0
komentar
Posted in
Label:
azalea
Pengorbanan itu tidak semanis secangkir coklat panas.. lebih mirip kopi pahit tanpa gula. Tapi anehnya, pengorbanan itu akan menimbulkan kekuatan yang ajaib dari semesta. Seperti rasa nikmat gurih kopi yang tertinggal di belakang rasa pahitnya.
Ketika mencoba untuk melakukannya, berkali-kali berkata pada diri, ini adalah hal bodoh yang pernah dilakukan. Sudah jelas tidak akan sempat berada di tempat berbeda dalam satu waktu yang hampir bersamaan, tapi tetap saja memaksakan diri untuk datang menyapa apa yang kami sebut sebagai "cinta". Berharap semoga ada keajaiban seperti hari-hari lalu. Sayangnya hidup tidak selalu seperti cerita sihir dalam komik, atau cerita picisan dalam kotak tv. Hari ini kembali harus menghadapi realita.
Kata perpisahan yang berat untuk diucapkan. Ini untuk yang kesekian kalinya, datang sebelum pertunjukkan dimulai dan pulang sebelum layar panggung ditutup. Padahal jelas-jelas, seharusnya berada di sana hingga pertunjukkan selesai.
Kaki pun terseret-seret dilangkahkan. mengejar kesempatan, merayu waktu agar mau berdamai. dan sampai ke pemberhetian berikutnya dengan tanpa hal. masih berharap ada keajaiban, atau waktu bisa berhenti berputar. lagi, tanpa tahu arah, tak bisa membaca peta pula, berani sekali menyetop metromini yang ambigu jurusannya. entah dia pergi ke tempat yang dituju, atau justru membawaku ke tempat yang lain. Perlahan meninggalkan semuanya di sana. mungkin saja kealpaan kali ini juga tidak meninggalkan jejak, semua mungkin saja berjalan seperti biasa tanpa tergantikan. itulah di mana aku berpijak saat ini. yang tergantikan.
Parahnya lagi, keangkuhan sesaat itu, berubah menjadi efek domino. tanpa kusadari, metromini yang ditumpangi justru membawaku semakin menjauh pergi dari tujuan. Ada apa ini? masih dengan angkuhnya, tetap berusaha seperti tidak terjadi apa-apa. Bersyukur ada tempat yang dikenali, lalu langsung memutuskan berhenti di sana. sebelum semuanya memburuk, batinku.
dimana ini? itulah kalimat pertama yang terlintas di dalam kepala. asing. aku adalah alien. mencoba menekan tuts-tuts di telepon selular, mencari bantuan. tapi tak ada sambutan. asing.
Beranikan diri untuk bertanya, syukurlah, ternyata ini sudah jalan yang tepat. tapi... masih ada keraguan di sana. suara kecil itu, yang kutepis, nantinya akan jadi sebuah penyesalan.
satu jam, aku telah membuang waktu satu jam milikku yang berharga. kalau kau ingin tahu betapa berharganya satu jam itu, tanyalah pada orang yang terjebak macet dijalan, berputar-putar tak tahu arah dengan asing, padahal dengan satu jam itu ia harusnya sudah tiba di separuh jalan menuju tujuannya. jam di telepon seluler sudah hampir menunjukkan tempat pertemuan. aku harus tiba di sana sekarang. tapi, hanya bisa mengandalkan bus sesak penumpang ini. aku sepenuhnya menyandarkan pada kemana bus ini akan membawaku. sepenuhnya aku menyandarkan semuanya pada Pemilik Rencana. karena logika manusia tidak akan berarti sekarang. dengan waktu 30 menit, harus tiba di belahan jakarta bagian timur, padahal saat itu aku tengah berada di belahan jakarta tepat di jantungnya.
waktu berjalan tanpa kompromi. ilmu negosiasi yang dimiliki tak berguna saat ini. Teringat kata salah satu pejuang "cinta" tadi, 'penyesalan itu selalu ada di akhir, ka.. kalo datangnya di depan, namanya bukan penyesalan tapi pendaftaran' akupun tertawa dalam diam. rasa lelah ini membuatku tertidur.
Akhirnya, langkah tiba di tujuan. jangan paksa aku untuk melihat cermin. wajah itu pasti sangat tidak sedap dipandang. hilang semua pemahaman baik tertelan oleh anomali. Entah apakah ini sebuah kado dariNya. ia tahu, tidak ada hal yang lebih kusukai dari langit. Langit senja sore itu, aku melihat matahari terbenam, bersembunyi perlahan dari balik kumpulan awan. jelas sekali. ini jakarta. tapi pemandangan itu sungguh indah. aku tersenyum. dan mencoba mengais serpihan hikmah, hal yang selama ini sering terlupakan.
Biarlah, hari ini terjadi. Aku tidak tahu apakah amanahku di hari ini sudah tertunaikan, hanya saja jika jujur, aku merasa tidak mencapai apapun. semuanya berantakan. Mungkin dia ada sebagai pelajaran. Pulang tadi, sebuah pesan singkat masuk, 'yang mau gabung, kita mau makan nih di sini. #jangan pernah meremehkan sebuah pertemuan. karena bisa saja itu menjadi kunci dari banyak pintu yang terkunci selama ini'.
Aku sungguh berharap...
PS: Ada yang bisa meminjamkanku pintu kemana saja-Doraemon?
0
komentar
Posted in
Label:
awaken by song
http://www.youtube.com/watch?v=FavbFuH0O7U
soyokaze no you ni yasashii kimochi
mamoritai kara sotto
taisetsu na koto o oshiete kureru
mizugiwa no machi itooshikute
setsunai hodo atatakai nukumori no naka de
massugu mae o mite aruku no
ashita mo yuugure made
sasayaka na omoi tsumuideru no
soba ni iru dake de egao ni nareru
wakachiau koto tsutaetakute
ooki na sora narande miageru hoshitashi
egaita yume no hanashi kikasete
kore kara hitotsu hitotsu
yorokobi no kagi o meguriau hito ni
sunao na kokoro no mama kitto
todoketai kono basho kara
kisetsu ga kawaru koto irozuiteku koto
te ni toru you ni kanjite itai
ima o kono toki o
ashita mo yuugure made
sasayaka na omoi tsumuide agetai
dareka ga kureta hohoemi ga
shiawase o dokomade mo tsuzutte yuku
ashita mo
yuugure ni
(sumber lirik: http://www.animelyrics.com/anime/ariaova/ashitayuugure.htm)
Kak Alicia melanjutkan, "dulu, saat aku ragu untuk mengambil junior atau tidak, Akira-lah yang mengajakku ke sini bersama Athena," "kau tahu Akari, dulu aku pernah mengatakan hal yang egois pada Grandma saat beliau akan pergi dari aria company. Aku berkata agar ia jangan pergi dan tetap di sini bersamaku. tapi, Grandma menatapku dan mengatakan, 'kini adalah waktumu melukis kisah lainnya, dengan penerus yang baru. Masaku telah lewat. Alicia, tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja', "saat melihat punggung Grandma dari belakang, aku merasa aman, punggung Grandma. Dan aku merasa takut, aku tidak akan bisa memberikan apa yang Grandma dulu pernah ajarkan padaku kepada orang lain (junior.red) sebaik Grandma dulu membimbing dan mengajariku,"
Akari memandang wajah seniornya dengan saksama. Sebagian wajahnya disinari temaramnya bias lampu. kota. "Akira mengatakan padaku, dulu di man-home (bumi sekarang), kota Venezia ini berkali-kali diterjang banjir dan berkali-kali pula mereka membangun kota ini kembali menjadi Neo Campanile yang baru karena mereka tidak ingin kehilangan setiap kenangan yang berharga dari tempat ini. Jika saja orang-orang dulu berhenti membangun kembali, mungkin hari ini tidak akan ada warisan seindah kota Neo Venezia yang kita lihat saat ini, Akari," Ka Alicia balik memandang wajah Akari. "karena alasan itulah, undine ada di sini. untuk menunjukkan betapa indahnya kota yang kita diami saat ini, Neo Venezia, kepada para pelanggan kita. Dan untuk itulah alasan dirimu ada, Akari. Untuk mewariskan keindahan ini, kau dan undine-undine junior penerus kami-lah, Neo Campanile yang baru"
Airmata meleleh membasahi pipi Akari. Dengan lembut, ia memeluk lengan Kak Alicia dan menyandarkan kepalanya.
"Aku tahu suatu saat nanti aku akan harus berpisah dengan Kak Alicia seperti Kak Alicia dulu dengan Grandma. Tapi biarkan aku menikmati kebersamaan kami yang sekarang, waktu saat ini. Perasaan sederhana yang menyenangkan ini, biarkan aku merasakannya sedikit lebih lama lagi," Aku-Akari.
(*mengingatkanku pada hana-tomodachi dan the seven fighters :')...) kakak.. teman-teman, apa kabar kalian di titik yang berbeda satu sama lain? ^_^ -esta arzu-
0
komentar
Posted in
Label:
azalea
Malam ini bulan hampir mencapai purnama. Azalea terjaga, mata tak bisa terpejam. Ide gila datang menyelusup, terpikir untuk menyapa sang malam. Perlahan menaiki tangga bambu yang berbunyi mengerikan ketika dipijak. Malam itu hanya dia dan bulan. Di atas atap rumah bertemankan sebuah notebook dan coklat panas. Jari jemarinya mulai menari, merekam dialog antara dirinya dan pancaran semu..
A: Ingin jadi ujung tombak perubahan, nyatanya malah jadi ekor perubahan. Hati rasanya tidak pernah sesakit ini saat dulu pernah melupakan. (uap panas secangkir coklat panas membumbung mengangkasa)
S: Sungguhkah ingin menjadi ujung tombak? itu membutuhkan pengorbanan yang luarbiasa..
A: iya, aku tahu. Kau tahu, Derap langkah ini rasanya ingin sekali membersamai mereka. tapi raga belum mampu menyejajarinya. Tak pernah rindu seperti ini, rasa akan dakwah begitu membuncah seperti akan tumpah. Dan sesal tiada bertepi datang melengkapinya.
S: memang seperti apa rasa dari dakwah? semanis coklat di cangkir itukah? bukankah dulu kau pernah dengan lantang meneriakkan di hadapan adikmu, apapun yang terjadi, Allah dulu baru yang lain. Dan itu membutuhkan pengorbanan, rasa yang tidak selalu manis.
A: sungguhkah aku pernah mengatakan itu? (wajahnya menengadah ke langit. Bulan tersenyum)
ah ya, aku ingat. dulu, semangat ini begitu menggelora, selalu jadi yang pertama.selalu rela mendepankan semua untuk dakwah dan tak pernah ragu untuk itu.
S: lalu bagaimana?
A: Benarkah yang kulakukan sekarang ini yang dinamakan telah berdakwah? menyeru kebaikan? atau hanya sekedar tampil di hadapan makhluk yang fana'? Benarkah seperti ini? Atau hanya hanya sebuah label yang tersemat agung dalam pancaran semu tanpa fakta.
S: mungkin saja. terkadang manusia memang seperti itu kan? terlalu sibuk memikirkan label? bangga dengan status semu. seperti aku. Lalu lupa dengan tujuan semula ketika semangat menggelora menyeru kebaikan.
A: itukah diriku?
S: tergantung, apa niatmu dahulu ketika memutuskan melangkah bersama mereka.
A: sepertinya aku sudah tidak ingat lagi dengan ikrarku dulu. dapatkah kau mengingatkanku? perjalanan ini terlalu berliku, hingga aku hanya sibuk di satu titik.
S: bagaimana dengan impian pelangi?
A: pelangi? skenarioku terdahulu?
S: ya, sekarang bukankah kau punya karton kosong lainnya untuk kau lukis menjadi pelangi?
A: (menatap bulan lagi. tanpa sadar, airmatapun meleleh) karton milikku, kenapa justru aku lupa? kenapa justru aku yang diingatkan oleh orang lain? karton putih milikku kini masih belum tersentuh goresan warna seindah pelangi yang kuimpikan. Dilema.
S: siapa yang kau tuntut? yang lain? kenapa bukan dirimu? pena itu ada di tanganmu. mintalah Dia untuk membantumu menggoreskannya.
Ping!! (sebuah pesan singkat masuk)
"kita bersama di sini, sejatinya kita tidak harus menjadi sama. Setiap orang memiliki potensi masing-masing. karena itu, maksimalkan dan tunjukkaa potensi yang kita punya. dan satu lagi, karena apa yang kita lakukan disini semuanya karena cinta)
S: lihat, kau kembali diingatkan. betapa indah persaudaraan bukan? persaudaraan yang terikat karenaNya.
A: karena cinta. itukah jawaban yang aku cari selama ini? karena cinta akan meminta segalanya darimu, waktu luangmu, tidurmu, hidupmu bahkan dalam mimpi-mimpimu. (ia mengulang ucapan yang pernah ia katakan dahulu pada saudara-saudaranya).
S: sekarang bergeraklah. akan ada hal yang sangat berat jika kau terus memikirkannya. tapi, akan ada hal yang teramat ringan jika kau mulai mengerjakannya.
A: perasaan bersalah ini. hati yang sedang merasa mengecewakan. berada di titik seperti ini, membuatku terpikir akan banyaknya pilihan dan posisi ketika kau mau melihatnya dengan hikmah. lucu, dulu aku pernah mati-matian menangani pesakitan macam diriku saat ini, sekarang aku justru yang duduk menjadi terdakwa di kursi pesakitan itu. lucu, sosok yang kubenci, kini aku menjelma menjadi dirinya.
S: semuanya akan baik, jika kau mau sedikit saja mengubah cara pandang. bukankah kau fasih dengan itu?
A: rasanya ada saat dimana aku seperti bicara dengan bisu, mungkin dengan batu.. hati sudah terlalu sesak diperlakukan seperti ini dan itu. mungkinkah rasa sesak ini yang telah membuatku menjadi sosok yang kubenci, sekarang? karena terlalu sering dikecewakan? lalu mengecewakan orang lain?
S: seharusnya itu bukan sebuah jawaban. cinta-lah jawaban sebenarnya. tak masalah kalau kau tak mampu menjadi sama. luruskan niat hanya untuk mencari ridhoNya. lalu dengan bantuanNya, mulailah menggores sketsa pelangi di karton milikmu perlahan. ketulusan yang akan mengalahkan segalanya. tapi ingat, semuanya membutuhkan pengorbanan, kau bisa mulai belajar untuk itu. mengurangi waktu-waktu istirahatmu mungkin, atau pikirkan hal yang bisa kau lakukan.
A: aku sudah tahu... goresan di atas karton dan mewarnainya seindah pelangi. apa warna yang lebih indah dari pelangi?
S: jawabannya ada di dalam hatimu.
Bulan diatas sana masih tetap sama, tapi hati Azalea malam ini tidak pernah lagi menjadi sama. Ia dan pancaran semu. sebuah refleksi yang menyenangkan.
0
komentar
Posted in
Label:
Dakwah
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/31/26075/hari-hari-istimewa-dalam-islam/#ixzz2pTA0jlZg
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
1 komentar
Posted in
Label:
Rabithah
0
komentar
Posted in
Label:
Dakwah
0
komentar
Posted in
Label:
Dakwah
0
komentar
Posted in
Label:
Rabithah
0
komentar
Posted in
Label:
story
"Seorang anak akan selalu berharap agar tidak lagi membuat Ayah dan Ibunya khawatir. Tapi nyatanya, seringkali, ia akan selalu membuat Ayah dan Ibunya khawatir. Memang begitulah adanya, selamanya mereka akan terus mengkhawatirkannya. Karena setua apapun usia si anak, bagi orangtuanya dia tetaplah 'anak kecil' mereka."
Sang Anak tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya bertemu dengan Sang Ayah yang telah lama tidak ia jumpai, tenggorokannya serasa tercekat menahan haru dan airmata yang segera akan tumpah, " Aku baik-baik saja, Ayah. Ayah bagaimana?" ucapnya sekuat tenaga untuk tidak menangis.
"Ayah baik-baik saja. Bagaimana sekolahmu? apakah lancar?" yang dibalas dengan anggukan dari Sang Anak. ,"Nak, ini ada uang untukmu. Jumlahnya tidak seberapa tapi semoga bisa kau gunakan untuk ongkos ke sekolah atau untuk jajan nanti," kata Sang Ayah sambil menyodorkan beberapa lembar uang rupiah pecahan Rp 1.000,- yang sudah kumal. Dengan berat hati Sang Anak menerima uang tersebut. Tanpa ia tahu, sebenarnya uang yang diberikan Sang Ayah adalah uang terakhir yang dimilikinya untuk mengisi perut esok hari.
Dipandanginya wajah Sang Ayah yang tidak lagi muda. Hampir-hampir ia lupa bagaimana wajah Ayahnya dulu. Rambutnya sudah mulai banyak yang memutih, garis wajahnya pun tidak sekeras dulu. Dalam benaknya, Sang Anak teringat terakhir kali bertemu dengan Sang Ayah adalah tiga tahun lalu ketika orangtuanya memutuskan untuk berpisah karena perselisihan di antara keduanya.
"Nak, Ayah harus pergi dulu ke suatu tempat. Lain kali jika kita bertemu lagi, Ayah akan memberikan uang yang lebih banyak untukmu, dan kita bisa jalan-jalan bersama, ya," ucap Sang Ayah sambil menepuk lembut pundak Anak kesayangannya.
"Em.. Ayah, hati-hati, ya," jawab Sang Anak sambil mencium punggung tangan Ayahnya. Sang Ayah pun berlalu pergi. Dari jarak yang semakin menjauh, Sang Anak takjim melihat punggung Ayahnya yang lambat laun menghilang di persimpangan jalan. Airmata yang sedari tadi coba ia tahan pun, mengalir deras.
Sang Anak teringat ketika Sang Ayah sekali waktu datang mengunjunginya dengan wajah yang gembira sambil membawa kue kecil yang tidak seberapa jumlahnya dan buah-buahan yang juga tidak mulus lagi rupanya, berharap melihat wajah Sang Anak yang merasa senang ketika memakannya. Dan ketika Sang Ayah dulu selalu memboncengnya kemanapun Sang Anak ingin pergi dengan sukacita.
Sang Anak menghapus airmatanya yang tak berhenti mengalir.
Demi merebut perhatian Sang Anak, Sang Ibu pun terus menganggunya dengan macam-macam suruhan dan permintaan. Demi merebut perhatian Anak kesayangannya pun, Sang Ibu iseng membunyikan pemutar suara di telepon selulernya keras-keras. Demi melihat Sang Anak berbicara padanya meski itu adalah sebuah omelan, gerutuan, atau keluhan dari Sang Anak. Tapi bahkan, Sang Ibu tidak pernah mengeluh untuk itu.
"Ibu senang kau sehat-sehat saja, Nak. Ibu kangen padamu. Tapi bahkan kau sedikitpun tidak mengajak Ibu mengobrol jika tidak Ibu suruh ini dan itu. Tapi setidaknya Ibu senang hanya dengan melihatmu," Ucap Sang Ibu di dalam hatinya. Sang Ibu terus tersenyum melihat anaknya yang sedang serius mengerjakan sesuatu.
Hari semakin sore, Sang Ibu pun harus kembali pergi. Sambil menepuk pundak Sang Anak dengan lembut, "Ibu pulang dulu ya, Nak. Daa.." ucap Sang Ibu. Sang Anak mencuri pandang ke arah Sang Ibu yang memunggunginya. Hatinya terenyuh ketika memperhatikan tubuh Ibunya yang pun tidak lagi muda. Wajahnya yang tidak lagi sesegar dulu. Rambutnya yang sudah mulai memutih, bahkan ketika tadi Ibunya menyuruhnya untuk mencabut uban di kepalanya, Sang Anak tertegun melihat begitu banyak rambut putih di sana hingga ia sendiri bingung harus mulai mencabut darimana.
Sang Ibu yang selama tiga tahun ini berjuang untuk Sang Anak yang dicintainya. Walau Sang Ibu tidak pernah mengucapkan rasa sayang secara langsung, tapi Sang Anak bisa merasakan ketulusan dan kasih sayang darinya. Sang Anak teringat ketika Sang Ibu terbangun dan menyelimutinya yang sedang tidur sambil menghalau nyamuk-nyamuk yang menganggu tidurnya, dan ketika Sang Ibu menyuruh Sang Anak makan dengan membiarkan diri sendiri tidak makan dengan berdalih sedang berdiet karena laukpauk yang ada tidak cukup untuk semuanya. Dan ketika Sang Ibu tetap bekerja walaupun saat itu sedang sakit parah karena harus membayar kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Sang Anak.
Mengingat itu semua, Sang Anak menghapus airmatanya yang keluar tanpa henti.
"Maukah Ayah dan Ibu menungguku? Sampai saat di mana diri ini bisa membahagiakanmu. Dan mungkin suatu hari nanti kita akan bisa berkumpul bersama lagi seperti dulu,"
"... Makan bersama dalam satu meja, bergurau bersama, dan bersama sebagai sebuah Keluarga,"
"... Apakah kau baik-baik saja di sana? Doaku: Iya,"
"...Yang Maha Memiliki Jiwa, berikanlah Aku kesempatan untuk bahagiakan Ayah dan Ibuku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka selalu menyayangiku di waktu Aku kecil hingga dewasa..." Aamiin...
0
komentar
Posted in
Label:
azalea
Pernahkah merasa menyesal? seorang teman pernah berkata, "Jalan tak selamanya milikmu. Sesal yang akhirnya bertemankan gagal tak seharusnya menghantuimu. Tapi mereka berkata, teruslah menyesal sampai pada akhirnya penyesalan menyesal bersamamu" -Shinju-
Ketika teringat dengan rasa sesal itu, tiba-tiba saja diri seperti tidak ingin hidup lagi atau berharap semuanya hanya mimpi. Dan berdoa, ingin segera terbangun...
Tapi kemudian, diri menjadi tersadar, alasan untuk hidup..
"Reason to life: I Dont stop when I'm tired. I Stop when I'm done" -Shinju-
Ia yang selalu mengingatkan. Membuat melihat ke dalam diri sendiri. Jika lelah, maka tak sepantasnya mengeluh, walau maklum peluh tetap akan mengalir. Berusaha yang terbaik untuk 'menghidupi' kehidupan. Dan ketika diri ini sudah 'selesai', maka berharap itu akan menjadi akhir dengan kesudahan yang baik. Kapankah? Jangan bertanya, itu rahasiaNya.
0
komentar
Posted in
Label:
azalea
"Pilihan itu relatif. Antara baik dan benar. Jangan pernah menjadi yang baik. Jadilah yang benar, karena yang benar membutuhkan ketegasan, dan keharusan untuk terus baik dalam pembenaran. Dan kembali lagi, karena itu hanyalah pilihan" -Shinju-
Hidup itu adalah tentang pilihan-pilihan. Jika saja di dunia ini ada monitor tentang konsekuensi dari banyaknya pilihan yang akan kita pilih, mungkin saja Aku tidak akan memilih pilihan ini..
Jika begitu, Bagaimana kalau di setiap pilihan yang kita pilih, selalu menyertakan Allah SWT? ^_^