Hari ini dapat dua cerita hikmah tentang "persepsi", check this out...
Pernah membaca atau mendengar kisah tentang Abu Nawas, putranya, dan seekor keledai? Suatu ketika Abu Nawas dan putranya sedang berjalan di pasar dengan keledai yang mereka miliki. Pada Awalnya Abu Nawas-lah yang menaiki keledai tersebut, lalu kumpulan orang pertama yang melewati dan melihat hal itu, mengatakan bahwa Abu Nawas adalah ayah yang buruk karena membiarkan putranya kelelahan menuntun jalan keledai sementara ia sendiri asyik duduk di atas keledai tersebut. Maka turunlah Abu Nawas dan menyuruh anaknya untuk gantian duduk di atas keledainya.
Mereka pun meneruskan perjalanan, lalu bertemu kembali dengan kumpulan orang kedua. Mereka mencemooh Putra Abu Nawas karena membiarkan Sang Ayah yang sudah tidak muda lagi berjalan kaki menuntun keledai yang ia naiki. Mendengar hal itu, maka turunlah Sang Putra dan bersama Sang Ayah menuntun keledai tersebut.
Tiba di suatu tempat, kumpulan orang ketiga yang melihat keledai yang kosong tanpa penghuni itu menertawai Abu Nawas dan putranya karena begitu bodoh tidak menunggangi keledai tersebut yang memang di masa itu diperuntukkan untuk membawa penumpang atau barang-barang. Maka sudah bisa ditebak kan? Lagi-lagi mendengar tertawaan tersebut, Abu Nawas dan Putranya bersama-sama menunggangi keledai tersebut untuk meneruskan perjalanan.
Namun di tengah jalan, mereka bertemu lagi dengan kumpulan orang keempat yang mencaci maki kedua Ayah dan anak itu habis-habisan karena dianggap tidak ber"peri-kebinatangan" atau ber"peri-kehewanan". Dan mereka berdua pun turun dari atas keledai tersebut. Begitulah seterusnya berulang-ulang.
Jadi kawan, memantaskan diri dengan "pandangan" atau "standar" atau "nilai" orang lain tidak akan ada habis-habisnya. Selalu terdapat cela di sana dan yang ada jadi capek sendiri kan? kasihan Abu Nawas dan putranya :). Alangkah indah apabila kita memantaskan diri dengan nilai-nilai yang sudah Allah tetapkan melalui tauladan Rasul-Nya, firman-Nya dalam Al-Qur'an, dan petunjuk Rasulullah dalam sunnah.
Kisah hikmah yang kedua...
Alkisah, di suatu tempat sedang ada pembangunan masjid. Seorang anak kecil tengah berlari-larian dan bermain dengan girang di sana. Ketika melihat seorang bapak tukang di dekatnya, ia pun bertanya, "Bapak lagi ngapain?. Sang Bapak yang ditanya pun menjawab, "Bapak sedang mengaduk semen, Dik," Jawaban yang diberikan begitu singkat dan sederhana sesuai dengan apa yang sedang ia kerjakan.
Anak itu pun berlarian lagi dan bertemu dengan bapak tukang yang kedua, "Bapak lagi ngapain?" tanyanya. Bapak yang ditanya menjawab, "Bapak lagi mencari nafkah, Dik, supaya bisa membeli beras dan menyekolahkan anak Bapak". Jawaban yang diberikan Bapak ini lebih panjang dan agak rumit (untuk ukuran seorang anak kecil).
Mendengar jawaban Bapak yang kedua, Si Anak pun berlalu pergi dan mendekati bapak tukang yang ketiga dan melontarkan pertanyaan yang sama. Bapak tukang ketiga menjawab, "Bapak sedang membangun mesjid, Dik," jawaban yang diucapkan lebih rumit lagi dan luas.
Dan tibalah Si Anak bertanya kepada bapak tukang yang terakhir, "Bapak lagi ngapain, sih?" Sang Bapak tukang yang ditanya pun menoleh, tersenyum, dan menjawab, "Bapak sedang membangun sebuah tempat yang akan menjadi cikal bakal peradaban islam, Dik,"
Subhanallah, pertanyaan yang sama namun empat jawaban yang berbeda yang menunjukkan sudut pandang orang yang mengartikan pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Kelihatannya sepele bukan? cuma ngaduk semen, tapi bapak tukang keempat mampu melihat pekerjaan yang dilakukannya jauh ke depan dan alhasil melakukan pekerjaan tersebut dengan kebanggaan. Jadi gak ada pekerjaan yang remeh temeh kan di dunia ini? semuanya punya peran masing-masing jika kita mampu melakukannya dengan sepenuh hati dan dengan pemahaman yang utuh.
Petugas pembersih sampah misalnya, jangan menyebut mereka sebagai "tukang sampah" justru merekalah yang memungut dan membersihkan sampah dari para "tukang sampah" sebenarnya, :) Dalam salah satu buku fiksi anak-anak yang pernah saya baca (judulnya "MOMO"), penulis cerita tersebut menuturkan "bahkan jika perlu, sekalipun ia adalah petugas penyapu jalanan, menyapulah laiknya Michael Angelo yang sedang memahat karyanya".
Indah bukan jika kita mampu mengubah sudut pandang ke visi yang lebih baik ^_^