikan ilmu tanpa merasa rugi dan lelah. Kesabaranmu dalam menghadapi tingkah kami yang kekanak-kanakkan dan menjemukan. Kasih sayangmu, perhatianmu. Kau adalah teman, kakak, ibu, dan guru terbaik yang pernah kumiliki. Yang menjadi pengisi hari dan tambahan semangat di tiap pekan yang berlalu. Selalu tak sabar bertemu. Ada perasaan was-was tiap kali berjumpa denganmu, sambil terus bertanya pada diri apakah aku sudah lebih dan lebih baik dari pertemuan kita yang terakhir. Lima tahun. Kenangan yang ada bersamamu. 

Ketika teman seperjuangan datang silih berganti sementara Aku tetap di sini. Kepergian yang memilukan dan pertemuan dengan teman baru lainnya yang menyenangkan. Saat bersamamu, tak pernah kutahu betapa besar arti kehadiranmu. Kau yang dulunya asing. Bahkan hati sempat membenci karena harus berpisah dengan orang yang lebih dulu kusayangi. Perlahan mencoba menerima keadaan, belajar untuk melepaskan. Dan akhirnya ketika Aku bisa menerima kehadiranmu, belum lama, Aku harus kembali berpisah. Dan kau menjadi asing kembali. 

Teringat saat-saat bersama saling mengunjungi dengan teman-teman yang kini sudah tak berada di sini. Sekedar menanyakan kabar, menyambung, dan mengeratkan tali silaturahim. Kegiatan memasak bersama, juga ketika kami berdebat antara bakso daging sapi dan ikan :) dengan bijak kau mengatakan masakan itu tetap enak walau rasanya agak aneh. Teringat, saat kita bersama-sama ber-itikaf di malam penuh berkah di Bulan Ramadhan tahun itu. Ketika kau membawa persiapan yang kami butuhkan tanpa pamrih saat kami bahkan tidak terpikir untuk membawanya, dan saat kita menikmati makanan itu bersama-sama, saling berbagi. Juga ketika untuk pertama kalinya tahun lalu, aku membuat masakan untukmu ketika ifthar bersama di rumah yang baru. Saat itu, karena ulahku, seluruh masakan menjadi asin.. :) Tapi kau tetap menyantap masakan itu dengan penuh penghargaan. 

Saat itu tidak pernah terpikir bahwa kita akan/harus berpisah. Kupikir selamanya kau bisa menjadi kakak bagi kami. Sedari kami masih mengenakan baju putih abu, hingga kini kami sudah mengenakan toga, mencicipi bangku kuliah, dan berbaur dengan masyarakat dalam pekerjaan. Selama itu, walau iman dan semangat kami seringkali pasang dan surut, tapi kau setia membimbing kami. Hingga akhirnya aku tersadar. Perpisahan adalah hal yang pasti. Tiba-tiba saja, aku selalu merindukanmu, diam-diam berharap, perpisahan ini tidak perlu terjadi.

Saat berpisah, hati ini terus kubujuk. Terus bertahan untuk kuat. Untuk tidak menangis di depanmu. Hingga saat deru mobil membawaku pergi dari tempatmu, airmataku pun tak mampu kubendung. Tak kupedulikan lagi sekeliling. Kulihat lamat-lamat jalanan yang setiap pekan kulalui untuk berkumpul bersama dalam lingkaran ukhuwah itu. Tiba-tiba tersadar. Tilawah qur'an tadi mungkin saja menjadi tilawah terakhir bersamamu. Jabat hangat dan pelukan tadi mungkin saja yang terakhir. Salam yang terucap tadi juga mungkin saja menjadi yang terakhir... Dalam doa rabithah yang lirih terucap sambil membayangkan wajahmu dan teman-teman.

Ukhti... Terimakasih...
Doomo Arigatou gozaimasu! 
Gamsahamnida...
Jazakillah Khairan Katsiran...

Telah menjadi teman, kakak, pengganti ibu, dan guru yang baik.
Mohon maaf atas segala khilaf selama ini. Aku akan berusaha menjadi pribadi yang baik dan tidak akan mengecewakanmu. Semoga kelak Allah SWT akan mempertemukan kita lagi dalam lingkaran ukhuwah itu di jannah-Nya.


"Seorang anak akan selalu berharap agar tidak lagi membuat Ayah dan Ibunya khawatir. Tapi nyatanya, seringkali, ia akan selalu membuat Ayah dan Ibunya khawatir. Memang begitulah adanya, selamanya mereka akan terus mengkhawatirkannya. Karena setua apapun usia si anak, bagi orangtuanya dia tetaplah 'anak kecil' mereka."

 ***
Hari itu ketika Sang Anak bertemu dengan Ayahnya secara tak sengaja di pinggir jalan sepulang dari sekolah. Sang Ayah dengan baju kumalnya dan wajah yang pucat tersenyum begitu lebar pada si Anak, sekaligus berusaha merapikan dirinya agar terlihat 'pantas' di depan anak kesayangannya, "Nak, baru pulang sekolah? Sudah begitu malam, apa kamu sehat-sehat saja?" tanya Sang Ayah.

Sang Anak tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya bertemu dengan Sang Ayah yang telah lama tidak ia jumpai, tenggorokannya serasa tercekat menahan haru dan airmata yang segera akan tumpah, " Aku baik-baik saja, Ayah. Ayah bagaimana?" ucapnya sekuat tenaga untuk tidak menangis.

"Ayah baik-baik saja. Bagaimana sekolahmu? apakah lancar?" yang dibalas dengan anggukan dari Sang Anak. ,"Nak, ini ada uang untukmu. Jumlahnya tidak seberapa tapi semoga bisa kau gunakan untuk ongkos ke sekolah atau untuk jajan nanti," kata Sang Ayah sambil menyodorkan beberapa lembar uang rupiah pecahan Rp 1.000,- yang sudah kumal. Dengan berat hati Sang Anak menerima uang tersebut. Tanpa ia tahu, sebenarnya uang yang diberikan Sang Ayah adalah uang terakhir yang dimilikinya untuk mengisi perut esok hari.

Dipandanginya wajah Sang Ayah yang tidak lagi muda. Hampir-hampir ia lupa bagaimana wajah Ayahnya dulu. Rambutnya sudah mulai banyak yang memutih, garis wajahnya pun tidak sekeras dulu. Dalam benaknya, Sang Anak teringat terakhir kali bertemu dengan Sang Ayah adalah tiga tahun lalu ketika orangtuanya memutuskan untuk berpisah karena perselisihan di antara keduanya.  

"Nak, Ayah harus pergi dulu ke suatu tempat. Lain kali jika kita bertemu lagi, Ayah akan memberikan uang yang lebih banyak untukmu, dan kita bisa jalan-jalan bersama, ya," ucap Sang Ayah sambil menepuk lembut pundak Anak kesayangannya.

"Em.. Ayah, hati-hati, ya," jawab Sang Anak sambil mencium punggung tangan Ayahnya. Sang Ayah pun berlalu pergi. Dari jarak yang semakin menjauh, Sang Anak takjim melihat punggung Ayahnya yang lambat laun menghilang di persimpangan jalan. Airmata yang sedari tadi coba ia tahan pun, mengalir deras.

Sang Anak teringat ketika Sang Ayah sekali waktu datang mengunjunginya dengan wajah yang gembira sambil membawa kue kecil yang tidak seberapa jumlahnya dan buah-buahan yang juga tidak mulus lagi rupanya, berharap melihat wajah Sang Anak yang merasa senang ketika memakannya. Dan ketika Sang Ayah dulu selalu memboncengnya kemanapun Sang Anak ingin pergi dengan sukacita.

Sang Anak menghapus airmatanya yang tak berhenti mengalir.       
 ***
Di hari yang lain, saat ia bertemu dengan Sang Ibu, hari itu hari yang biasa saja. Tidak ada peristiwa khusus tapi Sang Ibu datang untuk mengunjunginya. Sejak hari perpisahan itu, Sang Anak tinggal di dalam pengasuhan kerabatnya. "Ada apa Ibu berkunjung kesini?" tanya Sang Anak. Ditanya begitu, Sang Ibu membetulkan letak rambutnya dan duduk agak jauh dari Sang Anak, " Tidak ada apa-apa. Apa tidak boleh Ibu melihat Anak kesayangannya?" jawab Ibunya sambil tertawa. Sang Anak tidak begitu memperhatikan Sang Ibu, ia kembali sibuk dengan sesuatu di hadapannya.

Demi merebut perhatian Sang Anak, Sang Ibu pun terus menganggunya dengan macam-macam suruhan dan permintaan. Demi merebut perhatian Anak kesayangannya pun, Sang Ibu iseng membunyikan pemutar suara di telepon selulernya keras-keras. Demi melihat Sang Anak berbicara padanya meski itu adalah sebuah omelan, gerutuan, atau keluhan dari Sang Anak. Tapi bahkan, Sang Ibu tidak pernah mengeluh untuk itu.

"Ibu senang kau sehat-sehat saja, Nak. Ibu kangen padamu. Tapi bahkan kau sedikitpun tidak mengajak Ibu mengobrol jika tidak Ibu suruh ini dan itu. Tapi setidaknya Ibu senang hanya dengan melihatmu," Ucap Sang Ibu di dalam hatinya. Sang Ibu terus tersenyum melihat anaknya yang sedang serius mengerjakan sesuatu.

Hari semakin sore, Sang Ibu pun harus kembali pergi. Sambil menepuk pundak Sang Anak dengan lembut, "Ibu pulang dulu ya, Nak. Daa.." ucap Sang Ibu. Sang Anak mencuri pandang ke arah Sang Ibu yang memunggunginya. Hatinya terenyuh ketika memperhatikan tubuh Ibunya yang pun tidak lagi muda. Wajahnya yang tidak lagi sesegar dulu. Rambutnya yang sudah mulai memutih, bahkan ketika tadi Ibunya menyuruhnya untuk mencabut uban di kepalanya, Sang Anak tertegun melihat begitu banyak rambut putih di sana hingga ia sendiri bingung harus mulai mencabut darimana.

Sang Ibu yang selama tiga tahun ini berjuang untuk Sang Anak yang dicintainya. Walau Sang Ibu tidak pernah mengucapkan rasa sayang secara langsung, tapi Sang Anak bisa merasakan ketulusan dan kasih sayang darinya. Sang Anak teringat ketika Sang Ibu terbangun dan menyelimutinya yang sedang tidur sambil menghalau nyamuk-nyamuk yang menganggu tidurnya, dan ketika Sang Ibu menyuruh Sang Anak makan dengan membiarkan diri sendiri tidak makan dengan berdalih sedang berdiet karena laukpauk yang ada tidak cukup untuk semuanya. Dan ketika Sang Ibu tetap bekerja walaupun saat itu sedang sakit parah karena harus membayar kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Sang Anak.

Mengingat itu semua, Sang Anak menghapus airmatanya yang keluar tanpa henti.  
   ***
Malam yang sunyi, tapi Sang Anak masih terjaga. Lirih Sang Anak berkata sambil bersimpuh, 
"Maukah Ayah dan Ibu menungguku? Sampai saat di mana diri ini bisa membahagiakanmu. Dan mungkin suatu hari nanti kita akan bisa berkumpul bersama lagi seperti dulu,"

"... Makan bersama dalam satu meja, bergurau bersama, dan bersama sebagai sebuah Keluarga,"

"... Apakah kau baik-baik saja di sana? Doaku: Iya,"

"...Yang Maha Memiliki Jiwa, berikanlah Aku kesempatan untuk bahagiakan Ayah dan Ibuku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka selalu menyayangiku di waktu Aku kecil hingga dewasa..." Aamiin...
***
Jika saat ini di dekatmu ada Ayah dan Ibu, rangkullah mereka dengan erat ^_^
Tunjukkan kasih sayangmu pada mereka selagi masih berada di sisi. 
Bersyukur pada-Nya atas setiap hari yang kau lalui bersama mereka.


Pernahkah merasa menyesal? seorang teman pernah berkata, "Jalan tak selamanya milikmu. Sesal yang akhirnya bertemankan gagal tak seharusnya menghantuimu. Tapi mereka berkata, teruslah menyesal sampai pada akhirnya penyesalan menyesal bersamamu" -Shinju-

Ketika teringat dengan rasa sesal itu, tiba-tiba saja diri seperti tidak ingin hidup lagi atau berharap semuanya hanya mimpi. Dan berdoa, ingin segera terbangun...

Tapi kemudian, diri menjadi tersadar, alasan untuk hidup..

"Reason to life: I Dont stop when I'm tired. I Stop when I'm done" -Shinju-

Ia yang  selalu mengingatkan. Membuat melihat ke dalam diri sendiri. Jika lelah, maka tak sepantasnya mengeluh, walau maklum peluh tetap akan mengalir. Berusaha yang terbaik untuk 'menghidupi' kehidupan. Dan ketika diri ini sudah 'selesai', maka berharap itu akan menjadi akhir dengan kesudahan yang baik. Kapankah?  Jangan bertanya, itu rahasiaNya.


"Pilihan itu relatif. Antara baik dan benar. Jangan pernah menjadi yang baik. Jadilah yang benar, karena yang benar membutuhkan ketegasan, dan keharusan untuk terus baik dalam pembenaran. Dan kembali lagi, karena itu hanyalah pilihan" -Shinju-

Hidup itu adalah tentang pilihan-pilihan. Jika saja di dunia ini ada monitor tentang konsekuensi dari banyaknya pilihan yang akan kita pilih, mungkin saja Aku tidak akan memilih pilihan ini..

Jika begitu, Bagaimana kalau di setiap pilihan yang kita pilih, selalu menyertakan Allah SWT? ^_^