twitter


Pengorbanan itu tidak semanis secangkir coklat panas.. lebih mirip kopi pahit tanpa gula. Tapi anehnya, pengorbanan itu akan menimbulkan kekuatan yang ajaib dari semesta. Seperti rasa nikmat gurih kopi yang tertinggal di belakang rasa pahitnya.

Ketika mencoba untuk melakukannya, berkali-kali berkata pada diri, ini adalah hal bodoh yang pernah dilakukan. Sudah jelas tidak akan sempat berada di tempat berbeda dalam satu waktu yang hampir bersamaan, tapi tetap saja memaksakan diri untuk datang menyapa apa yang kami sebut sebagai "cinta". Berharap semoga ada keajaiban seperti hari-hari lalu. Sayangnya hidup tidak selalu seperti cerita sihir dalam komik, atau cerita picisan dalam kotak tv. Hari ini kembali harus menghadapi realita.

Kata perpisahan yang berat untuk diucapkan. Ini untuk yang kesekian kalinya, datang sebelum pertunjukkan dimulai dan pulang sebelum layar panggung ditutup. Padahal jelas-jelas, seharusnya berada di sana hingga pertunjukkan selesai.

Kaki pun terseret-seret dilangkahkan. mengejar kesempatan, merayu waktu agar mau berdamai. dan sampai ke pemberhetian berikutnya dengan tanpa hal. masih berharap ada keajaiban, atau waktu bisa berhenti berputar. lagi, tanpa tahu arah, tak bisa membaca peta pula, berani sekali menyetop metromini yang ambigu jurusannya. entah dia pergi ke tempat yang dituju, atau justru membawaku ke tempat yang lain. Perlahan meninggalkan semuanya di sana. mungkin saja kealpaan kali ini juga tidak meninggalkan jejak, semua mungkin saja berjalan seperti biasa tanpa tergantikan. itulah di mana aku berpijak saat ini. yang tergantikan.

Parahnya lagi, keangkuhan sesaat itu, berubah menjadi efek domino. tanpa kusadari, metromini yang ditumpangi justru membawaku semakin menjauh pergi dari tujuan. Ada apa ini? masih dengan angkuhnya, tetap berusaha seperti tidak terjadi apa-apa. Bersyukur ada tempat yang dikenali, lalu langsung memutuskan berhenti di sana. sebelum semuanya memburuk, batinku.

dimana ini? itulah kalimat pertama yang terlintas di dalam kepala. asing. aku adalah alien. mencoba menekan tuts-tuts di telepon selular, mencari bantuan. tapi tak ada sambutan. asing.

Beranikan diri untuk bertanya, syukurlah, ternyata ini sudah jalan yang tepat. tapi... masih ada keraguan di sana. suara kecil itu, yang kutepis, nantinya akan jadi sebuah penyesalan.

satu jam, aku telah membuang waktu satu jam milikku yang berharga. kalau kau ingin tahu betapa berharganya satu jam itu, tanyalah pada orang yang terjebak macet dijalan, berputar-putar tak tahu arah dengan asing, padahal dengan satu jam itu ia harusnya sudah tiba di separuh jalan menuju tujuannya. jam di telepon seluler sudah hampir menunjukkan tempat pertemuan. aku harus tiba di sana sekarang. tapi, hanya bisa mengandalkan bus sesak penumpang ini. aku sepenuhnya menyandarkan pada kemana bus ini akan membawaku. sepenuhnya aku menyandarkan semuanya pada Pemilik Rencana. karena logika manusia tidak akan berarti sekarang. dengan waktu 30 menit, harus tiba di belahan jakarta bagian timur, padahal saat itu aku tengah berada di belahan jakarta tepat di jantungnya.

waktu berjalan tanpa kompromi. ilmu negosiasi yang dimiliki tak berguna saat ini. Teringat kata salah satu pejuang "cinta" tadi, 'penyesalan itu selalu ada di akhir, ka.. kalo datangnya di depan, namanya bukan penyesalan tapi pendaftaran' akupun tertawa dalam diam. rasa lelah ini membuatku tertidur.

Akhirnya, langkah tiba di tujuan. jangan paksa aku untuk melihat cermin. wajah itu pasti sangat tidak sedap dipandang. hilang semua pemahaman baik tertelan oleh anomali. Entah apakah ini sebuah kado dariNya. ia tahu, tidak ada hal yang lebih kusukai dari langit. Langit senja sore itu, aku melihat matahari terbenam, bersembunyi perlahan dari balik kumpulan awan. jelas sekali. ini jakarta. tapi pemandangan itu sungguh indah. aku tersenyum. dan mencoba mengais serpihan hikmah, hal yang selama ini sering terlupakan.

Biarlah, hari ini terjadi. Aku tidak tahu apakah amanahku di hari ini sudah tertunaikan, hanya saja jika jujur, aku merasa tidak mencapai apapun. semuanya berantakan. Mungkin dia ada sebagai pelajaran. Pulang tadi, sebuah pesan singkat masuk,  'yang mau gabung, kita mau makan nih di sini. #jangan pernah meremehkan sebuah pertemuan. karena bisa saja itu menjadi kunci dari banyak pintu yang terkunci selama ini'.

Aku sungguh berharap...

PS: Ada yang bisa meminjamkanku pintu kemana saja-Doraemon?

0 komentar:

Posting Komentar